Kangen banget tilawah rasanya. Sudah hampir seminggu berlibur tilawah. Semalam lembur mengedit novel. Setelah seharian ngajar Bahasa Turki adik-adik Indonesia yang baru datang di Turki. YES! Alhamdulillah Teh Pipiet Senja dah kasih masukan buat novelku. Akhirnya ngebut semalam suntuk buat ngedit. Syukurlah masih bisa bangun pagi. Sebuah pesan masuk dari adik Indonesia via whats up bahwa aku harus menelepon Ustdzah [guru mengaji halaqah Qur'anku] semasa di Indonesia.
Pukul 08:00 pagi aku menelepon beliau. Tapi beliau sedang ngajar tahfidz. Pesaanya agar menelepon sebelum dzuhur. Yaaah, kalo gitu mah disana sudah dzuhur. Ustdzah bilang sejam lagi telepon. Oke deh. Aku juga baru ingat kalo hari ini ngisi kajian adik-adik muslimah. Oh...sakuraaa! Whats the matter how do you put everythinging the same time? Kadang aku memang begitu. Mixing everything. Dan itu gueh gueh buanget. Hadeeeh. Satu jam berlalu dan akhirnya aku telepon Ustdzah, apakah ada yang penting sangat hingga Ustadzah memintaku menelpon pagi-pagi waktu turki.
"Ustdzah sedang ngajar Bahasa Arab tadi?" tanyaku pada ustdzah jelang mendengar suara di seberang.
"Bukan, ngajar tahsin tadi." Jawab Ustdzah. Singkat! Lalu...
"Bagaimana hafalannya? Sudah sampai mana?" tanya Ustdzah.
>_< aku tidak bisa ngomong apa-apa kalau ustdzah sudah sampai pada pertanyaan ini.
"Bagaimana pun sibuknya kita. Teruslah dekat dengan Al-Qur'an, perbanyak dekatkan diri dengan Allah. Jadikan Al-Qur'an sebaik-baik teman. Tingkatkan ibadah dan perbaiki kualitas belajar Bahasa Arab." Suara Ustdzah di seberang telepon.
Malu sekali rasanya. Setahun yang lalu ketika tak sengaja aku menemukan sebuah selebaran bertulisakan "mari belajar Al-Qur'an dan tahfidz bersama Ustdzah Ja'far." Tanpa ber ba bi bu aku memungut selebaran itu dan menelpon nomer telpon yang tercantum. Semenjak itu resmilah setiap pekan aku datang padanya untuk tahsin, murajaah dan menambah setoran. Benar-benar memulai dari nol. Semua surat-surat yang pernah aku kumpulkan semasa aliyah hilang. Ustdzahlah yang membantu dan membimbingku mengumpulkannya kembali.
***
Kini setahun sudah berlalu. Terakhir sebelum akhirnya aku pamit berangkat meninggalkan RCQ [Rumah cerdas Qur'ani] Ustdazh berpesan, agar aku terus menjaga dan menambah hafalan. "Ya Allah hafalan yang hanya sak cuil begini." Ustdzah berpesan agar menjadikannya sebagai jantung hidupku. Tapi...setahun disini bukannya semakin bertambah justeru yang sudah susah payah aku kumpulkan dahulu pun lepas satu persatu. Aku benar-benar keterlaluan. Ya Allah, aku sungguh cemburu dengan mereka yang fokus memiliki waktu 24 jam untuk mempelajari ayat-ayat-Mu. Eh...tapi aku juga harus bersyukur dink, bukankah kalau aku kelak jadi ahli konselor education psikology yang hafidz akan lebih unggul.*uhuks...astaghfirullah....gak boleh riyaa.*ngimpi kali jadi hafidzh...Jrengg.
Kembali ke topik. Begitu pesan Ustdzah di atas. Aku manggut-manggut aja mendengarkan dan malu sekali rasanya. Ustdzah memberikan nasihat-nasihat yang sangat serius tentang Al-Qur'an. Panjang lebar. "tamam ustdzah..." aku cuma bisa keluuuu. Sekelu-kelunya.
"Ustdzah mengingankan kelak evi bisa membangun genarasi yang qur'ani. Perbaiki kembali hafalannya" Begitu pesan beliau.
Tertohokk rasanya. Hiks tamam Ustdzah. Serasa malu semalu-malunya. Menanyakan kabar adik-adik di asrama RCQ yang sudah semakin bertambah hafalannya. Memasuki 3 juz. Allahu AKBAR! Ohh tidaaaak...bukankah dahulu mereka yang menyetor bacaan padaku. >_< apa yang terjadi padamu Sakura???
Aku terlalu sibuk belajar, menulis dan berkarya. Iya itu bagus kok. Tapi seimbangkanlah dengan ruhaniyahmu. PERBAIKI kembali cita-citamu. Bukankah cita-citamu membangun sekolah 6 Bahasa dengan basis Qur'an??? Bukankah itu yang kau tulis sejak dulu. Yang kau impikan sejak masa dimana Turki masih tertulis di lauh mahfudz?
***
Semalam juga aku mendengarkan sebuah kajian Al-Qur'an. Dari kajian yang panjang itu, anehnya mengapa aku justeru sangat tertarik pada sebuah pesan khusus tentang Zaid Bin Tsabit. Padahal tema kajian semalam tentang Qur'an dan apa lupa judul tepatnya. Tapi yang lengket dan aku segera menggaris bawahi adalah ini:
adalah Zaid Bin Tsabit, yang menguasai Bahasa Ibrani dan Suryani dalam waktu II HARI!!!
Masya Allah...11 Hari. Ya Allah...belajar bahasa itu bukan perkara sederhana. Masya Allah aku betul-betul terguncang-guncang pundakku saat mendengar tentang Zaid Bin Tsabit, sang Sekretaris Rasul pada masa pengumpulan Qur'an.
***
Terkadang aku memang aneh. Mengapa aku begitu menyukai belajar Bahasa ya Allah. Selalu terobsesi menguasi 9 bahasa yang berbeda. Tapi pesan Ustdzah tadi bilang "perbaiki kembali belajar bahasa Arabnya."
Ah...Ustdzah. Mengapa engkau begitu perhatian dan sayang padaku. Selalu mananyakan apa kabar hafalanku. Sementara aku disini, sibuk dengan ilmu-ilmu baru. Aku betul-betul tenggelam dalam lautan ilmu baru. "Tidak mengapa asal juga semakin dekat dengan Al-Qur-an."
Lalu...Cerita panjang lebar dan sampailah topik ini:
Selanjutnya "Ustdzah kalau tentang jodoh bagaimana?" Uhuks tanyaku pada Ustdzah.
Siapa pun dah jodohku nanti, apakah profesor ahli ekonomilah, entrepreneur sukses mudalah, teknik ahli mesinlah, teknik nuklirlah, arsitektur muslimlah, kedokteranlah, pertanianlah, psikologlah, ahli haditslah, guru ngaji di kampung terpencilah, atau hafidz sekali pun, siapa pun itu semoga baik in sha Allah. Yang terpenting terus memperbaiki kualitas diri. Begitu pesan Ustdzah...Ma'an NAJAH!!! SEMANGAT!
"Ya Allah. Yang terbaik menurut pandangan Mu saja ya Allah. Dan bukan menurut pandanganku.Ya Allah bila kelak aku harus memilih, hamba bersandar pada ketentuan Mu saja. Ajarkan hamba ridha akan Qada dan Qadar Mu saja." aamiin in sha Allah...
auk ah gelep...MISTERI
No comments:
Post a Comment