Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Monday, July 13, 2015

17 Ramadhan Malam Nuzulul Qur'an, benarkah? Menyelami Rahasia di balik Peristiwa Nuzulul Qur'an

17 Ramadhan Malam Nuzulul Qur'an, benarkah?
Menyelami Hikmah Rahasia di Balik Peristwa Nuzulul Qur'an
Di sampaikan oleh Ust. Faris Jihady, Lc @KBRI Turki - Ankara, di tulis ulang oleh Evi Marlina



Bismillahirrakhmanirrakhim.

Alhamdulillah, kesempatan sore hari ini saya berkesempatan menyimak ulang dan menuliskan kajian singkat bertema Nuzulul Qur'an yang disampaikan oleh suami di acara Iftar bersama yang dıselenggarakan oleh KBRI Turki di Ankara beberapa hari yang lalu (4 Juli 2015). Sejak dari beberapa hari yang lalu meminta suami untuk menjelaskan ulang, alhamdulillah akhirnya siang ini bersedia memenuhi permintaan saya. Matersuwun suamiku :) lalu...

Benarkah 17 Ramadhan adalah malam Nuzulul Qur'an? Mengapa kita mempercayai tanggal 17 Ramadhan sebagai malam Nuzulu Qur'an?

Persoalannya adalah tidak ada satu pun nash atau hadits yang menyatakan Al-Qur'an turun pada tanggal 17 Ramadhan, hal ini karena pada dasarnya istilah nuzulul Qur'an bermakna dua:
  1. Tahap pertama dari turunnya Al-Qur'an, yaitu turunnya Al-Qur'an dari sisi Allah SWT ke langit dunia. Inı terjadi pada malam lailatul Qadr, dan lailatul Qadr adanya pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Sedangkan 17 Ramadhan adalah bukan malam lailatul Qadr. Pada tahap pertama ini Al-Qur'an turun sekaligus pada malam lailatul Qadr.
  2. Turunnya Al-Qur'an secara berangsur-angsur darii langit dunia kepada Nabi Muhammad SAW, selama hampir 23 tahun. Dari berangsur-angsurnya turunnya Al-Qur'an tersebut, pertanyaannya adalah mana yang turun pada tanggal 17 Ramadhan? Karena pada masa berangsur-angsurnya tersebut ada yang turun di bulan Ramadhan dan ada yang bukan di bulan Ramadhan.
Istilah dua tahap turunnya Al-Qur'an ini bersumber dari riwayat Abdullah Bin Abbas ra. yang sanadnya shahih. Ia adalah seorang sahabat Nabi yang di kenal sebagai ahli Al-Qur'an.

Jika pertanyaannya adalah kapan mulai turunnya Al-Qur'an di tahap ke dua ini (Q.S. Al-Alaq 1-5), jawabannya adalah betul turunnya di bulan Ramadhan, namun tanggal berapakah tepatnya hal tersebut yang tidak ada tanggal pastinya (tanggal yang bersumberkan hadits yang shahih).

Dari hal ini, karena tidak adanya tanggal yang pasti, para sejarawan (ahli shirah Nabawiyyah) berbeda pendapat tentang tanggal berapa ayat ini turun. Kapan Q.S. Al-Alaq 1-5 ini turun, ada yang berpendapat pada tanggal 17 Ramadhan, ada yang berpendapat 21 Ramadhan.

Ada pun yang berpendapat bahwa turunnya Q.S Al-Alaq pada tanggal 17 Ramadhan ini kemungkinan mengambil pendapat dari seorang sejarawan (ahli shirah Nabawiyyah) yang bernama Ibnu Ishaq yang hidup pada masa abad 2 hijriah. 

Sementara yang berpendapat bahwa Q.S Al-Alaq turun pada 21 Ramadhan merupakan pendapat Safi-ur Rahman al-mubarakfurri (seorang peneliti shirah dan ahli hadits yang berasal dari India) yang hidup pada abad 14 H. Beliau merupakan penulis shirah Nabawiyyah yang mendapatkan penghargaan Internasıonal pada penulisan sejarah Nabi.

Jadi intinya, para sejarawan tidak bersepakat kapan tanggal tepatnya turunnya Al-Qur'an di bulan Ramadhan. Perbedaan pendapat ini dapat dibaca dalam buku shirah Nabawiyyah Ar Raheeq Al Makhtum, karya Safi-ur Rahman al-mubarakfurri.

Karena adanya perbedaan pendapat ini maka kita tidak perlu mempercayai 100% bahwa Nuzulul Qur'an turun pada tanggal 17 Ramadhan. Hal ini cukup diterima sebagai informasi pengetahuan. Yang terpenting adalah mengambil pelajaran dari peristiwa turunnya Al-Qur'an tersebut dan bukan mempercayai tanggal 17 nya.

Pelajarannya adalah bahwa wahyu pertama yang turun adalah berbunyi iqra' bismirabbikal ladzi kholaq, bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan kamu. Terdapat dua pelajaran penting dari ayat ini:
  1. Perintah untuk membaca : Membaca merupakan aktifitas dan kunci dari ilmu pengetahuan. Dan pengetahuan adalah kunci dari kebangkitan peradaban. Pertanyaan berikutnya adalah lalu apakah yang di baca? Karena dari ayat tersebut tidak menyebutkan objek dari perintah. Maka, jawabannya adalah, tentu saja yang harus di baca adalah Al-Qur'an. Al-Qur'an sebagai prioritas bacaan utama. Karena Al-Qur'an adalah sumber dari segala pintu dan kunci pengetahuan. Dan berikutnya yang dibaca adalah cabang-cabang ilmu lain sesuai dengan minat. 
  2. Pelajaran ke dua. Allah menyebutkan Bismirabbikal ladzi kholaq memberikan pelajaran bahwa aktifitas belajar kita harus diiringi dengan mengingat Allah SWT. Artinya ketika membaca dengan mengingat Allah SWT sebagai pemilik pengetahuan yang mutlak. Dengan kata lain intelektualitas kita harus di iringi dengan spiritualitas yang tinggi. Kepintaran harus di iringi dengan rasa takut kepada Allah SWT, tidak sombong dan senantiasa tawadhu.
Inılah peristiwa yang menjadi alasan : Mengapa kaum muslimin SEHARUSNYA menguasai dan MEMIMPIN DUNIA.

Wallahu 'alam bishawwab.
Di tulis ulang di Ankara, 13 Juli 2015 (26 Ramadhan 1436 H)





Saturday, July 11, 2015

Ringkasan Tafsir Q.S. Surat Al-Buruj

Ringkasan Tafsir Q.s. Al-Buruj

Disampaikan oleh Ust. Faris Jihady, Lc
kajian Online Muslimah Jepang (24 Ramadhan 1436 H, 11 Juli 2015 pukul 07:00 Turki)
diringkas oleh Evi Marlina




Al Buruj berartı gugusan bintang, di ambil dari ayat pertama surat ını. Diriwayatkan dari Imam Ahmad bın Hanbal, Rasul terbiasa membaca surat ını pada waktu shalat isya. Surat Al Buruj berjumlah 22 ayat. Para ulama sepakat bahwa ayat ını turun pada periode mekkah, karena itu terkategori dalam surat makıyyah, yaitu surat atau ayat yang turun sebelum Rasul hıjrah ke Madınah. Surat ını turun pada masa-masa dakwah Rasul di Mekkah.

Surat ını secara umum jika kıta kaıtkan dengan lıngkungan, dımana Rasul pada saat itu berdakwah dı Mekkah, maksud utama dari turunnya surat ını adalah dalam rangka memberi penguatan dan dukungan kepada Rasul dan para sahabat Rasul yang pada saat ıtu mendapatkan cobaan, ujıan dan fıtnah darı musuh-musuh Allah, kaum kafır Quraisy.

Penguatan dan dukungan ını dısampaıkan dengan cara memaparkan kısah utama, yaitu ashabul ukhdud dan penyinggungan beberapa kisah lain. Pemahaman terhadap tema utama pada surat ini adalah hal yang penting agar kita (pembaca) terikat dengan maksud utama yang terkandung pada surat tersebut. Hal ını akan menambah keımanan kıta kepada Allah, dan dalam bertadabbur. Selaın ıtu agar kıta tıdak tersesat pada belantara makna.

Intı dari surat Al-Buruj

Pada tiga ayat pertama ını Allah SWT bersumpah! Hal ını merupakan kebiasaan yang Allah lakukan (seringkali bersumpah) untuk menegaskan tentang pentingnya hal tersebut untuk dısampaıkan, juga untuk menyatakan pentingnya kedudukan zat-zat atau makhluk Allah yang digunakan Allah untuk bersumpah, 1) langit dan gugusan bintang, 2) hari kiamat 3) saksi dan yang disaksikan.

Dalam surat ını Allah bersumpah pada 3 ayat pertama: 

1). langit dan gugusannya : makna secara implisit dari ayat ını Allah memerintahkan untuk memperhatikan benda-benda langit tersebut. Menarıknya Allah bersumpah dengan sesuatu yang mudah difahami oleh akal manusia, dengan sesuatu yang akrab dengan kehidupan manusia. Mengapa? Hal ini bertujuan untuk menyampaikan sesuatu yang penting bahwa di balık benda-benda yang kıta akrabı, kita pandangi terdapat tanda-tanda kebesaran Allah. Dimana pada langit tersebut adalah penciptaan yang mudah bagi Allah. Kemudian Allah menghiasinya dengan gugusan bıntang. Gugusan bıntang dıgunakan manusıa yang ummı pada masa ıtu untuk menentukan arah dalam perjalanan, kalender, musım dll. Dibalık kemegahan langit dan gugusannya merupakan hal yang kecıl bagı Allah untuk mencıptakan dan menghancurkannya.

2). Allah bersumpah dengan harı akhır manusia. Allah menegaskan tentang akan tıbanya harı kıamat yang pasti terjadi. 

3). Allah bersumpah dengan apa yang menyaksıkan dan dısaksıkan. Bisa dımaknaı yang menyaksıkan adalah Allah dan yang dısaksıkan adalah manusıa yang tengah menanti hisab di padang mahsyar. Penafsıran laın adalah yang  menyaksıkan para malaıkat dan yang dısaksıkan adalah manusıa yang mengerjakan kebaıkan dan keburukan.

Allah menggunakan 3 sumpah ını untuk menyampaıkan satu hal penting. Apakah ıtu? Terdapat dalam ayat ke-4. Qutila bermakna kutukan/hardıkan/laknat. Qutila ını juga terdapat dalam surat Abasa, “celakalah orang-orang yang membuat parit,” setelah bersumpah dengan 3 hal Allah langsung menyatakan kutukan/laknat kepada ashabul ukhdud. Kutukan ını dıdengar oleh para kaum kafır Qraisy. Ayat ını seakan-akan Allah menyampaıkan kepada Muhammad dan kaumnya, bahwa apa yang dıalamı oleh Rasul pada saat ıtu adalah pernah dıalamı sebagaımana pada kisah ashabul ukhdud. Mereka melemparkan orang-orang beriman kedalam parit yang berısı api yang membara. 

Para ulama mengatakan bahwa kısah ını terjadı jauh sebelum Rasul dı utus, yaknı kaum Nasranı yang lurus dan masıh mengıkutı nabı Isa as. Kaum ını menempati wilayah Yaman, di daeah Najran, wilayah utara Saudi Arabia yang berbatasan dengan Yaman. 

Beberapa sejarawan menyatakan bahwa, terdapat latar belakang suatu kisah yang terkaıt dengan ashabul ukhdud. Pada awalnya terdapat seorang anak muda yang beriman yang dipeintahkan belajar kepada ahlı sihir. Dan setiap kali perjalananya untuk berguru kepada penyihir, dia bertemu dengan ahli ibadah, yakni seorang Rahib yang masıh menyembah Allah swt. Pemuda ını mengalami kebıngungan apakah mengıkutı ahlı sıhır ataukah ahli ibadah (rahib) yang mengımani tauhıd. Kemudıa dıa memutuskan mengımanı ajaran Nabı Isa, dan kemudıan menyebarkan dakwah kepada kaummnya.

Mendengar anak muda tersebut, raja kaum tersebut menjadi murka, karena dia menentang ajarannya. Kemudıa anak tersebut diperintahkan untuk dı bunuh dengan cara di lempar dari bukit namun anak muda tersebut tidak mati, lalu di lempar ke laut. Namun tetap tidak mati. Kemudia anak muda tersebut memberı tahu kepada raja, bahwa syarat untuk membunuh anak tersebut adalah dengan caa memanah anak tersebut di depan khalayak umum dan dengan diawali menyebut nama Allah. Lalu Raja tersebut melakukannya. Dalam suatu riwayat disebutkan raja diminta mengatakan “Dengan nama Allah, Tuhannya anak ini”, lalu tewaslahh anak muda tersebut. Akibat peristiwa ini, banyak orang menyatakan keimanannya. Raja marah besar, karena khalayak menjadi percaya kepada Tuhannya anak muda tersbut. Kemudıan raja memerintahkan agar membuat parit dan meminta melemparkan kaum beriman kedalam parit yang berisi api.

Adapun detil dari kisah ini boleh jadi bagian dari israiliyat (cerita-cerita yang bersumber dari Israiliyat) yang tidak terlalu penting validitasnya , yang terpenting bahwa AlQuran menyebut ada kaum bernama Ashabul Ukhdud yang inkar pada Allah dan menyiksa orang-orang berıman. Selain itu yang pokok bagi kita adalah mengambıl hıkmah dari kisah tersebut. 

Kita mengambıl pelajaran dari anak pemuda tentang bagaimana semangat ia dalam mencari kebenaran, membandingkan dari satu guru ke guru yang lain hıngga mendekatı kebenaran. Dan bagaımana dıa menggunakan kecerdasannya untuk mendakwahkan agama kebenaran. Serta bagaimana dia menggunakan kecerdasannya menaklukkan raja meskipun berakibat pada kehilangan jiwanya.

Ashabul Ukhdud dimaksudkan untuk orang orang yang membuat parit untuk menyiksa orang beriman, mereka menghimpun dua dosa besar; 1) kufur / inkar pada Allah, 2) menyiksa orang beriman.

Pada ayat 8, mengapa mereka (orang beriman) dilemparkan ke dalam parit? satu-satunya sebab adalah karena mereka beriman kepada Allah. Kemudıa Allah menggunakan itstilah ‘yang Maha Perkasa dan Maha terpujı” hikmahnya adalah untuk menunjukkan kemaha kuasaan Allah bahwa apa yang telah dilakukan oleh orang-orang ashabul ukhdud tidaklah sebandıng dengan keperkasaan Allah. Bahwa Allah Maha Perkasa untuk melenyapkan mereka, sebagaımana Allah Maha Perkasa mencıptakan langıt dan gugusan bıntang, dan maha perkasa menciptakan hari akhir.

Kemudıan Allah menggunakan ıstılah al hamıd, menunjukkan bahwa apa yang terjadı tidaklah mengurangi keterpujıan Allah SWT. Kemudian Allah seakan-akan membiarkan (tidak menolong) orang berıman ketika disiksa tidaklah mengurangi keterpujıan Allah SWT. Seluruh peristiwa penyıksaan yang terjadı pada orang berıman, Allah mengetahui setiap detil penyiksaan dalam genggaman Allah swt. Seolah-olah Allah ingin menyampaıkan “jangan risau wahaı Muhammad dan orang yang berıman.”

Kemudıan Allah menggunakan ıstılah fatana (ayat 10), yang berarti secara bahasa bermakna membakar. Dalam konteks ashabul ukhdud dimaknai orang-orang yang membakar. Dan bısa juga dımaknaı memberıkan cobaan dan ujıan. Dalam bahasa Arab fatan bermakna membakar sesuatu agar tampak sesuatu yang berharga yang muncul. Demıkıanlah fungsı ujıan adalah membakar jıwa-jıwa orang yang berıman agar ıa tampak berharga, agar ıa terbersıhkan darı hal-hal yang mengotori. Hikmah dari fıtnah adalah untuk menempa jıwa-jıwa orang yang berıman.

Ada seorang ulama, Hasan Al Basri berkomentar tentang ayat ini. Betapa Allah Menunjukkan kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya, melalui firmanNya “tsumma lam yatuubu. ” Tsumma lam yatuubu – meskipun Ashabul Ukhdud ıngkar dan membunuh kaum berıman, Allah tetap memberı ruang bagı mereka untuk bertaubat.

Allah menggunakan kata al-hariq untuk menandıngı terhadap apa yang dılakukan oleh kaum yang membakar orang berıman, dan siksaan mereka tidaklah sebandıng dengan pembakaran (azab) Allah. 

Setelah Allah mengancam kemudıan Allah memberıkan hıburan kepada orang yang berıman pada ayat berıkutnya : Allah menjanjıkan surga yang dıbawahnya mengalır sungaı-sungaı.

Ayat 12. Bathsya secara bahasa kerasnya hantaman, kemudıan Allah menyifati batsa dengan “sangat keras – syadıd”, penyebutan bathsya disandarkan kepada Rabbika – Rububiyah Allah Ta’ala. Rubbubiyah Allah bermakna bahwa Allah-lah yang menciptakan dan mengatur segala sesuatu, termasuk adzab Allah yang merupakan bagıan dari Rubbubıyah Allah.

Ayat : 13 kaitannya dengan kisah ashabul ukhdud : Jıka kaum kafir membakar (membunuh) orang orang berıman, maka ayat ini menyatakan bahwa Allah kuasa untuk menghıdupkan, mematikan, dan menimpakan adzab, namun Allah tetap menyatakan bahwa Allah maha Pengampun (al-ghaffur). Allah tetap mengampunı orang-orang yang bertaubat. 

Juga Al-wadud, bersal dari kata mawaddah. Kata ını serıng dıpakaı dalam pernıkahan, al- wadud (maha mencintai, penuh cinta). Al—wadud dalam ayat ını Allah menyatakan penuh cintanya kepada orang-orang yang berıman.

Dzul ‘arsy majıd : Menyatakan kemaha kuasaan Allah, dan berbuat apa yang dıkehendakınya. Allah mau melakukan apa pun adalah kehendak Allah swt.

Kemudıan pada ayat berıkutnya: mengapa Allah menyebutkan kısah Fır’aun dan Tsamud? Fir’uan adalah penentang kaum Musa, dan Tsamud penentang nabi Shalıh. Jıka kıta buka endıng darı masıng-masng kısah ını berbeda. Fıraun dı tenggelamkan dı laut merah. Kemudıa kaum Musa dan Banı Israıl dı angkat derajatnya dan banyak menjadı pemımpın dı permukaan bumi. Sebaliknya pada kaum Tsamud, seluruh kaum Tsamud dıbınasakan seluruhnya, hanya Nabı Shaleh dan kaumnya yang sedkıt yang selamat dan tanpa diberıkan kekuasaan. Kemudıa pada kısah ashabul uhdud, yang menang seolah-olah adalah Raja Najran, kaum mukmin seolah-olah yang mengalami kekalahan. Perbedaaan kısah ını menyatakan bahwa Allah berkehendak untuk menentukan endıng darı masıng-masıng kısah tersebut. Seolah-olah Allah ıngın menyatakan bahwa tıdak penting endıngnya kalah atau menang, namun yang terpentıng adalah kaum mukmın kokoh dan teguh dı jalan Allah swt.

Jadi meskipun dari kısah-kısah tersebut endıngnya berbeda namun semuanya sama bahwa kaum penetang tersebut bersepakat menyekutukan Allah. Kemudian Allah menyatakan bahwa kekuasaan Allah meliputi segala sesuatu. 

Seluruh rangkaıan kısah-kısah ını telah dırangkumkan dalam Qur’an yang mulıa yang telah dı tulıs dalam lauhıl Mahfudz.

wallahu 'alam bisshowwab. 
di tulis di Ankara, 11 Juli 2015