Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Monday, May 19, 2014

Gadis kecil, yang bening matanya dan jaketnya berwarna merah "SURIAH"

Bening sekali matanya. Ia memandangku tajam dari balik kaki ibunya. Gadis kecil, pengungsi Suriah. Bajunya berwarna merah, tidak memakai sendal. Adik kecil yang malang, rambutnya keriting, cantik. Sekitar 3 tahun usianya. Sang Ayah dan Ibu muda yang menggendong bayi, pasangan suami istri yang masih sama-sama muda, yang mungkin terpaksa harus meminta-minta di negeri orang. Oleh sebab kekejaman Asad.

Suriah.
Mata bening adik kecil itu membawaku pada lamunan panjang didalam kereta sore tadi. Melamun dalam diam yang tidak aku mengerti. Bagaimana kelak ia akan menjelaskan tentang tanah airnya. Bagaimana ia menjelaskan tentang suara peluru. Bagaimana ia menjelaskan tentang cita-cita. Menjelaskan tentang kebengesin Asad. Melihat kakinya yang tanpa sandal itu rasanya kakiku seperti tengah menginjak puluhan sembilu. Ngilu. Melihat bening matanya itu seperti tidak percaya kalau yang aku lihat adalah gadis kecil negeri berdarah.

Suriah.
Kekejaman Asad yang tiada berkesudahan. Lihatlah ini gadis kecil bermata bening yang menatap mataku tajam. Aku bahkan dibuat ketakutan menyaksikannya. Ia generasi negeri yang diberkahi. Ini generasi bumi syam yang Allah karuniaknan keberkahan. Negeri kota Damaskus bertepi, kota sumber belajar Qur'an dan Hadits. Negerinya syurganya Cahaya Islam. Dan mata bening itu. Ah...aku tidak mampu menjelaskannya. 

Gadis kecil, yang bening matanya, dan jaketnya berwarna merah. SURIAH! 
Aku bicara bersama kedua matanya. Tentang bengisnya Asad dan matanya yang bening
...dan kereta terus melaju. 

Sakura RT, Ankara 19052014








Sunday, May 18, 2014

Dan ia muridku, Ayu namanya

Puisi yang ditulis pada buku halaman pembuka, Communicating partners: 30 years bulding responsive relationships with late-talking children including autism.


Yang ditulis oleh James D. MacDonald


Aku jadi teringat salah satu muridku. Tidak autis. Tapi oleh sebab kecelakaan mengalami gangguan pda syaraf otaknya. Kemampuan akademisnya otomatis trganggu. 

Dijauhi teman2nya. Rambutnya berkutu, banyak sekali. Jika aku egois dn kekanak2an, aku juga ngeri sebenarnya. 

Tapi kutahan perasaan ngeriku. Oke, masalah kutu rambutnya yang sangat bnyak itu akan kita bereskan dg rajin keramas. Mka setiap pagi dia selalu memberi sampo rambutnya. 

Itu pertemuan pertamaku di tahun 2011, saat dia menangis di ruang tengah asrama RCQ, oleh sebab dia dikirim ayahnya karena di sekolah dijauhi temanya. 

Jadilah ia dipondokkan di asrama RCQ [Yayasan Rumah Cerdas Qur'ani]. Menjadi salah satu santri kami. Bertambahlah satu santri putri. Namanya ayu, 14 tahun. 

Tugas pertamaku, adalah memberinya pelajaran B. Indonesia, meski aku lulusan B. Inggris. Dan pelajaran pertama untuknya adalah menulis apa yang ia lihat di langit sana. Bagus! Dia bisa menulis dengan baik. Satu dua tiga minggu. Dan pada suatu sore mnjelang magrib, entah karena apa aku marah sekali padanya, kesal sekali karena aku sdah mngulang mngjrknnya belasan kali bgaimna mmbedakan antara subjek, predikat dan objek. 

Tapi tidak satu pun ia faham. Bibirku gemetar menahan diri. Meski ia satu2nya murid jenjang SMP yang Ustdzah amanahkn padaku. "Hanifa, kamu jadi guru B. Indo buat Ayu ya." 

Meski suaraku tidak meledak. Tpi rintih suaraku mmbuat Ayu tahu, bahwa aku marah sekali; "Ya Rahmaaan." Aku ucapkn kalimat itu sambil gemetaran, smntara kedua mataku sudah basah.

Aku benar-benar hanya mampu memandang langit petang itu. Menahan diru. Ku intip muridku Ayu bersembunyi diam ketakutan dalam jilbabnya. 

Astaghfirullah. Aku pandangi muridku yang malang itu. "Maafkan Miss ya Ayu. Kalau begitu besok kita bermain di danau samping lapangan golf ya." sejak saat itu aku belajar, akulah teman muridku yang banyak kutunya itu. Murid yang juga mau tidak mau aku terkena kutunya beberapa minggu. Dialah yang menemani Ramadhanku penuh selama sebulan di asrama. Memasakkan menu dan menyiapkan makan sahurku, membangunkanku dan..."Miss besok aku ajari Mis membuat kue bola-bola coklat **tears...dia muridku yang sangat hebat.


Sakura RT, Ankara 17 Mei 2014

Friday, May 16, 2014

Inilah DEDIKASI


Sore hari waktu Turki. Matahari baru saja akan merampungkan tugas mulianya. 
"Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)." (Q.S. Al-Lail :1)

Bismillahirrahmanirrahim..


Dan ia adalah "hanya" seorang putra dari tukang batu ...

Meski demikian proyek-proyeknya menyejarah, melegenda sepanjang abad. Menembus dari satu generasi ke generasi. 

Siapakah ia? Ia terlahir dengan nama Joseph di Kaisariya, Anatolia. Yang Henry Matthews sejarawan arsitektur terkemuka Washington State, menyandingkan ia bersama Brunelleschi Italia, pun Michelangelo.

Betapa mengagumkannya menjadi muslim yang cemerlang  Membangun sejarah yang tiada rapuh oleh zaman. Mimar Sinan, sang guru arsitektur kebanggan Islam..

Ketika kecil, ia adalah seorang kristen. Ia bercita-cita besar,bersekolah di imperial Enderun College, di Istana Topkapi. Sayang sekali ia tidak diterima di sekolah itu. Semangat belajar dan daya juang yang tiada berkesudahanlah yang mengantarkan ia belajar di Ibrahim Pasha School, Grand Vizier Ibrahim Pasha.

Mimar Sinan, kecerdasan yang tiada tara. Serta kemauan yang besar telah menjadikan ia hanya dalam kurun waktu 3 TAHUN, menjadi seorang arsitektur muslim berbakat. Menyejarah!!!

Karyanya! Dan duduklah kita dengan pandangan kagum yang tiada berkesudahan. Ketelitian, kemegahan, keindahan, kejayaan adalah simbol kejayaan Islam. Masjid Selimiye di Edirne, dibangun atas perintah Sultan Selim II, tercatat dalam SITUS WARISAN DUNIA, UNESCO 2011.

Demikian pula Master PIECE-nya Masjid Süleymaniye di Istanbul. Menjadikan ia sebagai ARSITEK MUSLIM TERBESAR periode Ottoman.

Sinan, juga dipercaya memimpin korps infanteri perwira, memimpin pasukan kaum muslim menaklukkan Austria. Kecerdasannya dalam arsitektur hingga ia tercatat sebagai penembak jitu, mengetahui struktur TERLEMAH dalam MERUNTUHKAN bangunan lawan!

Karya Mimar Sinan, tidak terhitung. Tidak hanya bumi Turki saksi atas harum yang tiada luruh. Ia telah membangun dan mengawasi 476 bangunan. Tercatat TIDAK KURANG dari 196 bangunan adalah buah fikir dan karya besarnya yang bahkan terhitung 5 ABAD hingga saat ini, pun masih berdiri KOKOH. MEMBANGGAKAN!!

50 TAHUN! Adalah curah fikirnya dalam MEMBANGUN Kerajaan Utsmani. Inilah DEDIKASI**

3 AMAL yang tiada terputus hingga AJAL terpisah dari badan; salah satunya Ilmu yang Terus Mengalir. Mimar Sinan, dari ABAD ke ABAD. Tiada PUNAH! Segala puji HANYA bagi Allah.

Semoga Bermanfaat. Kebenaran hanya milik Allah.
#Dari berbagai referensi

Sakura RT, Turki 12 Mei 2014
(Tuntas pukul 22:26)
Disampaikan pada kulsap MJR SJS MITI M






Sepotong Malam

Dengan terhuyung tangan kananku membawa gayung berisi sikat gigi dan seperangkatnya, sementara tangan kiriku menjinjing beberapa buku. Dengan capek dan mengantuk kuseret kaki ke ruang belajar. Pasti sudah ramai, fikirku. Sementara kerongkonganku terasa kering, haus sekali. Aku ingat, air mnum mineral sudah aku pindahkan di atas meja belajar. 

Sesorean ini menemani mengobrol keluarga temanku yang wisuda, salah satu dari keluarga mereka tak banyak bicara, seperti bingung mencari topik. Maka aku sibuk mencari topik apa saja agar suasana tidak kaku. Sampai mereka bilang,"kalau kamu pulang ke Indonesia, coba pakai jeans dan lepaskan penutup kepalamu." Kata ibu dari satu temanku yang lain. Meski kaget aku tetap menjawabnya dengan tetap berhati2. "Bibi, aku khawatir nanti ayah dan ibuku tidak mengenaliku. Sebab dari kecil aku sudah demikian." semoga jawaban ini tidak menyinggung. Sang paman, ayah temanku menyela. "Jangan dengarkan bibimu." Kami tertawa. 

Dan akhirnya, aku  pamit pada mereka. Sesampai asrama shlat, tilawah dan tertidur pulas. Hingga terbangun pukul 23:00 Turki dan ternyata haus sekali.

***
Di ruang belajar. Sepi...
Hanya ada 2 orang tengan menekuni leptopnya. Aku menuju kamar mandi. Gosok gigi. Meski mataku masih mengantuk sekali.

"Hanifa..apakah kamu di ruang belajar seharian ini?" sebuah suara memanggilku. Aku menoleh. Teman yang biasa duduk belajar di samping meja belajarku.
"Oh tidak, aku baru saja bangun." Jawabku.
"Apakah engkau tertidur dikamar belajar?" tanyanya lagi.
"Tidak..." Jawabku sambil tersenyum. Hee...dia rajin sekali membangunkanku, jika aku tertidur ketika membaca buku sambil duduk di ruang belajar.
"Hanifa, mengapa setiap melihatmu aku selalu penuh kegembiraan dan selalu mengundangku mampu tersenyum." Kata temanku lagi. Sementara aku masih sibuk membasuh muka.
Berhenti sejenak. "Sama engkau juga demikian" Jawabku sembari menyempatkan memandang wajahnya.
"setiapa kali melihatmu aku seperti mengambil energi positif." lanjutnya lagi.
"iya kalian juga demikian. Memberikan energi positif bagiku." Jawabku.

#Aku berlindung pada Mudari pujian yang meruntuhkan keimanan ya Rabb..

Sakura RT
Ankara, 15May2014 (23:45 Turki)
Setengah mengantuk di ruang belajar, melihat tumpukan buku. 





Thursday, May 15, 2014

ya Allah, Aku belajar di sarang komunis

Siang ini pukul 13:30 aku sudah siap menanti bis. Seperti biasa, perkuliahan kelas siang pukul 14:30. Kampus yang cukup jauh membuatku harus bersiap lebih lama untuk menempuhnya. 4 buah buku pinjaman perpustakaan 2 minggu yang lalu terpaksa kugendong tanpa kantong. Hari ini sudah harus aku kembalikan. Baru saja sampai dipersimpangan bis lewat dan berhenti di durak. Terpaksa berlari agar tidak tertinggal. Syukurlah masih ada beberapa detik menjelang bis melaju. Aku duduk di kursi tengah. Kepalaku terbang entah dimana. Memikirkan hitungan hari menjelang ujian akhir dan rencana kepulangan ke tanah air. 

***

Sesampai di kampus. Sepi...
Mengapa kelas sepi. Aku mengetuk pintu sekretaris jurusan. 
"Hocam, selamat sore." Sapaku.
"Oh Hanifah, masuklah." Sambutnya ramah.
"Apakah sore ini tidak ada kelas" Tanyaku.
"Dengan siapa?" Jawabnya.
"dengan hoca Eyle." Jawabku.
"Oh..sayang sekali. Hari ini ada demo. dan Hoca eyle akan ikut serta dalam demo."
Haa, ikut demo juga, antara kaget dan oh...senang karena bisa pulang cepat campur aneh bagaimana gitu. :P

***
Aku memutuskan ke Perpustakaan, mengembalikan 3 buah buku dan memperpanjang salah satunya, menarik. Fikirku. Sepertinya cocok untuk mengisi kajian diskusi bersama ibu-ibu Turki 2 mingguan "Family Therapy" sesuai dengan beberapa materi perkuliahan beberapa pekan terakhir ini. Serampung mengembalikan buku aku memutuskan untuk membacanya di dalam kelas. Duduk seorang diri. Lalu menelpon sahabatku, Nida. 

Suara di seberang. "Hanifah, maafkan aku baru mengabari. Hari ini kelas di boikot. Aku juga baru tahu siang ini."
"Oh problem degil, tidak apa Nida. Aku hanya ingin memastikan bahwa kelas ditutup hari ini."
Beberapa menit perbincangan kami, membahas PR dalam telepon dan lalu saling menutup salam.

***
Aku tidak jadi membaca buku. Di pintu luar Hoca Eyle berdiri memperhatikanku. "Oh Hocam." Sedikit kaget.
"Ozur dlerim Hanifa, maafkan Hanifah, hari ini kita tidak ada kelas." Jawabnya. Lalu aku memutuskan pamit pulang.

Sesampai pintu luar Fakultas. Suara ribut. Benar dugaanku. Demo baru saja dimulai. Serombongan mahasiswa berjalan beriringan dengan suara yang mereka teriakkan menuju fakultasku. Sepertinya tengah mengumpulan masa. Aku menyempatkan mengambil foto mereka dan lalu memutuskan pulang. Bermaksud belajar lebih cepat hari ini. Diperjalanan menuju durak bertemu teman Afrikaku, kami mengobrol sejenak. 

***
Di dalam bis
Teringat perbincangan 3 hari yang lalu brsama Ayca. 
"Kamu beruntung Hanifah." Kata Ayca.
"Kenapa." Tanyaku penasaran.
"Dua tahun yang lalu, semua yang bekerja dan terlibat dalam pemerintahan dilarang berjilbab. jika ingin bersekolah dan berpendidikan tinggi tidak boleh berjilbab.
Aku menyimak.
"Semua mahasiswa putri yang berjilbab, dari rumah mereka berjilbab rapi, akan tetapi ketika sampai di depan pintu gerbang kampus, mereka tidak memiliki pilihan selain harus membuka jilbabnya. Aku tidak bisa gambarkan bagaimana rasanya."

Hening...

"Alhamdulillah, saat kedatanganku sudah bisa bejilbab leluasa. Maha Besar Allah." Syukur yang dalam pada Allah.

***
di dalam lift asrama. 8 orang. Sesak penuh.
"Hai Hanifah, kamu baru pulang dari kampuskah?" Tanya salah seorang teman asramaku.
"Iya sayang sekali jam belajar di tutup, karena ada demo." Jawabku sembari susah bernafas.
"Oh ya, kampusmu dimana?" Tanyanya lagi.
"Ankara Univ." Jawabku singkat.
Serentak suara koor panjang dari dalam lift.
"waaa, kereen sekali. Tapi memang Ankara Univ sangat sering menggelar demo. Kamu beruntung sekali. Aku juga berharap dikampusku ada demo. tapi tidak pernah ada." Kata temanku.

Haha...di dalam lift serentak kami tertawa bersama. :D

Sakura RT, Ankara 15May2014







Sunday, May 11, 2014

Nostalgia 11 Mei '11

Nostalgia pagi2. 

Ankara, mengetik sambil duduk memandang air hujan.


Mei 2011.
Saat wisuda dulu, pakai jilbab jadul yang biasa saya pakai (warna merah hati). Tidak punya baju brokat yang mek clingss, qiqi. Beli baju gamis jam 5 sore menjelang wisuda. Tidak ke salon. Jam 4 subuh sebelum adzan teman-teman kawasan perumahan berbondong menuju salon, saya masih uplek di dapur, keluarga kampung pada datang, bantu nyiapin teh hanget. Jam 6 pagi teman-teman pulang dari salon, masha Allah cantiknyaa. Saya jam 7 pagi baru jilbaban dan dandan sendiri, seadanya. 

wkwk bener-bener dah, peristiwa itu. Sampai di balairung kampus bingung nomor urut kursi wisudannya di bagian mana ya, seribu sekian-sekian. Akibat sore lalu terlambat ikut gladi resik, gegara nyari toga dan teratai sesorean, gegara ada agenda rapat gak habis-habis. xixi...hadeeh. Tepok jidat. Sampai dikampus poto-piti sama teman2 seangkatan, haha, aku sendiri yang kelihatan -melas tapi sederhana- #membela diri pake kata "sederhana" biar kedengeran manis . Bapakku diem aja lihat aku. Heran kali, hee "kamu itu mau wisuda apa mau jualan bakwan eeiipii" dalam hatiku 

Saya duduk di deret kursi paling belakang, asal sembarangan kursi. Dari suara salon balairung tiba-tiba gaung-gaung manggil nama sesorang. Kayak sedang manggil nama yang sangat familiar. Kayaknya aku ndak asing sama nama itu. Wkwk, jebulannya namaku sendiri. Hadeeh. Syukurlah, rupanya kursiku sudah disediakan dibagian paling depan. "Deret kursi wisudawan khusus." Alhamdulillah ya Allah... 

***
Sakura RT, Ankara 05052014
jika satu setengah tahun yang lalu suratku yang tiba disana
in sha Allah semoga saja tahun ini ada rezeki berlibur pulang...
 — di Ankara Besevler.

Tentang Mengantri

Tentang Mengantri
***

Sebenarnya ini sudah umum dan menjadi sebuah kebiasaan yang membudaya bagi masyarakat Turki "mengantri" dimana saja dan dalam hal apa saja. Contohnya mengantri pembayaran gas, air, listrik, di bank, naik bis, di kantin, dll. Karena dimana-mana mengantri sehingga tampak tidak sebegitu istimewa lagi bagi saya. Sudah sangat umum. 

Namun kejadian sore kemaren, membuat saya menyadari dan memang harus mengakui satu hal. Bahwa mengantri di Turki bukanlah "perkara sederhana" ia seperti sudah menjadi sebuah karakter bangsanya.

Setelah membuat janji pertemuan dengan teman dari teman asrama saya disebuah stasiun, berangkatlah kami berdua mencari sebuah gedung. Rupanya perempuan yang menemani saya kali ini adalah seorang mahasiswi semester 4. Kami baru saja berkenalan, 4 jam yang lalu lewat sms. Dia yang akan menemani mencari sebuah gedung penting. SGK - Saglik Guvenli Kurumu, singkatnya Asuransi Kesehatan.

Sesampai disana di teras gedung masih sepi, hanya ada seorang Bapak tua dan 2 petugas satpam yang tengah menunggu waktu jam kerja beroperasi, pukul 13:30 Turki. Sementara teman yang mengantar saya pamit terlebih dahulu.

Selanjutnya, saya ikut berdiri di samping Bapak tua tersebut. Beberapa menit kemudian keadaan sudah ramai, disamping saya sudah berderet 8-11 orang dan sebagian besar lansia. Apakah saya salah blok gedung. Mungkinkah ini gedung blok asuransi kesehatan bagi pensiunan. Selintas saya bertanya sendiri. Sepertinya tidak.

Sementara menghilangkan kebosanan menunggu saya membolak-balik selebaran seminar, membacanya dengan setengah bosan. keadaan semakin bertambah ramai pengunjung berdatangan. Barisan sedikit berdesakan. Disebelah kiri saya yang semula bapak tua sudah berganti ibu lansia. 

"Siz birincisiniz" Paman antrian yang pertama. Ucap saya kepada Bapak tua yang sudah datang pertama dan barisannya bergeser. Entah kenapa saya menjadi tidak rela jika barisan Bapak tua tersebut disereobot. Kemudian Ibu tua mode eropa yang mengambil barisan saya tadi "Sen birincisin, sen ikincisin, O ucuncu...tamam ben besinciyim" Kamu barisan pertama (bapak tua), kamu kedua (menunjuk saya), dia ketiga (ibu tua yg berdiri disamping kanan saya), oh iya saya yang kelima." Ucapnya dan lalu ia berpindah berdiri dibarisan no 5. Dalam hati, Masha Allah! Kagum. Saya tersadar, belajar satu hal penting tentang -mengantri ini- yang memang bukan perkara remeh temeh "demikianlah cara mereka menghormati hak orang lain. Menomorsekiankan egoistis, tanpa melihat perbedaan usia." 

Sakura RT, Sihhiye 9 Mei 2014
 — di Sıhhiye Sgk.