Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Friday, April 24, 2015

Kebaikan itu seindah namanya #1

Catatan Harian
Kebaikan itu seindah namanya #1


Suasana jalan di kampung halamanku, Desa Pasar Singkut, doc. Pribadi

Pagi beranjak dengan cahaya yang kemilau. Sayangnya tidak ada suara kokok ayam atau burung perenjak seperti di kampung halaman. Terkadang pagi-pagi subuh begini aku selalu dilanda kerinduan pada suara ketukan pintu dari luar. "nduuk bangun, sudah subuh." Siapa lagi kalau bukan suara emak. Tidak terasa sudah berpuluh tahun sejak aku memutuskan untuk merantau melanjutkan belajar di kota provinsi (aliyah – kuliah S1) hingga melanjutkan meninggalkan tanah air. Meninggalkan kampung halaman yang tenang dan sepi, namun selalu dengan hijaunya. Entahlah seperti apa rasanya kerinduan orang tua pada anaknya, orang tua pada putra-putrinya, kepada darah dagingnya dan seterusnya...ketika ia berpamitan meminta restu “meninggalkan” dalam jangka waktu yang cukup lama.

Seperti pada sore itu, 16 februari 2015. Aku dan Mas Faris mengantarkan emak dan bapak ke Ciputat. Menuju tempat tinggal sepupu yang akan menikah dengan seorang gadis Jakarta. Rasanya berat hati untuk melanjutkan perjalanan, ingin berlama-lama menikmati detik-detik akhir bersama emak dan bapak. Sayangnya waktu tidak memungkinkan karena 17 Februari aku harus sudah meninggalkan tanah air. Banyak hal yang harus dipersiapkan. Emak memeluk dan menciumku, aku tahu rasanya rindu. Ternyata sulit dan tidak cukup diungkapkan lewat bahasa. Karena tidak akan tercerna maknanya. Mas Faris membimbingku dan kami pamit meningglakan keduanya. Hatiku campur, berkecamuk dan tekad menjadi satu.

Kini aku tidak hanya sebagai seorang anak dan student namun juga telah menjadi seorang istri. Segala puji hanya bagi Allah, emak adalah orang yang paling bahagia hatinya. Dari dahulu belıau adalah sosok yang tidak pernah membatasi keinginan dan mimpi-mimpi anak-anaknya. Jika itu baik dan bermanfaat maka jalankanlah. "maafkan emak, karena hanya bisa mendoakan."  

Siang itu, empat hari menjelang hari -H- pernikahan. Aku duduk termangu merapikan kamar. Emak masuk kamar dan dengan wajahnya yang penuh gembira dan pandangan yang berat duduk di sisi kananku,

"kamu apa sudah beli baju pengantin buat ijab nduk?" Tiba-tiba pertanyaan yang aku takutkan itu muncul, dengan wajah bingung aku pura-pura menutupi keresahan yang ada pada wajah emak dan diriku sendiri. 

"Hanifa dereng sempat cari Mak, nanti saja ya kita cari di toko pasar, pasti ada baju muslimah gamis bagus-bagus. emak tenang saja, in sha Allah." Jawabku sekuat tenaga meski aku sendiri tidak tahu akan memakai pakaian pengantin yang “bagaimana” untuk acara se “sakral” itu. Aku melihat semburat cahaya kesedihan dalam pandangan emak.

"Emak mohon maaf, karena tidak mampu membelikan baju pengantin, matersuwun ya Nduk, emak mohon maaf ndak bisa bantu apa-apa." aku diam tergugu...menahan hati. "Semuanya akan baik-baik saja in sha Allah."

Saturday, April 18, 2015

Tahniah! ICEFIC 2015




Alhamdulillah, email yang saya buka hari ini (17 April 2015), saya persembahkan untuk seseorang yang istimewa dalam hati dan kehidupan saya. Setelah lama tidak menulis bertema "serius," ini adalah paper yang saya tulis tiga minggu setelah pernikahan. Untukmu suamiku, Mas Faris Jihady atas ketulusan, cinta dan sumber energi yang tiada bertepi...Email ternyata sudah diumumkan pada tanggal 14 April lalu, dan baru saya buka pada 17 April.

Kepada, tim tangguh AL-ARDVICI yang hingga detik ini tidak pernah berhenti menjadi sumber semangat belajar. Pak Dede Martino terimakasih banyak atas bimbingannya, I will prepare for my oral Presentation in ICEFIC 2015 (International Congress on Education for the Future: Issues and Challanges that will take place on 13-15 May 2015 Ankara).

Thursday, April 9, 2015

Belajar dari remaja Perancis "I don't have phone"

Belajar dari remaja Perancis 

"I don't have a phone"
-----------------------------
France, 19 Februari 2015

Keputusan final saya memutuskan untuk transfer maskapai. Meminta kompensasi atas penundaan penerbangan dari maskapai Air France, meminta transfer via Turkish Airlines setelah beradu lobi dengan petugas bandara di transit area berjam-jam. Itu artinya harus kembali mengurus pengambilan bagasi dan memindahkannya ke terminal yang berbeda. Tidak terbayangkan sebelumnya, akan memliki history penerbangan dengan jadwal penundaan yang tidak menentu selama dua hari. Juga tidak menyangka jika pada akhirnya lobi visa disetujui oleh petugas kepolisian airport, sekali lagi juga setelah proses negosiasi panjang yang melelahkan. Allah sumber pertolongan. ##

Pagi itu dengan cuaca yang sebenarnya mendung maskapai THY tetap melanjutkan penerbangan dengan tujuan Istanbul. Alhamdulıllah, legalah hati -setelah urusan panjang yang menguras seluruh energi selama dua hari dua malam non stop di transit area. Saya memilih duduk di samping lorong agar memudahkan untuk urusan ini dan itu. Menyandarkan segala penat dan memulai menikmati keripik tempe yang saya bawa dari Indonesia. Ngemil seorang diri makanan nomor TOP tanah air rasanya terasa sedang di surga kuliner Indonesia, hee..maklum makanan Indonesia memang super langka.
Di kursi tengah adalah seorang backpacker dari Malaysia. Habil namanya. Seorang remaja yang juga bertujuan mengadakan travelling ke Istanbul. Anak yang baik dan telah banyak membantu kesulitan saya selama pengurusan visa dan bagasi ketika transit. Tengah liburan universitas katanya. Sementara di sisi dekat jendela adalah seorang remaja tanggung berkebangsaan Perancis. Saya menawarkan cemilan tempe goreng kepada mereka. "No thank." Jawab remaja Perancis pada awalnya. "This is traditional food of Indonesia, just try." Jawab saya menjelaskan. Dan benar saja, ia yang pada akhirnya menghabiskan makanan khas favorit saya itu. grin emoticon

Kami sharing cukup lama, meski pada awalnya saya lebih banyak menyimak dan sesekali menambahkan, karena kelelahan dan kantuk yang hebat. Hingga sampailah pada percakapan yang menghilangkan semua rasa kantuk saya.
Habil : What kind of the game that you like? 
(memegang handphone memainkan sebuah game)
Qabil : (Nama remaja perancis itu) sorry, I don't have phone.
I don't know what kind of.

Monday, April 6, 2015

Seperti warna musim :)


لولا أن القـلوب تُوقـن باجتماع ثانٍ
 لتفطَّرت المرائر لفـراق المُحـبِّين


"kalau lah jiwa-jiwa tak yakin akan adanya pertemuan berikutnya, niscaya cermin akan pecah tersebab perpisahan para pecinta." Ibn Aqil Al-Hanbaliy (Mas Faris' 29 March 2015)  — bersama Evi Marlina Al-ardvici Kreatif)


Dear Mas Faris Jihady,
ya ghaliy, suamiku...
Semi beranjak menjemput hangat mentari
Seperti cinta dan rindu yang berpadu dalam irama nafas
Seperti baris kata yang selalu semi memperbaharui waktu
Seperti halnya pertemuan hati dan cinta, 
yang sebening butir hujan
bertemu pada satu muara, dalam sujud dan bait doa kerinduan
bercakap semua rasa..
cinta kita yang seperti bait warna musim,
perlu kesabaran tentang waktu...

engkau yang lebih dalam dari lautan, lebih putih dan biru dari awan 
lebih hangat dari mentari pagi. Padamu yang tersimpan semua rahasia dan ilmu, 
Yang hatiku menari-nari dalam setiap bait bahasamu.

I love You ya dear Mamascim 
Sakura RT, Ankara, 6 April 2015