Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Saturday, November 9, 2013

Dear Ya Rasulullah

Alangkah indahnya hidup ini, andai dapat ku tatap wajahmu. 
Kan pasti mengalir air mataku, kerena pancaran ketenanganmu.

Alangkah indahnya hidup ini, andai dapat kudakap dirimu
Tiada kata yang dapat aku ucapkan, Hanya Tuhan saja yang tahu
[Alangkah indahnya hidup ini, Raihan]

Dear Rasulullah, shalawat dan salam atasmu dan keluargamu ya Rasulullah...
Allahumma salli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala ali sayyidina Muhammad.
Bismillah...

***
Dear Ya Rasulullah


Pagi ini aku memutuskan tidur beberapa menit serampung lail dan shalat fajar, membaca beberapa halaman An-Nahl serta beberapa lembar buku pelajaran. Aku sungguh mengantuk sekali karena semalam yang padat. Baru sekitar satu jam aku tidur di balik selimut. Saat aku memejamkan mata aku seperti tengah melewati sebuah masjid yang menaranya tinggi menjulang dan bercahaya kemilauan. “Oh mesjid apakah ini.” Seperti bisik sebuah tanya hatiku. Aku ingin menyempatkan masuk ke sana, tapi entahlah sepertinya aku sedang sangat terburu-buru. Sehingga pergilah aku meninggalkan masjid yang menaranya bersinar berkemilau kehijauan itu. Aku meninggalkan dengan tanya yang tidak berputus. “Masjid apakah itu gerangan.”

***

"Bukankah itu masjidin Nabawi." Jelas seseorang. Tapi aku tidak tahu siapa pemilik suara yang menjelaskan itu. Seketika hatiku merintih, diam dan kelu. Seperti seseorang penumpang yang ketinggalan kereta beberapa detik ketika sampai dan akhirnya kereta itu pergi meninggalkannya.

Dear Rasulullah...
Aku sungguh menyesal, mengapa aku tidak menyempatkan diri untuk masuk ke sana. Aku betul-betul merintih dan kelu. Hingga akhirnya sebuah cahaya menembus dan memercik mataku. Aku merasa kesilauan dan segera membuka mata. "oh...hari sudah siang." Ya Rasulullah, ternyata itu hanya mimpi. Sungguhkah aku bermimpi yang hanya sekedar melewati sebuah masjid dan membuatku menyesal setelah menyadari bahwa itu masjidmu, Masjidin Nabawi. Lalu siapakah pemilik suara di seberang sana itu?

Oh, bila saja sejak awal aku tahu tentang masjid itu, izinkanlah minimal aku sempat berucap shalawat meski itu hanya diterasnya saja ya Rasul. Izinkanlah aku mengucapkan shalawat atasmu meski itu hanya memandang dari gerbang pintunya ya Rasul. Dear Rasulullah...Mungkinkah karena aku muslimah yang bukan ahli ibadah dan bukan pula siapa-siapa ini, hingga yang hanya dalam mimpiku yang singkat itu pun aku tidak berkesempatan singgah di masjidmu. Ya Rasulullah, bolehkah aku cemburu dengan mereka yang lahir di bumi sucimu hingga setiap nafasnya bisa merasakan getar-getar kecintaan padamu. Bolehkah aku cemburu dengan mereka yang hatinya dipenuhi dengan taman-taman kecintaan padamu. Hingga ia layak untuk berkunjung ke rumahmu.

Dear Rasulullah... 
aku cemburu...meski aku malu bahwa seseungguhnya aku seperti tidak layak untuk cemburu. Tapi... Aku betul-betul cemburu ya Rasulullah.

Dear Rasulullah...
Aku tulis suratku ini untukmu ya Rasul. Aku yang sering seolah-olah paling mencintaimu tapi...”ah aku malu ya Rasul.” Aku tidak berani mengatakan bahwa aku benar-benar mencintaimu. Sebab bukti apa yang bisa aku berikan padamu Ya Rasulullah...Aku seperti seorang yang sedang menjelaskan sebuah teory dan tidak mampu membuktikan teori "kecintaan" itu padamu. Aku takut saat engkau bertanya padaku “adakah bukti yang bisa membuatku percaya bahwa engkau betul-betul mencintaiku?”

Ya Rasulullah...
Aku tulis catatanku ini, aku khawatir esok hari jika aku berkesempatan bermimpi yang sama sungguh izinkan aku ya Rasul untuk masuk ke mesjid mu ya Rasul, bolehkah aku pegang dinding pintunya. Aku ingin shalat berjamaah bersama para imam besar dan ahli ilmu dan ibadah di sana. Aku ingin membaca surat kesayanganku, Al-Baqarah di masjidmu. Sungguh! Izinkan aku sampai di sana. Menjejaki bumi Haramain.

Ya Rasulullah,
izinkan aku membawa sang Bapak, beliau yang sudah tua. Aku tahu beliau bukan ahli ibadah. Mungkin terlebih beliau juga akan merasa tidak layak bertemu di rumahmu. Tapi izinkan aku untuk mengenalkan Bapak, bahwa ia layak mengenalmu lebih dekat. Izinkan aku memberikan hadiah terbaik untuknya ya Rasul, aku ingin Bapak ketika menutup mata di akhir waktunya tersenyum karena sudah berkunjung ke rumahmu. Aamiin in sha Allah.

Ya Rasulullah...
Suratku ini bolehkah aku tujukan pula untuk seseorang di sana ya Rasul,
seseorang yang sedang berdiri di bawah menara masjidmu. Pemilik jendela sebuah negeri.

Shalawat atas mu, sahabat dan keluargamu ya Rasulullah...
Allahumma salli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala ali sayyidina Muhammad.

Sakura RT Ankara, 9 November 2013
[aku tidak tahu apakah ini mimpi atau hanya perasaanku saja]
entahlah...Semoga baik in sha Allah

=====

Keterangan foto : Kubah Hijau yang dibawahnya adalah rumah Rasulullah dimana nabi dan 2 sahabat beliau [Abu Bakr dan Umar] dimakamkan. Sumber dari sebuah foto.

No comments: