Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Saturday, March 21, 2015

Catatan Rindu #1

Bismillahirrakhmanirrakhim...
Kepada suamiku, Mas Faris Jihady Hanifa.

Pukul 09:21 PM – Ankara, 21 Maret 2015.

Musim semi di negeri tempatku belajar akan segera tiba Masku. Bunga Sakura mulai bermekaran di sepanjang jalan kota, dan engkau tahu betapa aku mencintai bunga kecil nan berkelompok mungil perdu-perdu itu. Riang dan sumringahnya hati ini menceritakan segala hal tentang keindahannya. Dan engkau yang dengan sabar menyimakku, meski sudah puluhan kali aku mengulang kisah yang sama.

Setiap pagi matahari berpendar dan sinar hangatnya menyapa jendela kamar yang menyentuh kedua kelopak mata, senantiasa mengingatkan pada suaramu yang selalu ringan memanggilku dengan sebutan ya ghaliyati meski aku tidak tahu tentang makna panggilan itu. Namun aku yakin itu pasti sebuah panggilan yang indah, baik maknanya lagi istimewa.

Di tepi kerinduan di negeri yang mengandung penuh sejarah ini ada satu hal yang sedikit mampu mengobati rasa rinduku, adalah menyusuri hari yang kini aku tak lagi sendiri beriang menyambut hari. Semua hal yang bisa aku kisahkan padamu dengan penuh, dengan segala kata yang halal dan tak berbendung bahasa. Dan untuk yang kesekian kalinya engkau dengan tulus menyimak atau memandangku dengan senyum yang selalu mampu meneduhkan hati dan risauku.

Friday, March 13, 2015

Aramızda Aşk Kalmış #4 Membangun Pondasi

Hari ini bangun sedikit kesiangan, kelelahan semalam setelah seharian sejak pagi-pagi hingga larut malam beraktifitas, kehujanan sejak pukul 09.00 hingga pukul 19:00 petang. Ke kantor YTB mengurus asuransi, lalu ke kantor asuransi, lalu berkeliling mencari bank, lalu menemui profesor dan seorang dosen di kampus membahas paper dan sore hari memenuh janji bersilaturahim untuk bertemu dengan Umi. Malam hari agenda mengaji hingga pukul 22:00 Turki.

Pagi yang jernih, sementara di ujung negeri nun jauh disana Mas Faris sudah siap dengan sarapan paginya plus sepaket senyum dan "tetap" saja dengan gaya khas beliau yang memandangku dengan kedua bola mata yang sengaja dibesarkan, menggodaku dari balik layar hang out. Tentu saja aku tergelak menahan tawa setiap kali membuka tombol oke. Dua minggu yang lalu kami menyusun jadwal agenda belajar bersama. Mulai dari jadwal belajar tafsir, hadits hingga setoran pekanan. Pagi tadi dengan terkantuk-kantuk aku menghadap beliau, suamiku. Hee...meski kini Mas Faris adalah suamiku, namun dalam keadaan begini (baca. belajar) beliau tetaplah sebagai sosok seorang guru bagiku. Serius dan sifatnya yang sekali lagi sangat suka menggodaku.

"Mas sambil nyetrika baju ya..." Suara Mas Faris di ujung sana. Tangannya sibuk menyetrika pakaian sembari bibirnya berdehem ketika menyimak makhorijul "ghoin" ku yang masih saja belum berubah. "Coba itu ghoin ndesanya di ganti pakai ghoin kota." Kata Mas Faris sembari memandangku lekat dan serius. "Haa...ghoin ndesa." Dalam hatiku...tuks tuks...

Tuesday, March 10, 2015

Aramızda Aşk Kalmış #3 Karena Dakwah

Pukul 10:50 PM Ankara

Teman asrama Turki baru saja pamit dari kamar setengah jam yang lalu. Mengajakku berdiskusi tentang sistem pendidikan di tanah air. 

"Hanifa, teman-temanku telah mempresentasikan Jerman, Jepang, Kanada, Amerika dan masih banyak lagi negara hebat lainnya." Jelas Fulya dengan berbahasa Inggris yang fasih.

"Lalu..?" Tanyaku menggantung dengan mata yang tak lepas memperhatikan raut wajahnya yang bersemangat mempraktikkan Bahasa Inggris.

"Dan aku memilih Indonesia dalam hal ini." Lanjutnya. 

Aku tertarik mendengar penjelasan Fulya "Bolehkah aku tahu, apa yang menyebabkanmu memilih Indonesia?" Tanyaku kembali.

"Oleh sebab, aku menyukaimu. Engkau adalah cerminan Indonesia." Jawab Fulya dengan wajah berbinar.

Aku tertegun. Kepalaku mendadak berat. "Indonesia..." Aku menghela nafas, bergumam dalam hati. ini negeri paradoks. Meski aku pun, mencintainya.

Dan percakapan terus berlanjut, hingga larut. "Aku cinta Indonesia Hanifa, aku telah berjanji akan menghadiri pernikahanmu, namun aku tidak tahu jika takdir menjemput pernikahanmu lebih cepat dari yang aku duga." Fulya memandangku sendu.

Aku hening. Teringat betapa semangatnya ia beberapa bulan yang lalu ketika ıa menyatakan keinginannya bahwa suatu saat jika aku menikah ia akan datang.

Takdir! Kita tidak pernah tahu. Pun menyadarinya, bahkan ketika ia sudah diambang pintu rumah sekali pun. "Maafkan aku Fulya,"  ungkapku lirih dalam hati.

"Tapi aku janji." Suara Funda mengembang. "Suatu saat aku pasti akan mengunjungi negerimu, dari semua negara yang ada di dunia dan Indonesia adalah negeri yang paling menarik hatiku. Engkau membuatku jatuh cinta pada Indonesia." Jawabnya kemudian, sebelum akhirnya pamit dan berlalu setelah membuat perencanaan bahwa ia memintaku untuk hadir di kelasnya dan membantu mempresentasikan tentang Indonesia, dan aku menyetujuinya dengan senang hati. In sha Allah, tentu saja. "Of course why not! Jawabku sumringah.

Saturday, March 7, 2015

Aramızda Aşk Kalmış #2 Tentang Dua Pintu

Bismillahirrahmanirrakhiim.

Pukul 21:54 waktu Ankara. Tiks toks...

Kamar tenang dan sepi, meski dua, tiga teman-teman asrama masih ada yang rutin berkunjung ke kamar. Mengucapkan doa, menyalami, melihat foto-foto pernikahan atau terkadang memaksaku untuk bercerita bagaimana kisah "kami" bisa bertemu. Maha Besar Allah, entahlah dari mana teman-teman asrama, kampus dan bahkan hampir seluruh dosen-dosen di jurusan mengetahui tentang kabar pernikahan yang "kami" laksanakan di tanah air yang jaraknya jauh bermil-mil ini. Segala puji hanya bagi Mu ya Rabb, yang telah menggenapkan amanah padaku untuk beribadah pada Mu dengan sepenuh tunduk. Belajar dalam ketaatan pada-Mu, Rasul Mu dan Suami yang kini Engkau karuniakan padaku.

Suami...