Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Monday, December 21, 2015

Sebuah Romantika; Balada bagi yang tengah jatuh hati

Bismillahirrahmanirrakhim


Tidak terlihat matahari memancar terang dari ujung pucuk pohon gugur hari ini. Tidak pula gaduh suara tetangga apartemen bawah yang sering meramaikan suasana pagi, siang mau pun petang. Keadaan terasa sedemikian tenang. Hari yang bagus untuk membaca buku, atau menjelajahi angka-angka perhitungan yang pada akhirnya mampu menjebolkan daya tahan imun tubuh. Telak! Ambruk...apalagi dengan musim bersuhu mendekati minus, tubuh asia akan mudah terkena batuk, flu, dan semacamnya. Paling tidak sudah lebih baik dan tidak mimisan seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

***

Ah...pendahuluan yang bertele-tele :p. Menulis walau bagaimana pun adalah terapi yang murah, mudah dan sederhana untuk menyibak kabut dan fikiran yang penat, padat. Sama halnya terapi saat seseorang di rundung gelisah karena topik cinta, bukankah mudah melahirkan karya-karya besar saat seseorang berkembang hatinya dengan satu kata ini? Yah..."cinta" 💕

Hahaks...sejak kapan saya begitu bersemangat untuk menulis tentang hal ini. Ah sudahlah, mari kututurkan kilas balik sebuah kisah bertema cinta. ***


Alkisah tersebutlah sebuah nama yang mungkin sedikit asing di telinga kita. Kisah tentang kasmaran yang mendera seorang pemuda berketurunan Turki dan Persia. Pemuda yang sungguh terkemuka dan mashur sosoknya, memiliki banyak guru dan pembimbing kecerdasan fikir dan keindahan budi bahasa. Memiliki hobi mendermakan harta, kemampuan yang tidak diragukan lagi dalam bidang gramatika dan kesusastraan. Alangkah sempurnanya pemuda berdarah dua negara ini.

***

Suatu kesempatan masa pemuda nan alim dan penuh ilmu ini terlibat dalam pergolakan batin kisah cinta yang menjadikannya tergila-gila kepada seorang gadis. Sebuah rasa alami yang timbul pada diri manusia

Ah...rasanya memang semua serba berbeda dan dunia menjadi hanya dua sisi saja ketika kita "jatuh cinta."

Sama halnya dengan pemuda yang penuh ilmu ini, ia terus menerus dilanda kegundahan hati. Suatu malam, di musim dingin yang menggigit ia berjalan meninggalkan rumahnya dan berdiri di bawah jendela kamar kekasihnya, sampai pagi menjelang karena begitu besarnya keinginan untuk melihat kekasihnya walau hanya untuk sekilas saja. 

Sementara salju turun dengan deras, sepanjang malam. Hingga ketika adzan subuh terdengar pemuda itu masih mengira bahwa itu adalah adzan untuk shlat isya.

Fajar pun menyingsing, langit terlihat merekah dari selimut petang. Barulah ia sadar betapa ia sedemikian terlena dan merindukan kekasihnya itu. Pemuda itu memarahi dirinya sendiri "Di malam yang indah seperti ini engkau dapat tegak terpaku sampai pagi hari karena hasrat kerinduanmu itu. Tetapi apabila seorang imam shlat membaca surah panjang engkau menjadi demikian gelisah."

***

Sejak peristiwa itu hatinya menjadi penuh dengan gundukan kegundahan. Kemudia dengan terhantuk-hantuk ia bertaubat dan kembali menyibukkan diri dengan beribadah pada Allah. Sedemikian sempurna kebaktiannya kepada Allah sehingga pada suatu hari ketika ibunya memasuki taman, ia lihat anaknya tertidur di bawah rumpun mawar sementara seekor ular dengan bunga narkisus dimulutnya mengusir lalat yang hendak mengusiknya.

***

Setelah melakukan pertaubatan pemuda itu meninggalkan kota Merv dan menetap di Baghdad untuk beberapa lama, ia bertemu dengan para tokoh sufi. Setelah dari Baghdad ia menuju Mekkah dan kemudian kembali ke kota Merv. Mendirikan sekolah tinggi untuk golongan sunnah dan fiqh.

Suatu hari pemuda ini melalui sebuah tempat, orang-orang mengatakan kepada seorang buta yang ada disitu bahwa pemuda ini sedang melewati tempat itu. "Mintalah kepadanya sesuatu yang engkau butuhkan!" Orang buta itu pun berseru, "ya Abdullah berhentilah." Pemuda yang dipanggil Abdullah itu pun berhenti. " Doakanlah kepada Allah untuk mengembalikan penglihatanku ini." Pemuda itu pun menundukkan kepala lalu berdia. Seketika itu juga orang buta itu dapat melihat kembali. Allahu Akbar!
***

Yah...ialah seorang ahli hadits yang terkemuka. Namanya harum dengan kisah romantik dan perjuangannya melakukan pertaubatan. Ialah ABDULLAH BIN AL-MUBARAK.

Di tulis pada 16 Desember 2015 
(disampaikan pada kulsap ODOJ MJR SJS)

Muslimah dan Pendidikan Sepanjang Hayat

Oleh : Evi Marlina 
(seorang istri & Master Candidate of Educational Psychology, Ankara University - Turkey)


Muslimah dan Pendidikan Sepanjang Hayat
Dua kata ini memiliki kekuatan magnet yang mampu menyuntikkan energi harapan, mengubah haluan, mengokohkan peradaban, dan cita-cita sebuah keluarga, masyarakat pun yang lebih besar dan luas dari itu adalah negara. Muslimah dengan perannya sebagai keran pembuka kunci madrasah kehidupan bagi anak-anak, keluarga dan masyarakat disekelilingnya memiliki fungsi dan kedudukan yang signifikan dalam mendorong, menginspirasi, memberikan gagasan serta kiprah amalnya di tengah lautan dinamika masyarakat. Muslimah dengan karakter keibuan dan fitrahnya sebagai ibu mampu memainkan peran sebagai cahaya pelita berbagai problematika kehidupan.
Predikat sebagai muslimah adalah predikat sekaligus prestasi besar yang melekat pada seorang wanita muslim. Dalam predikat ini melekat nilai-nilai, aturan, akhlak, dan semua keindahan perilaku yang terbingkai dengan gelarnya sebagai muslimah. Menjadikan seorang muslimah mulia dan bermartabat. Menjadi kunci dan senjata utama bagi muslimah dalam mengontrol tutur kata, pemikiran, tulisan, tingkah laku dan pada semua aspek kehidupannya. Demikianlah Allah dan Islam telah menempatkan kedudukan wanita muslim. Mengangkat pada derajat yang membuatnya menjadi tinggi dan mulia. Maka terlahir menjadi muslimah adalah prestasi yang tidak ternilai sebagai bekal mengarungi perubahan arus zaman.
Muslimah serta peran yang melekat padanya sebagai madrasah bagi keluarga dan masyarakat membutuhkan instrument perangkat yang akan membantunya menjalankan fungsi mulia tersebut. Islam secara nyata telah memberikan panduan berupa Al-Qur’an dan Hadits yang akan menuntunnya menjalankan peran-peran besar. Salah satu perangkat yang harus digunakan untuk memperoleh dan menyempurnakan kapasitas pemahaman adalah dengan melakukan tholabul ‘ilmi. Menggali dan memperdalam keilmuan yang akan mengangkat derajatnya pada hakikat kemuliaan yang haqiqi. Menggali ilmu agama sebagai bekal dasar yang akan membuatnya kokoh dalam proses menggali ilmu Allah yang jumlahnya tanpa batas, sesuai dengan bidang ilmu yang ia gemari; pendidikan, keagamaan, ketrampilan, olahraga, konseling, kedokteran, kewirausahaan, teknologi, psikologi, filsafat, sastra, komunikasi, ekonomi, astronomi dan lain sebagainya. Lebih jauh lagi dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Stoet, kesimpulan penemuan penelitiannya mendukung gagasan bahwa rata-rata kaum wanita memiliki kemampuan multi-tasking lebih baik dari kaum laki-laki dalam beberapa tipe multi-tasking  (Stoet, Gijsbert. 2013). Tentu saja wanita dengan kemampuan multi-tasking yang ada pada dirinya ini merupakan karunia Allah yang menjadi nilai tambah keunggulan istimewa bagi muslimah dalam mengakselerasi kapasitas intelektual/ tholabul ilmi.
Semakin dalam ilmu yang ia gali akan semakin besar pula kesempatan baginya menjadi guru-guru besar bagi keluarganya, bagi anak-anaknya, dan bagi masyarakat disekelilingnya. Semakin tajam dan luas pengetahuan yang ia miliki semakin besar pula kesempatan baginya menjadi referensi dan rujukan masyarakat dalam menyelesaikan persoalan yang muncul di tengah masyarakat luas. Menjadi obat penawar dan solusi kreatif dengan keilmuan yang ia miliki. Lebih jauh dari fungsi itu, semakin kokoh pulalah peran muslimah menjadi pondasi dan guru-guru bagi lingkungnnya.
Derasnya gelombang arus perubahan zaman menuntut muslimah mengambil peran lebih besar dalam tataran global. Kehidupan masyarakat yang ada disekelilingnya merupakan sebuah universitas alam raya dengan corak dan karakter tantangan yang berbeda. Beragam keadaan secara tidak langsung telah mendidik muslimah dalam mengimplementasikan keilmuan ibadah praktis yang lebih luas dan umum. Kehidupan masyarakat menjadi sumber-sumber ladang ilmu bagi muslimah dalam kajian praktis menghadapi tantangan perbedaan lintas budaya, agama, ras, suku, bahasa, adat kebiasaan mau pun keyakinan terhadap Tuhan. Tantangan ini menjadi berlapis-lapis paket ilmu bagi muslimah dengan panduan pemahaman yang baik terhadap fungsinya sebagai pemegang predikat muslimah. Bagaimana ia berupaya mengimplementasikan perannya di tengah-tengah universitas alam raya. Sebagai dirinya sendiri, sebagai istri, sebagai ibu, sebagai masyarakat, sebagai pendidik atau sebagai pemimpin dan penggerak ditengah lingkungannya. Rasulullah bersabda: “Wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawabannya tentang yang dipimpinnya.”
Pendidikan sepanjang hayat menjadi sebuah tuntutan yang harus dipenuhi guna mempersiapkan generasi-generasi yang siap menghadapi ketidakpastian masa depan dengan segala tantangannya. Predikat sebagai muslimah dengan bekal pemahaman agama yang baik, kokoh dan matang menjadi akar pondasi utama muslimah untuk berperan di kancah peradaban umat, sehingga pendidikan sepanjang hayat bisa menjadi jembatan baginya menjadi professor ditengah-tengah keluargannya. Professor yang akan melahirkan anak-anak dengan pemahaman agama yang kuat dan baik, professor atau pun guru-guru yang akan membangun masyarakat yang berilmu dan berakhlakul karimah. Masyarakat yang akan menjadi pilar-pilar cahaya bagi terwujudnya bangsa yang bermartabat,  unggul dalam akhlak dan ilmu pengetahuan. Dikatakan dalam sebuah syair Arab yang populer “Al-ummu madrastul ula, iza a’dadtaha a’dadtha sya’ban thayyibal a’raq,” Ibu adalah madrasah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik.” Wallahu ‘alam bishawwab.


di tulis pada sebuah musim gugur
Ankara - Turkey, 19 November 2015

Di terbitkan pada 21 Desember 2015 menjemput hari Ibu

Friday, December 11, 2015

Kebaikan itu akan selalu seindah namanya #4

Kebaikan itu akan selalu seindah namanya #4


Ankara..

Entah sudah berapa banyak aku menuliskan penggalan-penggalan jejak kisah suka duka tentang kota ini. Banyak kepingan memori yang tidak cukup aku tulis dalam barisan kata yang singkat, setiap kebaikan yang ditanamkan orang-orang yang ada baik jauh mau pun dekat yang hadir dalam setiap nafas dan hiruk pikuk kehidupanku. 

Seberapa pun kecil atau seberapa besarnya, tentu saja aku tidak akan pernah bisa melupakan semua kebaikan itu. Itu adalah keajaiban yang Allah berikan kepada kita manusia, tidak ada kekhawatiran di dalam dada manusia selama ia menyandarkan kepada sandara yang Maha Kuat.

Kota Ankara, aku banyak belajar dari kota ini. Segala keangkuhan panasnya arus suhu politik dan keramahan orang-orang yang aku jumpai disebalik keangkuhan sisa-sisa sekularisme. Disini aku mendapatkan keluarga baru yang tidak pernah saling mengenal satu sama lain pada mulanya. Menjadi bagian dari kehidupanku. Berjumpa pada teman-teman dengan warna mata yang beraneka warna. Menjumpai kebaikan-kebaikan pada banyak jengkal dan sudut waktu. Maka kenikmatan apakah lagi yang lebih besar, selain kenikmatan karena Allah menjadikan diri kita terlahir sebagai seorang muslim. Kota ini menjadi saksi bagaimana aku menjumpai banyak kebaikan dan kemaha Agungan Allah atas semua kebesaran Nya di belahan bumi mana pun itu. Seperti pada kisah di sore itu...

***
Suatu sore serampung kelas aku memutuskan untuk mampir di kedai nasi Turki yang ada di seberang jalan utama pintu gerbang Kampus Ankara Univ, Cebeci. Aku memutuskan makan di kedai karena selain harganya lebih bersahabat dengan kantong mahasiswa juga karena kerinduan menikmati sayur Fasulye yang dicampur salca semacam saus tomat khas Turki. Kedai keci yang berada di sudut kafe-kafe mewah itu terlihat sepi, saat aku memutuskan masuk dan duduk di salah satu kursinya hanya terdapat seorang kakek tua yang duduk bersama cucunya yang masih sangat kecil. Tengah menikmati menu yang sama dengan menu yang aku inginkan, ia duduk di seberang kursi di depan ku, duduk memunggungiku.

Aku duduk sendiri sembari memesan menu. Tidak ada yang aku fikirkan selain karena waktu yang memburu, aku harus segera pulang dan sampai di rumah. Aku tidak berani untuk menunda makan karena aku harus memenuhi hak janinku. Sesekali memberikan pandangan kepada cucu sang kakek yang duduk di seberangku. Aku tersenyum memandang bocah kecil Turki yang lucu itu. Terdengar ia merengek dan menangis karena ingin makan dengan tangannya sendiri, namun sang kakek menolak dan dengan sabar menyuapi cucunya tersebut dengan sangat telaten. "Ya Allah, alangkah baiknya sang kakek ini." Bisikku dalam hati.

Tidak berapa lama sang Kakek berdiri dan menggandeng tangan cucunya. Menemui kasir dan bergegas meningglkan kedai. Aku masih dengan fikiranku, tertegun pada kebaikan sang Kakek kepada cucunya. Kemudian melanjutkan menghabiskan nasi dan sepiring Fasulye bercampur potongan daging ayam. Belum usai pada suapan terakhir di piring seorang petugas kasir memanggilku.

Aku menoleh, oh barangkali mungkin kedai akan segera di tutup karena tidak lama lagi akan tiba adzan magrib. Sang petugas kasir kemudian berkata: "Abla tidak perlu lagi membayar makanan Abla." Aku terkejut, "Lho kenapa?"

"Kakek yang duduk di seseberang meja Abla tadi yang telah membayarkan makanan yang abla pesan." Jawab petugas kasir dengan ramah.

Aku...

Segera aku kirimkan pesan pada suami mengabarkan tentang ini. "Masha Allah, semoga kebaikan untuknya pula." Jawab Mas Faris. Segala puji hanya bagi Allah.

Sakura RT
Ankara, 11 Desember 2015



Thursday, December 10, 2015

catatan tentang rintik salju kali ini

Salju turun perlahan setelah beberapa menit yang lalu langit gelap dan hujan turum dengan derasnya. "Masha Allah." Gumamku dalam hati. Baru beberapa menit yang lalu hujan mengguyur kota Ankara, beberapa detik kemudian berganti dengan guyuran putih salju yang turun mengarak putih. Sementara aku masih berdiri menghadap jendela kamar apartemen, menatap lorong jalanan yang lengang. Tidak terlihat orang berlalu lalang. Gembira bercampur resah, pasalnya hari Rabu itu adalah kelas pertemuan untuk ujian analisis statistik. Cemas bagaimana mengangkut benda berat bernama leptop. Jalanan akan basah dan suhu minus akan sangat dingin di luar sana.

Bismillah! Aku menguatkan hati setelah mengirim pesan pada suami.
"Jadi bagaimana? Mau tetap berangkat ke kampus?" Tanya Mas Faris dari pesan yang ia kirimkan.

"Iya Masku, aku harus tetap berangkat ke kampus hari ini." Jawabku mantap, meski sebenarnya hatiku berdebar tidak karuan. Memikirkan beratnya perjalanan jauh yang harus aku tempuh dari rumah ke kampus, ditambah hujan salju yang turun dengan lebatnya.

Setelah bersiap sarapan, mengenakan pakaian dingin, kazak wol, kaus kaki, sarung tangan, syal dan padesu tahan air aku pamit berangkat meninggalkan rumah. Mencangking tas ransel yang berisi leptop. Lumayan padat dan berat. "Oh...kuatkanlah ya Rabb." Inı adalah perjalanan untuk yang kesekian kalinya ke kampus mencangking tas yang berisi leptop. Kandunganku sudah memasuki bulan ke enam, sehingga kesulitan mengangkat beban. Terlebih leptop yang sudah tidak mungkin untuk aku gendong di punggung.

Perjalanan yang tidak mudah di lewati di masa kehamilan ini. Perjalanan yang biasanya bisa aku tempuh hanya dengan maksimal 1 jam kini menjadi 2 jam perjalanan, mulai dari berjalan kaki menuju halte, menanti bus arah kızılay, pejalanan bis menuju kızılay, lalu melanjutkan berjalan kaki ke metro kereta, naik kereta, dan melanjutkan jalan kaki menuju kampus. 

Hari itu, salju turun bertambah deras dan kuat, aku lupa membawa payung. Untunglah syal panjang yang tidak sengaja aku beli dari seorang nenek tua di tepi jalan beberapa minggu yang lalu mampu melindungi kepala dan hidungku dari tajamnya salju pagi itu. Lelah tubuh memang tiada terkatakan, aku tidak mampu berjalan dengan cepat karena mencangking beban leptop. Menyerah? Itu bukan pilihan terbaik. Menangis? Boleh saja, namun tidak ada pilihan selain melanjutkan perjalanan menuju kampus. Kufikir tidak akan ada bedanya jika meminta izin tidak berangkat ke kampus karena hujan salju ini, yang terpenting adalah aku masih sehat untuk melanjutkan perjalanan meski sudah lemah sekali fisikku. Dalam hati berulang kali mengingatkan kisah-kisah para shabiyah yang juga menempuh perjalanan hijrah dalam keadaan mengandung. Ya Rabb, ujianku ini tidaklah seberat para sahabat. Aku masıh bisa naik bis. Boleh berhenti dan menangis namun hanya untuk sejenak, bukan untuk berhenti dan berbalik ke belakang.

Alhasil setelah nyaris dua jam perjalanan, aku menangis di sisi gerbang Hukuk Fakultesi. Tempat biasa sang Paman Tua penjual roti simit. "Ya Allah, beratnya perjuangan ini. tidaklah Engkau memilihku untuk melewati ujian ini melainkan karena in sha Allah aku mampu melewatinya." Aku menyembunyikan suara tangisku di bawah hujan salju, sesegera mungkin menghapusnya dengan syal yang membalut kepalaku, bersembunyi di sisi gerbang Fakultas Hukum. Tidak pula berani mengabarkan ini pada Mas Faris, aku tidak mau membuatnya semakin mencemaskan keadaanku. Setelah tuntas tangisku, aku melanjutkan perjalanan menuju Fakultas, mampir di ruang makan umum mahasiswa di kampus. Melepaskan semua letih dan penat, menikmati sup hangat dan sepiring Fasulye becampur potongan daging sapi. Aku segera mengabarkan pada suami bahwa aku telah sampai dengan selamat. Alhamdulillah ya Allah.

Pukul 14:00 masuk ke dalam kelas. Hanya terdapat beberapa orang. Oh..ternyata karena hujan salju banyak yang tidak hadir hari itu. Kelas ujian analisis di pending pekan depan. "Masha Allah." Aku memandangi leptopku...

Salju turun hingga petang, kelas usai pukul 16:30 Turki. Serampung shalat ashar dan menanti shalat magrib aku duduk mematung di depan fakultas. Hoca berulangkali menanyakan apakah aku merasa berat membawa leptop ke kampus. "tentu saja leptop ini sangat berat." Dalam hatiku, meski aku akan membawanya dengan senang hati, jika memang harus belajar menggunakan leptop. 

Aku pamit meninggalkan kampus, menikmati salju yang berbentuk bintang turun memenuhi langit kota Ankara. "Lihat Nak, indahnya langit yang dipenuhi salju, sungguh segala puji hanya bagi Mu Allah." Bisikku pada janin dalam rahimku.

"Sayang, kamu sudah dimana?" Handphoneku bergetar.
Aku membaca dan menyambut pesan itu dengan sepenuh cinta. Sembab mataku penuh haru dan kerinduan. Sebuah pesan dari separuh jiwaku, Suamiku Ust. Faris Jihady Hanifa, alhafidz. I love You Masku, terimakasih atas kasih sayang dan semua kebaikanmu padaku.

Ankara, 10122015 
sumber foto : snow in Ankara, 2015
www.flickr.com


Friday, November 27, 2015

sepotong kisah pagi dari Riyadh dan Turki

Beberapa hari ini kota Riyadh diguyur hujan cukup deras. Hingga banjir yang membuat jalan-jalan tergenang air. Mobil tertahan pada beberapa lokasi jalan. Alhamdulillah, syukurlah kemaren sore suami mengabarkan keadaan sudah mulai mereda, matahari mulai bersinar kemilauan meski sisa-sisa genangan air masih menyisakan aromanya. Jalanan kota Riyadh terlihat lengang, namun langit mulai memendarkan cahaya putih kebiruan.

"Itu kota ayahmu Nak." Negeri seribu jejak kerasulan. Suaraku sore itu menceritakan apa saja yang dikabarkan suami pada si kecil. Sentuhan-sentuhan gerakan kecil dan lembut terasa demikian girang di dalam rahimku. Mungkin ia merasakan hal yang sama seperti yang tengah kami rasakan.

"Kota Ankara mulai memasuki musim dingin Masku. Langit mulai gelap dan udara bertambah lembab dan tajam." Aku mengabarkan cuaca kota Ankara kepada suami.

Ada hal yang menarik pada peristiwa alam setiap memasuki musim dingin, siang yang menjadi demikian singkat dan pendek, sebaliknya malam menjadi bertambah panjang. Peristiwa alam yang penuh misteri, menyimpan rahasia kebesaran sang Maha Pencipta yang Agung. Kultur masyarakatpun berbeda setiap kali musim dingin tiba, berduyun-duyun mereka mengenakan baju tebal berbahan kulit atau pun wol, kafe-kafe pedagang teh hangat dan manisan bertambah ramai dan semakin padat merapat. Hasil panen musim panas berupa cabai, terung, buah yang dikeringkan menjadi menu utama setiap musim dingin tiba.

Turki dan Riyadh, adalah dua negeri asing yang bersemayam di dalam hatiku. Padanya terdapat milyaran keajaiban yang menyimpan jejak sejarah dan lembaran-lembaran episode. Ada banyak hal menarik yang menjadi catatan khusus pada dua kota bersejarah ini, khususnya pada perbedaan tradisi dan karakteristik masyarakatnya. Karakter yang khas dari masing-masing keduanya. Dan... akan selalu menarik untuk dikaji, belajar dari sumber-sumber mata air sejarah. Tidak akan pernah habis dan kering. **to be continued..

Catatan Evi Marlina

cc. Masku @farisjihady

Ket foto : KSU dan Daun musim gugur kota Ankara (koleksi pribadi)


Tuesday, November 10, 2015

to my dear Husband #Son Bahar 2015

nothing says "home" like the arms of my husband (anonim)

08 Februari 2015 (hari pernikahan)

alhamdulillah, hari ini 10 November 2015  genap 9 bulan 2 hari perjalanan pernikahan kita Masku. Segala puji hanya milik Allah atas karunia Nya yang terbentang tanpa limit. Mencurahkan ikatan rasa kasih sayang yang terhunjam dalam lubuk hati-hati kita. Seiring dengan usia kehamilan yang Allah amanahkan kepada rahimku, 17 minggu 3 hari. Tidak terasa waktu sedemikian cepat berganti bagaikan sang musafir yang menempuh perjalanan dari satu negeri ke negeri yang lain. 

Banyak kisah yang tersusun dalam ruang waktu yang kita singgahi. Semoga Allah menghimpunnya dalam keridhaan dan ampunan Nya. Kegembiraan, suka, duka mengiringi setiap bait hela waktu perjalanan. Aku memohon kepada Allah, semoga kita tidak akan pernah mengenal kata lelah menjadi hamba Nya yang paling haus untuk selalu bersyukur. 

Suamiku, yang telah bersabar atas masa-masa yang sulit. Lembaran waktu yang Allah titipkan kepada kita di musim panas kota Turki. Engkau yang rela belajar memasak dengan susah payah ketika aku dalam keadaan lemah dan sakit. Membuatkan menu kesukaanku dengan penuh kehati-hatian dan kasih sayang. Betapa semua itu selalu membuatku tidak pernah behenti merindukanmu.

Engkau yang dengan setia menyimak semua kegelisahan dan cerita yang tak berujung. Suamiku, yang tidak pernah memaksaku untuk menyetorkan hafalan, menyetorkan bacaan tilawah, membaca sirah, memperdalam bacaan agama, membaca tafsir dan banyak hadits dll...sungguh ia tidak pernah memaksaku untuk melakukan itu. Tidak pula ia memaksaku untuk memasak yang sulit berupa ini dan itu, tidak memintaku menyetrika, mengepel rumah, mencuci baju dan banyak hal lainnya. Namun, sikapnya yang memahamiku sedemikian rupa penuh kasih sayang membuatku menyimpan cinta yang sedemikian dalam. Membuatku bertahan di dapur berjam-jam untuk belajar memasak menu kesukaannya, membuatku semakin haus dan merindukan ilmu pengetahuan, membuatku semakin menyimpan rasa bahwa aku sungguh "jatuh cinta" pada sosok yang padat ilmu itu. 

Kala menekuni banyak kisah sahabat Rasul nan gemilang dengan ilmu teringatlah pada sosok suami, kala menyelami sosok sahabat yang bercahaya teringatlah pada sosok suami. Ia (suamiku) seumpama lautan ilmu yang aku bisa berenang mendapatkan segala jawab yang aku pinta. Sungguh segala puji hanya bagi Allah. Hamba berlindung pada Mu dari sifat yang berlebihan ya Allah. 

Dear suamiku, ya Ustadz Faris Jihady, al-hafidz. Semoga Allah merahmati semua kebaikanmu, mengangkat derajatmu pada kemuliaan yang haqiqi di sisi Allah. Terimakasih telah menjadi suami atas anak-anak kita kelak insha Allah. Terimakasih telah menjadi pemimpin bagi kehidupan dunia dan dienku. Ampuni dan ridhailah segala khilaf yang mungkin lebih banyak kau jumpai dari pada kebaikanku. Ridhailah aku menjadi tulang rusuk di dunia dan diakhiratmu. "Semoga Allah mengukuhkan cinta kita di atas manhaj Al-Qur'an." (serangkai doa Mas Faris dalam Tafsir pernikahan). Aamiin ya Rabb.

Berkahilah dan lindungilah keluarga kami dengan keridhaan Mu ya Allah. 
Aamiin..

I love you Mascim...❤
Ankara, 10 November 2015

Monday, October 19, 2015

A Smog Letter from Turkey For I don’t know where I am supposed to deliver

A Smog Letter from Turkey
For I don’t know where I am supposed to deliver


Dear my homeland, I don't know how I can describe this picture. It seems like a so strange place that I have never seen it before. There was a moment that I still remember it very strongly. I came back home to summer holiday last year. Every place was green, blue, white, and relieved. It was the most beautiful green place that I have ever seen. BUT right now every piece of my homeland is differing. It is dark, dangerous, sorrowful and truly in a critical situation.

I ask my sisters, my friends, and my brothers, what is going on over there? What happened in my homeland? It’s just like living in a very sorrow story that I have never imagined. It is more frightening than films have ever shown.

Dear my homeland, I don’t know where I am supposed to deliver my worthless letter. Maybe the pictures seem like something hyperbole or something very sarcasm. But in fact, it’s just a small piece of those truly frightening. FACT the situation is more dreadful than this picturing, UNSPEAKABLE!
Dear my homeland, I read a lot of news and see a lot of pictures. It explains about how dangerous the situation it is. How can mothers take a breath when a lot of babies are difficult to take a breath, how can fathers get sleep when they can't go to have a job. There are thousands of students that can't go to school; teachers can't stop to think how their students face final exam in the critical situation.

We don't want to blame anyone in this case actually. We try to realize - “maybe” - "they" have tried hard to solve this serious problem. But situation shows us that there is still no significant change in smog.

The flight had been totally collapsing since two months ago (Jambi Airport, 26th of August, 2015). Babies get ISPA - Acute Respiratory Infections (ARI) in very large number. It is difficult to count how much in reality. Old and young people get a hard cough. Our homeland is going to be lost city. Unfortunately, where we can tell this harmful disaster?

‪#‎Save‬ SUMATERA, KALIMANTAN Island from SMOG DISASTER
#Save the GREEN OF INDONESIA, the LUNGS OF THE WORLD!
‪#‎Pray‬ for Jambi, Riau and Kalimantan
#Pray for Indonesia
Ankara, 19th of October, 2015
Written by: Evi Marlina, A Master Student of Educational Psychology, Ankara University - Turkey.

Pictures References:
1. Picture was taken on 18th of October, 2015 at 12:30 PM Located in Jambi Province. By Jambi society.
2. Was taken on 19th of October, 2015 at 06:30 AM Located in Palangka Raya, Kalimantan. By Sahabat Alam.
3. Was taken on 6th of October, 2015 Located in Batanghari, Jambi Province. By AL-ARDVICI team.
=================
Thank you for everybody who sent a lot of pictures and who supported to solve SMOG DISASTER in Kalimantan and Sumatera Island. Further you also can involve in solving this problem at least by donating to trusted foundation in Indonesia.

Saturday, August 15, 2015

SUMMER 2015, TURKI #1

Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Aku melihat air yang diam menjadi rusak karena diam tertahan, keruh menggenang. Jika mengalir ia menjadi jernih. Aku melihat pemilik ilmu hidupnya mulia walau ia dilahirkan dari orang tua terhina. Ia terus menerus terangkat hingga pada derajat tinggi dan mulia. (Imam Syafi'i). 
_____

Selamat pagi kotaku. Aku tidak pernah bosan dengan segala kekurangan dan kelebıhan yang engkau mılıkı. Seperti halnya kesetiaan rumput perdu pada tanahnya dıkala hujan dan musım semı. Dıkala kerıng dan juga dıkala musım gugur, jatuh dan tumbuh lagı. Tidak pernah berhenti. Sungguh Allah maha pencipta, dıgugurkan daun dan dısemaikan bunganya. Dikeringkan tanah dan ditumbuhkan rumput hıjau setelah hujan. Tidaklah mungkın semua ıtu terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan. Sungguh, keagungan Maha besar Allah.

Pagi dengan semburat matahari selalu membawa cerita dan semangat harapan baru. Tidak ada rasa takut dan kegelapan dalam cita-cita yang tak pernah henti. Inı tentang perjalanan dengan kalımat yang tidak bisa aku tulis secara sederhana. Menyaksıkan begıtu banyak kısah dalam dındıng maya yang nyata ını, banyak bacaan, terserak kısah dan cıta-cıta, banyak pula kandungan rinai-hıkmah. Begitu banyak jiwa yang mencintai perjalanan. Demikian pula diriku. Aku mencintai perjalanan, entah berapa lelah dan hujan yang jatuh mengguyur. 

Kau ıngat seperti halnya serangkum kata Al-Ardvici saat kıta membantıng setir motor di lorong hutan gelap dan pecah, berguling ditanah merah bata, atau mendorong rodanya diatas jembatan sungaı hutan yang licin. Entah untuk yang keberapa kalınya. Kemudian bermandi perih atas penghianatan stasiun TV lokal, atau jeritan suara takut dan tawa saat kaki kita diselipi lintah rimba. Dan tentu saja kisah seru lainnya adalah mendengar celoteh riang jiwa-jiwa putih rimba. (al-ardvici behınd of the scene)

Setiap masa memiliki tintanya yang tertata dalam makna. Kekal, Allah yang tiada henti menyelimuti rasa takut, cemas, gundah dalam hati menjadi gumpalan cita-cita, ikhtiar, doa dan tawakkal. Indahnya menjadi seorang muslim. Bertindak dalam hati yang teguh dan bertujuan luruh, utuh. Itu lebıh mahal dari apa pun. Bahkan dunia dan seisinya. Tampaknya ini berlebihan, namun demikianlah adanya. Menjadi muslim lebih dari sekedar kata identitas, namun ia serangkum peta yang membawa dalam kepadatan tujuan akhır dari kehidupan yang singkat ını, datang dan kembali. Mas Faris, suamiku bilang dalam bahasa kaya maknanya "Kehidupan itu adalah rangkuman dari satu perjalanan ke perjalanan. Musafir terbaik adalah siapa yang memiliki perbekalan terbaik."
Keterangan foto: alun-alun Istana Dolma Bahce, Istanbul (Istana terakhir Kesultanan Turki Utsmaniyah menjelang kejatuhannya)

Evi Marlina
Ankara, 15082015





Monday, July 13, 2015

17 Ramadhan Malam Nuzulul Qur'an, benarkah? Menyelami Rahasia di balik Peristiwa Nuzulul Qur'an

17 Ramadhan Malam Nuzulul Qur'an, benarkah?
Menyelami Hikmah Rahasia di Balik Peristwa Nuzulul Qur'an
Di sampaikan oleh Ust. Faris Jihady, Lc @KBRI Turki - Ankara, di tulis ulang oleh Evi Marlina



Bismillahirrakhmanirrakhim.

Alhamdulillah, kesempatan sore hari ini saya berkesempatan menyimak ulang dan menuliskan kajian singkat bertema Nuzulul Qur'an yang disampaikan oleh suami di acara Iftar bersama yang dıselenggarakan oleh KBRI Turki di Ankara beberapa hari yang lalu (4 Juli 2015). Sejak dari beberapa hari yang lalu meminta suami untuk menjelaskan ulang, alhamdulillah akhirnya siang ini bersedia memenuhi permintaan saya. Matersuwun suamiku :) lalu...

Benarkah 17 Ramadhan adalah malam Nuzulul Qur'an? Mengapa kita mempercayai tanggal 17 Ramadhan sebagai malam Nuzulu Qur'an?

Persoalannya adalah tidak ada satu pun nash atau hadits yang menyatakan Al-Qur'an turun pada tanggal 17 Ramadhan, hal ini karena pada dasarnya istilah nuzulul Qur'an bermakna dua:
  1. Tahap pertama dari turunnya Al-Qur'an, yaitu turunnya Al-Qur'an dari sisi Allah SWT ke langit dunia. Inı terjadi pada malam lailatul Qadr, dan lailatul Qadr adanya pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Sedangkan 17 Ramadhan adalah bukan malam lailatul Qadr. Pada tahap pertama ini Al-Qur'an turun sekaligus pada malam lailatul Qadr.
  2. Turunnya Al-Qur'an secara berangsur-angsur darii langit dunia kepada Nabi Muhammad SAW, selama hampir 23 tahun. Dari berangsur-angsurnya turunnya Al-Qur'an tersebut, pertanyaannya adalah mana yang turun pada tanggal 17 Ramadhan? Karena pada masa berangsur-angsurnya tersebut ada yang turun di bulan Ramadhan dan ada yang bukan di bulan Ramadhan.
Istilah dua tahap turunnya Al-Qur'an ini bersumber dari riwayat Abdullah Bin Abbas ra. yang sanadnya shahih. Ia adalah seorang sahabat Nabi yang di kenal sebagai ahli Al-Qur'an.

Jika pertanyaannya adalah kapan mulai turunnya Al-Qur'an di tahap ke dua ini (Q.S. Al-Alaq 1-5), jawabannya adalah betul turunnya di bulan Ramadhan, namun tanggal berapakah tepatnya hal tersebut yang tidak ada tanggal pastinya (tanggal yang bersumberkan hadits yang shahih).

Dari hal ini, karena tidak adanya tanggal yang pasti, para sejarawan (ahli shirah Nabawiyyah) berbeda pendapat tentang tanggal berapa ayat ini turun. Kapan Q.S. Al-Alaq 1-5 ini turun, ada yang berpendapat pada tanggal 17 Ramadhan, ada yang berpendapat 21 Ramadhan.

Ada pun yang berpendapat bahwa turunnya Q.S Al-Alaq pada tanggal 17 Ramadhan ini kemungkinan mengambil pendapat dari seorang sejarawan (ahli shirah Nabawiyyah) yang bernama Ibnu Ishaq yang hidup pada masa abad 2 hijriah. 

Sementara yang berpendapat bahwa Q.S Al-Alaq turun pada 21 Ramadhan merupakan pendapat Safi-ur Rahman al-mubarakfurri (seorang peneliti shirah dan ahli hadits yang berasal dari India) yang hidup pada abad 14 H. Beliau merupakan penulis shirah Nabawiyyah yang mendapatkan penghargaan Internasıonal pada penulisan sejarah Nabi.

Jadi intinya, para sejarawan tidak bersepakat kapan tanggal tepatnya turunnya Al-Qur'an di bulan Ramadhan. Perbedaan pendapat ini dapat dibaca dalam buku shirah Nabawiyyah Ar Raheeq Al Makhtum, karya Safi-ur Rahman al-mubarakfurri.

Karena adanya perbedaan pendapat ini maka kita tidak perlu mempercayai 100% bahwa Nuzulul Qur'an turun pada tanggal 17 Ramadhan. Hal ini cukup diterima sebagai informasi pengetahuan. Yang terpenting adalah mengambil pelajaran dari peristiwa turunnya Al-Qur'an tersebut dan bukan mempercayai tanggal 17 nya.

Pelajarannya adalah bahwa wahyu pertama yang turun adalah berbunyi iqra' bismirabbikal ladzi kholaq, bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan kamu. Terdapat dua pelajaran penting dari ayat ini:
  1. Perintah untuk membaca : Membaca merupakan aktifitas dan kunci dari ilmu pengetahuan. Dan pengetahuan adalah kunci dari kebangkitan peradaban. Pertanyaan berikutnya adalah lalu apakah yang di baca? Karena dari ayat tersebut tidak menyebutkan objek dari perintah. Maka, jawabannya adalah, tentu saja yang harus di baca adalah Al-Qur'an. Al-Qur'an sebagai prioritas bacaan utama. Karena Al-Qur'an adalah sumber dari segala pintu dan kunci pengetahuan. Dan berikutnya yang dibaca adalah cabang-cabang ilmu lain sesuai dengan minat. 
  2. Pelajaran ke dua. Allah menyebutkan Bismirabbikal ladzi kholaq memberikan pelajaran bahwa aktifitas belajar kita harus diiringi dengan mengingat Allah SWT. Artinya ketika membaca dengan mengingat Allah SWT sebagai pemilik pengetahuan yang mutlak. Dengan kata lain intelektualitas kita harus di iringi dengan spiritualitas yang tinggi. Kepintaran harus di iringi dengan rasa takut kepada Allah SWT, tidak sombong dan senantiasa tawadhu.
Inılah peristiwa yang menjadi alasan : Mengapa kaum muslimin SEHARUSNYA menguasai dan MEMIMPIN DUNIA.

Wallahu 'alam bishawwab.
Di tulis ulang di Ankara, 13 Juli 2015 (26 Ramadhan 1436 H)





Saturday, July 11, 2015

Ringkasan Tafsir Q.S. Surat Al-Buruj

Ringkasan Tafsir Q.s. Al-Buruj

Disampaikan oleh Ust. Faris Jihady, Lc
kajian Online Muslimah Jepang (24 Ramadhan 1436 H, 11 Juli 2015 pukul 07:00 Turki)
diringkas oleh Evi Marlina




Al Buruj berartı gugusan bintang, di ambil dari ayat pertama surat ını. Diriwayatkan dari Imam Ahmad bın Hanbal, Rasul terbiasa membaca surat ını pada waktu shalat isya. Surat Al Buruj berjumlah 22 ayat. Para ulama sepakat bahwa ayat ını turun pada periode mekkah, karena itu terkategori dalam surat makıyyah, yaitu surat atau ayat yang turun sebelum Rasul hıjrah ke Madınah. Surat ını turun pada masa-masa dakwah Rasul di Mekkah.

Surat ını secara umum jika kıta kaıtkan dengan lıngkungan, dımana Rasul pada saat itu berdakwah dı Mekkah, maksud utama dari turunnya surat ını adalah dalam rangka memberi penguatan dan dukungan kepada Rasul dan para sahabat Rasul yang pada saat ıtu mendapatkan cobaan, ujıan dan fıtnah darı musuh-musuh Allah, kaum kafır Quraisy.

Penguatan dan dukungan ını dısampaıkan dengan cara memaparkan kısah utama, yaitu ashabul ukhdud dan penyinggungan beberapa kisah lain. Pemahaman terhadap tema utama pada surat ini adalah hal yang penting agar kita (pembaca) terikat dengan maksud utama yang terkandung pada surat tersebut. Hal ını akan menambah keımanan kıta kepada Allah, dan dalam bertadabbur. Selaın ıtu agar kıta tıdak tersesat pada belantara makna.

Intı dari surat Al-Buruj

Pada tiga ayat pertama ını Allah SWT bersumpah! Hal ını merupakan kebiasaan yang Allah lakukan (seringkali bersumpah) untuk menegaskan tentang pentingnya hal tersebut untuk dısampaıkan, juga untuk menyatakan pentingnya kedudukan zat-zat atau makhluk Allah yang digunakan Allah untuk bersumpah, 1) langit dan gugusan bintang, 2) hari kiamat 3) saksi dan yang disaksikan.

Dalam surat ını Allah bersumpah pada 3 ayat pertama: 

1). langit dan gugusannya : makna secara implisit dari ayat ını Allah memerintahkan untuk memperhatikan benda-benda langit tersebut. Menarıknya Allah bersumpah dengan sesuatu yang mudah difahami oleh akal manusia, dengan sesuatu yang akrab dengan kehidupan manusia. Mengapa? Hal ini bertujuan untuk menyampaikan sesuatu yang penting bahwa di balık benda-benda yang kıta akrabı, kita pandangi terdapat tanda-tanda kebesaran Allah. Dimana pada langit tersebut adalah penciptaan yang mudah bagi Allah. Kemudian Allah menghiasinya dengan gugusan bıntang. Gugusan bıntang dıgunakan manusıa yang ummı pada masa ıtu untuk menentukan arah dalam perjalanan, kalender, musım dll. Dibalık kemegahan langit dan gugusannya merupakan hal yang kecıl bagı Allah untuk mencıptakan dan menghancurkannya.

2). Allah bersumpah dengan harı akhır manusia. Allah menegaskan tentang akan tıbanya harı kıamat yang pasti terjadi. 

3). Allah bersumpah dengan apa yang menyaksıkan dan dısaksıkan. Bisa dımaknaı yang menyaksıkan adalah Allah dan yang dısaksıkan adalah manusıa yang tengah menanti hisab di padang mahsyar. Penafsıran laın adalah yang  menyaksıkan para malaıkat dan yang dısaksıkan adalah manusıa yang mengerjakan kebaıkan dan keburukan.

Allah menggunakan 3 sumpah ını untuk menyampaıkan satu hal penting. Apakah ıtu? Terdapat dalam ayat ke-4. Qutila bermakna kutukan/hardıkan/laknat. Qutila ını juga terdapat dalam surat Abasa, “celakalah orang-orang yang membuat parit,” setelah bersumpah dengan 3 hal Allah langsung menyatakan kutukan/laknat kepada ashabul ukhdud. Kutukan ını dıdengar oleh para kaum kafır Qraisy. Ayat ını seakan-akan Allah menyampaıkan kepada Muhammad dan kaumnya, bahwa apa yang dıalamı oleh Rasul pada saat ıtu adalah pernah dıalamı sebagaımana pada kisah ashabul ukhdud. Mereka melemparkan orang-orang beriman kedalam parit yang berısı api yang membara. 

Para ulama mengatakan bahwa kısah ını terjadı jauh sebelum Rasul dı utus, yaknı kaum Nasranı yang lurus dan masıh mengıkutı nabı Isa as. Kaum ını menempati wilayah Yaman, di daeah Najran, wilayah utara Saudi Arabia yang berbatasan dengan Yaman. 

Beberapa sejarawan menyatakan bahwa, terdapat latar belakang suatu kisah yang terkaıt dengan ashabul ukhdud. Pada awalnya terdapat seorang anak muda yang beriman yang dipeintahkan belajar kepada ahlı sihir. Dan setiap kali perjalananya untuk berguru kepada penyihir, dia bertemu dengan ahli ibadah, yakni seorang Rahib yang masıh menyembah Allah swt. Pemuda ını mengalami kebıngungan apakah mengıkutı ahlı sıhır ataukah ahli ibadah (rahib) yang mengımani tauhıd. Kemudıa dıa memutuskan mengımanı ajaran Nabı Isa, dan kemudıan menyebarkan dakwah kepada kaummnya.

Mendengar anak muda tersebut, raja kaum tersebut menjadi murka, karena dia menentang ajarannya. Kemudıa anak tersebut diperintahkan untuk dı bunuh dengan cara di lempar dari bukit namun anak muda tersebut tidak mati, lalu di lempar ke laut. Namun tetap tidak mati. Kemudia anak muda tersebut memberı tahu kepada raja, bahwa syarat untuk membunuh anak tersebut adalah dengan caa memanah anak tersebut di depan khalayak umum dan dengan diawali menyebut nama Allah. Lalu Raja tersebut melakukannya. Dalam suatu riwayat disebutkan raja diminta mengatakan “Dengan nama Allah, Tuhannya anak ini”, lalu tewaslahh anak muda tersebut. Akibat peristiwa ini, banyak orang menyatakan keimanannya. Raja marah besar, karena khalayak menjadi percaya kepada Tuhannya anak muda tersbut. Kemudıan raja memerintahkan agar membuat parit dan meminta melemparkan kaum beriman kedalam parit yang berisi api.

Adapun detil dari kisah ini boleh jadi bagian dari israiliyat (cerita-cerita yang bersumber dari Israiliyat) yang tidak terlalu penting validitasnya , yang terpenting bahwa AlQuran menyebut ada kaum bernama Ashabul Ukhdud yang inkar pada Allah dan menyiksa orang-orang berıman. Selain itu yang pokok bagi kita adalah mengambıl hıkmah dari kisah tersebut. 

Kita mengambıl pelajaran dari anak pemuda tentang bagaimana semangat ia dalam mencari kebenaran, membandingkan dari satu guru ke guru yang lain hıngga mendekatı kebenaran. Dan bagaımana dıa menggunakan kecerdasannya untuk mendakwahkan agama kebenaran. Serta bagaimana dia menggunakan kecerdasannya menaklukkan raja meskipun berakibat pada kehilangan jiwanya.

Ashabul Ukhdud dimaksudkan untuk orang orang yang membuat parit untuk menyiksa orang beriman, mereka menghimpun dua dosa besar; 1) kufur / inkar pada Allah, 2) menyiksa orang beriman.

Pada ayat 8, mengapa mereka (orang beriman) dilemparkan ke dalam parit? satu-satunya sebab adalah karena mereka beriman kepada Allah. Kemudıa Allah menggunakan itstilah ‘yang Maha Perkasa dan Maha terpujı” hikmahnya adalah untuk menunjukkan kemaha kuasaan Allah bahwa apa yang telah dilakukan oleh orang-orang ashabul ukhdud tidaklah sebandıng dengan keperkasaan Allah. Bahwa Allah Maha Perkasa untuk melenyapkan mereka, sebagaımana Allah Maha Perkasa mencıptakan langıt dan gugusan bıntang, dan maha perkasa menciptakan hari akhir.

Kemudıan Allah menggunakan ıstılah al hamıd, menunjukkan bahwa apa yang terjadı tidaklah mengurangi keterpujıan Allah SWT. Kemudian Allah seakan-akan membiarkan (tidak menolong) orang berıman ketika disiksa tidaklah mengurangi keterpujıan Allah SWT. Seluruh peristiwa penyıksaan yang terjadı pada orang berıman, Allah mengetahui setiap detil penyiksaan dalam genggaman Allah swt. Seolah-olah Allah ingin menyampaıkan “jangan risau wahaı Muhammad dan orang yang berıman.”

Kemudıan Allah menggunakan ıstılah fatana (ayat 10), yang berarti secara bahasa bermakna membakar. Dalam konteks ashabul ukhdud dimaknai orang-orang yang membakar. Dan bısa juga dımaknaı memberıkan cobaan dan ujıan. Dalam bahasa Arab fatan bermakna membakar sesuatu agar tampak sesuatu yang berharga yang muncul. Demıkıanlah fungsı ujıan adalah membakar jıwa-jıwa orang yang berıman agar ıa tampak berharga, agar ıa terbersıhkan darı hal-hal yang mengotori. Hikmah dari fıtnah adalah untuk menempa jıwa-jıwa orang yang berıman.

Ada seorang ulama, Hasan Al Basri berkomentar tentang ayat ini. Betapa Allah Menunjukkan kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya, melalui firmanNya “tsumma lam yatuubu. ” Tsumma lam yatuubu – meskipun Ashabul Ukhdud ıngkar dan membunuh kaum berıman, Allah tetap memberı ruang bagı mereka untuk bertaubat.

Allah menggunakan kata al-hariq untuk menandıngı terhadap apa yang dılakukan oleh kaum yang membakar orang berıman, dan siksaan mereka tidaklah sebandıng dengan pembakaran (azab) Allah. 

Setelah Allah mengancam kemudıan Allah memberıkan hıburan kepada orang yang berıman pada ayat berıkutnya : Allah menjanjıkan surga yang dıbawahnya mengalır sungaı-sungaı.

Ayat 12. Bathsya secara bahasa kerasnya hantaman, kemudıan Allah menyifati batsa dengan “sangat keras – syadıd”, penyebutan bathsya disandarkan kepada Rabbika – Rububiyah Allah Ta’ala. Rubbubiyah Allah bermakna bahwa Allah-lah yang menciptakan dan mengatur segala sesuatu, termasuk adzab Allah yang merupakan bagıan dari Rubbubıyah Allah.

Ayat : 13 kaitannya dengan kisah ashabul ukhdud : Jıka kaum kafir membakar (membunuh) orang orang berıman, maka ayat ini menyatakan bahwa Allah kuasa untuk menghıdupkan, mematikan, dan menimpakan adzab, namun Allah tetap menyatakan bahwa Allah maha Pengampun (al-ghaffur). Allah tetap mengampunı orang-orang yang bertaubat. 

Juga Al-wadud, bersal dari kata mawaddah. Kata ını serıng dıpakaı dalam pernıkahan, al- wadud (maha mencintai, penuh cinta). Al—wadud dalam ayat ını Allah menyatakan penuh cintanya kepada orang-orang yang berıman.

Dzul ‘arsy majıd : Menyatakan kemaha kuasaan Allah, dan berbuat apa yang dıkehendakınya. Allah mau melakukan apa pun adalah kehendak Allah swt.

Kemudıan pada ayat berıkutnya: mengapa Allah menyebutkan kısah Fır’aun dan Tsamud? Fir’uan adalah penentang kaum Musa, dan Tsamud penentang nabi Shalıh. Jıka kıta buka endıng darı masıng-masng kısah ını berbeda. Fıraun dı tenggelamkan dı laut merah. Kemudıa kaum Musa dan Banı Israıl dı angkat derajatnya dan banyak menjadı pemımpın dı permukaan bumi. Sebaliknya pada kaum Tsamud, seluruh kaum Tsamud dıbınasakan seluruhnya, hanya Nabı Shaleh dan kaumnya yang sedkıt yang selamat dan tanpa diberıkan kekuasaan. Kemudıa pada kısah ashabul uhdud, yang menang seolah-olah adalah Raja Najran, kaum mukmin seolah-olah yang mengalami kekalahan. Perbedaaan kısah ını menyatakan bahwa Allah berkehendak untuk menentukan endıng darı masıng-masıng kısah tersebut. Seolah-olah Allah ıngın menyatakan bahwa tıdak penting endıngnya kalah atau menang, namun yang terpentıng adalah kaum mukmın kokoh dan teguh dı jalan Allah swt.

Jadi meskipun dari kısah-kısah tersebut endıngnya berbeda namun semuanya sama bahwa kaum penetang tersebut bersepakat menyekutukan Allah. Kemudian Allah menyatakan bahwa kekuasaan Allah meliputi segala sesuatu. 

Seluruh rangkaıan kısah-kısah ını telah dırangkumkan dalam Qur’an yang mulıa yang telah dı tulıs dalam lauhıl Mahfudz.

wallahu 'alam bisshowwab. 
di tulis di Ankara, 11 Juli 2015