Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Saturday, November 16, 2013

*Pojok Psikology "Bullying, waspada!"

Bullying, waspada!
Apakah kita diantaranya? 
===============

Ratusan buku bertema psychology memenuhi rak buku Pustaka yang megah dan rapi itu. Mataku tertuju pada sebuah buku 101 Fakta tentang Bullying! Cukup kaget melihat buku itu. Meski tema bullying sudah pernah hangat aku diskusikan setahun yang lalu saat Pak Dede Martino memutarkan sebuah video padaku, kasus Bullying yang terjadi di sekolah-sekolah dasar di negara barat.

Teringat pada kisah belasan tahun yang lalu di suatu pagi.
“Aku mau duit kamu.” Sepasang mata merah menyeringai di depan seorang bocah perempuan kecil. Bocah kecil diam tergugu di kursi belajar kelasnya. Tanpa berani berkata sepatah kata apa pun. Badannya tersudut di ruang kelas. Seorang diri...Kelas sepi.

“Pokoknya kalo kamu gak kasih duit. Aku bakalan nangis dan pas pulang lihat saja nanti!!!” Ancamnya sekali lagi. Bocah perempuan kecil berkepang dua tidak memiliki pilihan. Sementara bocah perempuan berambut keriting di depannya terlalu besar, tinggi dan hitam untuk dia lawan. Meski kesal dan berat hati dengan ketakutan ia serahkan uang 50 perak itu kepada bocah perempuan keriting di depannya. Ia tidak memiliki keberanian untuk melawan. Kelas kosong dan sepi. Gadis di depannya 3 kali lipat lebih tua usinya. ANCAMAN & PEMERASAN!!!


***
Kejadian itu terjadi 1 tahun lamanya. Berulang-ulang. Tidak terbayang bagaimana rasanya gadis kecil yang di peras uangnya hampir setiap pekan ketika kelas sepi. Gadis kecil itu memang lebih suka duduk menekuni buku-buku PR nya. Kala lengah dan kelas sepi, maka itulah yang terjadi. Satu tahun lamanya dia berada dalam tekanan “pemerasan” oleh teman kelasnya, yang maaf [tinggal kelas] beberapa periode.

***
Mari bersama kita cermati sebuah definisi tentang istilah “Bullying” dari beberapa sumber:
Bullying is unwanted, aggressive behavior among school aged children that involves a real or perceived power imbalance. The behavior is repeated, or has the potential to be repeated, over time. Both kids who are bullied and who bully others may have serious, lasting problems. 

Bullying adalah perilaku yang tidak diinginkan, perilaku agresif di kalangan anak-anak usia sekolah yang melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan yang dirasakan. Perilaku tersebut terjadi berulang-ulang, atau memiliki potensi untuk diulang, dari waktu ke waktu. Kedua anak baik yang diganggu dan yang menggertak orang lain mungkin memiliki keseriusan masalah yang lama. 
Victorian Departement of Education and Early Chilhood Development mendefinisikan bullying terjadi jika seseorang atau sekelompok orang mengganggu atau mengancam keselamatan dan kesehatan seseorang baik secara fisik maupun psikologis, mengancam properti, reputasi atau penerimaan sosial seseorang serta dilakukan secara berulang dan terus menerus.

Kasus Bullying di atas adalah satu dari ribuan dan bahkan jutaan kasus Bullying yang kerap kali terjadi di sekolah. Kasus ini pada umumnya terjadi pada anak usia Sekolah Dasar, meski pun bisa juga terjadi pada usia periode setelah itu. “Bullying can occur during or after school hours. While most reported bullying happens in the school building, a significant percentage also happens in places like on the playground or the bus. It can also happen travelling to or from school, in the youth’s neighborhood, or on the Internet.” 

Bullying bisa terjadi selama atau setelah jam sekolah. Sementara sebagian besar dilaporkan intimidasi yang terjadi di gedung sekolah, persentase yang signifikan juga terjadi di tempat-tempat seperti di taman bermain atau bus. Hal ini juga dapat terjadi bepergian ke atau dari sekolah, di lingkungan anak muda, atau di Internet.

Ada tiga jenis bentuk dari Bullying
1. Verbal bullying yaitu mengatakan atau menulis hal-hal yang berarti. Verbal intimidasi meliputi: sindiran, Saling mengata-ngatai, komentar seksual yang tidak pantas, mengejek, mengancam untuk menyebabkan kerusakan

2. Sosial bullying, kadang-kadang disebut sebagai relasional bullying, 
melibatkan menyakiti reputasi seseorang atau hubungan. Sosial intimidasi meliputi: Meninggalkan seseorang pada tujuan, mengatakan anak-anak lain untuk tidak berteman dengan seseorang, menyebarkan rumor tentang seseorang, memalukan seseorang di depan umum

3. Fisik intimidasi melibatkan menyakiti tubuh atau harta seseorang. Fisik intimidasi meliputi: memukul, menendang, mencubit, peludahan, tripping/mendorong, mengambil atau merusak barang seseorang, membuat gerakan tangan berart atau kasar. 

Bentuk bullying ini terjadi marak di sekolah-sekolah. Bullying memberikan pengaruh psikologis yang tidak baik terhadap anak. Seperti mereka akan mudah murung, terlihat stress, mudah emosi, tidak terkontrol dan cenderung pendiam. Kasus pemerasan yang terjadi di atas bukanlah contoh kasus yang sederhana. Dalam jangka waktu yang sedemikian lama gadis kecil itu berada dalam tekanan dan ketakutan menghadiri kelas, menghindari datangnya pagi dan terlebih berada dalam satu kelas dengan senior tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di sebuah sekolah di barat Kasus bullying ini pada umumnya terjadi pada anak laki-laki mencapai 77% dan 53%** terjadi pada kasus anak perempuan. [**data tepatnya saya lupa mencatat]

Sederhananya tulisan saya ini bertujuan untuk berbagi informasi tentang bahaya bullying yang memberikan pengaruh kondisi psikologis yang tidak baik terhadap perkembangan anak. Bersikap waspada dan mengontrol kegiatan anak tentu saja hal yang harus menjadi perhatian utama. Karena bisa saja putra-putri kita menjadi korban bullying, menjadi pelaku atau pun saksi dari tindakan bullying itu sendiri. Pun ke-tiga nya memiliki dampak yang berakibat buruk pada perkembangan anak.

Apa yang perlu dilakukan?

a. Sekolah 

Pencerdasan masyarakat terhadap kasus bullying adalah hal yang penting. Dimana tugas pengawasan anak tidak hanya terjadi dari satu arah, sekolah saja. Ini adalah sebuah teory yang sudah sangat umum. Akan tetapi kenyataan dilapangan tidaklah demikian adanya. Kontrol dan penyerahan anak sepenuhnya kepada pihak sekolah adalah kenyataan yang ada. Oleh sebab itu, transfer pemahaman tentang Bullying ini merupakan hal yang menjadi kewajiban bagi sekolah. Sekolah bisa memberikan bentuk pencerdasan kepada orang tua anak berupa diskusi pencerdasan terkait “bullying” baik berupa penjelasan maupun pemutaran-pemutaran kasus bullying yang sering terjadi.

b. Orang tua

Kesibukan orang tua khususnya tuntutan kerja mau pun karir terkadang menjadi penghambat utama untuk memenuhi undangan sekolah. Akan tetapi kondisi ini bisa disiasati dengan membangun komunitas jejaring informasi ssosial bagi sekolah dan orang tua. Jejaring twitter, facebook memungkinkan dan memudahkan menjangkau semua informasi masuk dan sampai kepada orang tua. Jika kondisi internet tidak ada maka pencerdasan pertemuan tentu berpotensi lebih baik dalam mencapai tujuan penciptaan kemanan lingkungan sekolah [safe environment]. 

c. Sekolah, Orang tua, dan anak

Membangun hubungan dari ketiga pihak tentu prioritas uatama yang akan menciptakan lingkungan sekolah yang aman bagi anak-anak. Dimana kondisi anak sekolah tidak hanya berfungsi sebagai pelaku “belajar” penghafal rumus atau teks pidato. Akan tetapi perkembangn sosial, membangun pertemanan juga menjadi perhatian penting yang juga harus menjadi perhatian utama sekolah. Sekolah bisa mensiasati dengan berbagai teknik kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak di luar jam belajar. Berupa kegiatan kesenian, berprakarya, kegiatan kegamaan, belajar berbahasa, baris-berbaris dan kegiatan lain yang berada dalam program tersusun dalam pengawasan. Dalam hal ini orang tua bisa terlibat dalam menelurkan ide-ide pengembangan program pengembangan emosional dan aktifitas soft skill di luar agenda belajar. Akan lebih baik jika kegiatan program soft skill ini menjadi agenda rutin evaluasi bersama pada setiap akhir bulan dst.
Demikian, catatan ringan ini. Semoa bermanfaat.

**Notes : tindakan dan perilaku bullying ini tidak hanya terjadi pada usia anak, akan tetapi juga sering terjadi pada usia dewasa. Bisa dalam sebuah organisasi, kampus, pertemanan, pun jejaring sosial sekali pun yang biasa di sebut cyberbullying. Oleh sebab itu, marilah mulai dari saat ini untuk berinteraksi secara sehat. STOP BULLYING!!!

[contoh kasus di atas, adalah contoh kasus pengalaman penulis sendiri] hoho, itulah sebabnya, saya mencintai dan tertarik mempelajari psikology konseling untuk sekolah.
***
Oleh : Evi Marlina **Turki, edisi Pojok psikology sekolah. 
Referensi : tulisan ini banyak merujuk pada 
http://www.stopbullying.gov/ dan berbagai sumber
sumber foto : gugel dot com

No comments: