Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Thursday, August 14, 2014

"Bizimki Ask Kalmis" Meneladani sosok Ustadzah Wirianingsih

"Bizimki Ask Kalmis"
Meneladani sosok Ustadzah Wiwik
(Rahasia Sang Ustadzah Mendidik Putra-putri)
#catatan perjalanan bersama Ustadzah Wiwik (Dra. Hj. Wirianingsih, M.Si)


Matahari pagi menyingsing. Aku baru saja menyapa senyum dan berceloteh gembira bersama gadis kecil Turkey berusia 1 tahun  yang duduk disampingku,  gadis berambut keriting yang di kuncir dua, lucu sekali. Ia duduk manis bersamaku di Yeni Adana Otobus. Sebuah bus jurusan Istanbul.

Malam tanggal 30 aku meluncur menuju Istanbul tepat pukul 23:59 waktu Turki, Ankara. Itu sungguh hari yang padat sekali. Setelah beberapa minggu lamanya berjibaku mempersiapkan Ujian Akhir Semester, disertai beberapa agenda yang membersamainya. Puncaknya adalah hari Jum'at (30 Mei 2014), tepat saat aku harus menghadapi ujian Human Learning dengan materi yang sangat lumayan teramat tebal. Alhamdulillah tuntas! Semoga baik in sha Allah. Serampung ujian bermandi hujan mencari ATM untuk beberapa kebutuhan acara dan mengejar waktu untuk membantu memandu agenda kajian online LKS MIT. Itu adalah kajian yang spesial 30 Mei 2014. Peserta kajian mencapai 30 peserta lebih. Ramai sekali. Masha Allah. Meski acara kajian di undur 2 jam dari waktu yang ditentukan, karena kedatangan Ustadzah yang mengalami sedikit kendala di bandara.

***
"Bizimki ask kalmis." Suara kecil Aisu, sang gadis kecil berbisik disampingku. Aku menoleh tergelitik mendengarkan suaranya. "Tekrar soyle canim." "Ayo coba diulang lagi sayang." Aku memintanya untuk mengulang ucapan yang terdengar sangat manis itu. Aisu tersenyum malu dengan hidungnya yang cantik berkilauan. "Bizimki ask kalmis." Ucapnya sekali lagi. Aku tidak tahan untuk tidak memeluk dan menyentuh ujung hidungnya dengan ujung jari telunjukku. Aisu semakin mendekat, menyandarkan kepalanya dipundakku.

"Ozledim seni, ozledim seni, bir nefes gibi, bir nefes gibi." Lamat-lamat aku dengar suaranya bersenanandung. Sebuah lagu anak-anak Turki yang beberapa menit aku nyanyikan untukknya. "Aku rindu padamu- aku rindu padamu, seperti sebuah nafas-seperti sebuah nafas." "Biz yoldayken, beraber sarki soyledik." Ketika dalam perjalanan kita telah bersenandung bersama." Meski baru beberapa hitungan menit, tidak menduga Aisu mengingat dan mengulangnya dengan begitu cepat. Hingga Bus berhenti di Otogar Esenler, Istanbul. Otogar terbesar. Kami saling berpandangan dan aku peluk ia. "bizimki ask kalmis." Ulangnya sekali lagi. "Telah tertinggal cinta di dalam diri kita." Masha Allah. Bagaimana mungkin gadis kecil berusia 1 tahun mampu mengucapkan kalimat seindah itu.