Alhamdulillahirabbil'alamin. Sukran ya Rabb, pagi ini resmi aku melakukan tasmi' dengan Ustdz Halim setelah setahun tidak pernah evaluasi bacaan. Dan feelingku benar! Ya Allah, banyak sekali catatan evaluasi hari ini. Meski Ustdz bilang sudah bagus bacaan dan cukup melancarkan dengan sering mengilang. Ya Allah jika tidak ada evaluasi maka habislah catatan ayatku. Ya Allah, benar-benar terbalik-balik dan menyampur dari satu surat ke surat yang lain. Persis seperti bayi yang baru kembali belajar, berjalan dalam gelap, jatuh dan bangun. Mulai dari bacaan huruf yang tertukar dari sa menjadi sya, dari pendek menjadi panjang dan belum lagi ayat yang terbalik-balik dan tertukar. Ya Allah, padahal tidak mudah dulu buat mengumpulkannya.Tapi dengan mudah begitu saja terlupa satu persatu. Malu sekali rasanya sama Ustdz. Tidak terbayang kalau pulang ke Indonesia dan bertemu ustdzah yeni, akan lebih malu ya Rabb. Bismillah, ya Allah...bantu hamba untuk terus belajar dan memperbaiki ya Allah. Bantu hamba untuk terus belajar ya Allah. Memperbaiki dan terus memperbaiki.
***
Masih ingat. Pada sebuah bulan dan tahun 2011 ketika aku memutuskan untuk menjadi murid dari Ustdzah. Dua kali sepekan di pagi buta pukul 07:00 aku menembus subuh dan kabut tenang negeri Batanghari. Menuju sebuah rumah kos kecil sederhana di daerah telanai. Di sana aku selalu tidak bisa memarkirkan motorku dengan baik, karena rumah Ustdzah terletak tepat di pinggis jalan raya. Sebuah rumah kos kecil dan sangat sederhana. Ada beberapa buah komputer tempat merental jasa pengetikan dan counter pulsa. Masya Allah, sosok yang sederhana. Di dalam kos berukuran yang sangat kecil itu, aku dan Ustadzah duduk di sudut ruangan, yang juga tidak kalah sempit, belum empat anak Ustdazah yang semua laki-laki yang sangat aktif, membuat rumah kecil itu semakin penuh. Di kosan itulah aku bertemu Ustdzah, dan menyeraahkan diriku untuk menjadi murid beliau.
Ustdzah Yeni Ja'far, adalah seorang perempuan suami dari Ustdz yang hafidz, dan ke empat putra beliau yang juga menghafal al-qur'an, Ihsan dan Fauzan sudah memiliki hafalan yang banyak, dan dua yang masih kecil Qayis dan Arif juga sudah mulai menghafal meski masih kecil. Ustdzah adalah seorang kepala sekolah sebuah PAUD di sebuah yayasan. Beliau pindahan dari Bogor, aku belum pernah kenal sebelumnya. Pertemuan yang tanpa sengaja lewat selebara yang juga aku baca tanpa sengaja itulah yang membawaku bertemu dengan sosok wanita yang aku bilang itu berbeda dari akhwat kebanyakan. Beliau sangat sederhana, akan tetapi kecerdasan terpancar dari cara beliau berbicara, berinteraksi dan bersikap. terkadang aku menjadi seperti teman karib, kami saling bercanda dan terkadang saling mengejek "bercanda," terkadang Ustdzah juga menjadi sangat begitu menyebalkan bagiku, terkadang beliau menjadi seperti kakak, mendengarkan dengan setia setiap keluh kesahku. Ustdzah terkadang sangat manja padaku, terlebih beliau adalah guruku belajar memperbaiki bacaan dan sejak saat itu beliaulah yang selalu mengingatku untuk terus dekat dengan Al-Qur'an. "Tidak ada yang lebih mulia disisi Allah, selain ia yang selalu dekat dengan Al-Qur'an." Begitu salah satu nasihatnya.
Hampir setahun Ustdzah tinggal di kosan itu. Kecil sekali. Aku belajar kesederhaan dari beliau. Belajar bagaimana beliau mendedikasikan waktu untuk pengabdian pada murid-murid kecilnya di sekolah, mengabdiakan waktu untuk mengevaluasi hafalan anak-anak beliau setiap hari, mendedikasikan waktu untuk mengisi kajian yang nyaris memenuhi waktu beliau, pun juga waktu untuk suami Ustdzah yang juga sangat periang. "Sungguh keluarga yang riang." Begitu aku selalu bergumam, mengagumi kesederhanaan Ustdzah. Hingga di penghujung tahun 2011, Ustadzah meninggalkan rumah kos kecil itu, menjadi pengasuh sebuah lembaga tahfidz Qur'an untuk adik-adik yatim piatu. Dan memintaku untuk memberi nama lembaga itu. Masya Allah. Aku merasa tidak layak untuk memberikan nama. Tapi begitulah, aku tidak tahu apa yang membuat Ustdzah begitu menyayangiku, ia memintaku untuk memberikan nama. Hingga berdirilah lembaga tahfidz dengan nama Rumah Cerdas Qur'ani [RCQ]. Lalu disanalah kami melewati hari-hari. termasuk aku harus bolak-balik mengajar homeschooling adik-adik di RCQ, mengajar di ma'had IAIN, mengurus Al-Ardvici, mengikuti MTQ, mengajar murid privatku, memenuhi undangan seminar menulis dan kewirausahaan, pun mengevaluasi tulisan-tulisan ilmiah adik-adik di almamaterku di kampus Unja. Itu benar-benar tahun yang sangat padat bagiku. Aku sudah lupa seperti apa rasanya duduk dengan baik. Tapi Ustdzah selalu bilang, jangan pernah lalai dari Al-Qur'an, sesibuk apa pun itu. Aku tahu ustdzah sangat menyayangiku. Beliau yang selalu gemar memujiku dengan mengatakan -aku murid terbaiknya- di saat aku mengantar dan menemani beliau mengisi kajian atau saat beliau bertemu dengan tamu-tamunya. Sungguh tidak layak aku menerimanya. Malu sekali rasanya. Berat...
Ini betul-betul menjadi PR yang berat. Menghantui malam dan sepanjang tahun-tahunku. Malu sekali rasanya diri ini jika kelak kembali ke Indonesia dan ternyata hafalanku buruk dan tidak memiliki perubahan apa pun. Bismillah in sha Allah ustdzah. Aku sedang berusaha di sini untuk memperbaikinya. Terimaksih ya Allah, atas guru-guru baru yang engkau datangkan untukku. Semoga berkah in sha Allah.
Ankara, 25 November 2013
Keterangan foto : Bersama Qayyish [putra ke-4 ustdzah]
Foto ini diambil oleh Ustdzah, 3 hari menjeang lebaran Idul fitry, saat aku pamit pulang untuk persiapan berangkat ke Turkey.
2 comments:
sdh sampai mna ukh? chanjga bnyak yg lupa, hehe tp di jogja bnyak t4 tahsin, ana mulai dr awal lg viii
smangat menghafal
ichaaan syanak, masya Allah, lanjut kuliah di jogja sekarang ya ichan, hehe maksih ya say semalam dah ikut dengerin evi di radio PPI, terharuu rasanya #lebay :p
Post a Comment