Bismillah. Assalamualaikumwrwb.
Selamat datang kembali Mak Depok di halaman uneg-unegnya saya. Pekan ini COTW KIP Depok memberikan kejutan bahwa COTW yang semestinya sampai dengan COTW #15 digabungkan ke COTW #14, masya Allah. Itu artinya, ini adalah COTW terakhir yang saya ikuti pada kesempatan kali ini.
Sejujurnya, mulanya saya agak merasa berat untuk menuliskan ide berkaitan dengan tema yang diberikan pada pekan penutup ini. Meski kejutannya sangat menarik, double badge. Namun, jujur saja justeru itu yang membuat saya merasa agak berat untuk menulis. Sebab temanya tidak ringan. Ini adalah tema terberat yang saya rasakan disepanjang mengikuti COTW.
Malam hari, saya coba renungkan dan tetap teguhkan hati untuk tetap mengikuti COTW penutup ini. Tak ada salahnya mencoba menuliskan ide bukan? Barangkali dari beberapa ide yang ditulis ini ada beberapa yang dapat atau memungkinkan untuk dijalankan dalam kerangka upaya berkhidmat kepada masyarakat/lingkungan sekitar. menyesuaikan dengan kemampuan tentu saja. Semoga saja pandemi segera berlalu, insya Allah.
Berikut ini merupakan ide yang bisa saya bagikan, meski masih dalam wacana yang idealnya. Barangkali ada manfaat yang bisa diambil dari sharing berikut ini.
Ketahanan Pangan Untuk Masyarakat; Ide, Peluang & Tantangannya
Jika mengacu pada SDGs (Sustainable Development Goals) yang disahkan oleh PBB, maka salah satu tujuan dari program SDGs adalah Zero Hunger (mengakhiri kelaparan). Salah satu dari bentuk kelaparan tersebut termasuk diantaranya adalah kekurangan gizi.
Pemenuhan gizi seimbang pada tiap keluarga idealnya adalah sebuah kemestian. Namun, pada kenyataannya tidak semua keluarga dapat menikmati pemenuhan gizi seimbang ini. Ketidakmampuan ini salah satunya dipicu oleh faktor rendahnya pendidikan dan sulitnya ekonomi.
Berdasarkan survei BPS tahun 2017 (https://agricsoc.faperta.ugm.ac.id), diketahui tingkat kemiskinan di desa lebih tinggi daripada tingkat kemiskinan di kota. Persentase penduduk miskin di perdesaan sebesar 13,47% sedangkan persentase penduduk miskin di perkotaan sebesar 10,27%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di desa lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat diperkotaan. Tingginya tingkat kemiskinan ini tentu saja menjadi tantangan bagi masyarakat pedesaan, juga tantangan dalam tujuan tercapainya Zero Hunger.
Mengenal Karya Suku Pedalaman Jambi
Produk Anyaman Hasil Pemberdayaan Masyarakat Pedalaman Jambi
Salah satu ide upaya mendukung dari program SDGs tersebut adalah memberdayakan masyarakat dengan kegiatan tertentu. Dalam hal ini, salah satu program yang sudah saya lakukan bersama dengan tim adalah memberdayakan masyarakat pedalaman Jambi.
Program ini sebenarnya sudah berlangsung sejak tengah 2009 hampir kurang lebih 11 tahun. Yakni program pendampingan pemberdayaan masyarakat pedalaman dalam memodifikasi kerajinan tangan anyaman dan memasarkannya.
Selama kurun waktu yang tidak singkat ini generasi pengrajin pun sudah silih berganti dari waktu ke waktu. Dengan segala jatuh bangunnya dan tantangan yang ada, program ini pasang surut hingga akhir 2019 mengalami tantangan yang cukup pelik. Sebab tim utama yang mengontrol program ini harus berpindah domisili. Sehingga tim yang mulanya berdomisili di Jambi, saat ini 3 tim utama telah berada di kota-kota yang berbeda, lintas provinsi (karena tuntutan kerja dan telah berkeluarga). Ini adalah tantangan terbesar yang saat ini dihadapi.
Produk Anyaman Hasil Pemberdayaan Masyarakat Pedalaman Jambi
pada salah satu even pameran gelar produk UMKM, JCC 2012.
Maka, dalam upaya menjawab tantangan tersebut dengan kondisi yang lintas provinsi diperlukan optimalisasi pemasaran produk secara online dengan lebih fokus. Jika sebelumnya pasar utama dari pemasaran produk ini adalah masyarakat Jambi dan sekitarnya sebab merupakan salah satu kerajinan khas Jambi, maka kali ini dibutuhkan pemasaran dengan sasaran pasar yang lebih luas. Ya, ini adalah tantangan dan peluang utama.
Maka salah satu ide yang bisa saya sharingkan saat ini adalah melakukan strategi pemasaran produk masyarakat pedalaman dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan market place yang menjamur di tanah air. Peningkatan penjualan produk kerajinan, tentu akan memberikan dampak pula terhadap pendapatan ekonomi masyarakat pedalaman. Sehingga diharapkan dapat pula membantu perekonomian masyarakat pedesaan, dalam hal ini masyarakat pedalaman Suku Anak Dalam.
Rabu bercerita dan Berkarya
Salah satu bentuk kegiatan harian anak-anak bersama sepupu
dengan memanfaatkan halaman rumah
Program ini masih terbatas ide. Sudah lama ingin merealisasikan, sebelum akhirnya pandemi ini mewabah. Ide ini bermula saat saya pindah dan menempati rumah ini. Melihat halaman rumah yang luas dengan aneka tanaman yang ada didalamnya, saya terfikir untuk membuat satu program untuk anak-anak di komplek perumahan. Yaitu Rabu Bercerita dan Berkarya.
Program ini berupa kegiatan yang dilakukan sepekan sekali berupa kegiatan untuk anak-anak komplek dengan menyediakan kegiatan kreatifitas untuk anak-anak. Salah satunya bisa dengan menusung tema ketahanan pangan; mengenalkan aneka jenis tanaman hingga sampai pada pengolahannya untuk program jangka panjang.
Program ini tidak serta merta mejawab tema ketahanan pangan untuk masyarakat. Namun lebih kepada melakukan kegiatan edukasi kepada estafet generasi emas. Diharapkan dengan kegiatan yang sederhana ini anak-anak dapat memberikan transfer cerita dan ide tentang ketahanan pangan dengan cara berkebun di rumah-rumah.
Mengisi Fasum Perumahan dengan Tanaman Obat Keluarga
Gambar : Ilustrasi contoh konsep toga pada lahan kosong
https://www.agrikompleks.my.id/
Di komplek perumahan terdapat tanah kosong milik fasilitas umum perumahan yang sangat luas. Taman ini selama ini hanya ditanamani aneka bunga yang tidak tahan lama. Beberapa bulan yang lalu saya memperhatikan bahwa taman ini dipenuhi dengan tanaman kembang krokot yang berwarna-warni, namun kemudian tanaman krokot itu tidak bertahan lama dan tiada bersisa. Agak sedih melihat tanaman krokot yang semula menghampar luas itu kering dan mati.
Saya bermaksud mengusulkan ide kepada pihak terkait (RT/RW) agar fasilitas taman berupa lahan yang masih kosong tersebut dapat dimanfaatkan dengan menanam tanaman obat keluarga. Bisa berupa kunyit, temulawak, jahe, lengkoas, serai dsb. Sehingga lahan kosong ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat perumahan.
Berkunjung ke Yayasan Sosial Pembinaan Anak Jalanan
Ini merupakan salah satu gagasan lama yang belum saya realisasikan sebab kala itu kondisi hamil dan melahirkan. Yaitu melakuakan kunjungan kesalah satu yayasan sosial yang memberdayakan anak-anak jalanan di salah satu sudut kota depok. Ide kunjungan silaturahim ini saya maksudkan dengan dimulai dengan berbagi cerita, dan melihat kontribusi apa yang barangkali bisa saya bagikan. Ide ketahanan pangan ini barangkali bisa menjadi bagian dari ide yang bisa dibagikan dikemudian hari.
Setelah mencari informasi dari beberapa sumber terdapat salah satu yayasan yang memberdayakan anak-anak jalanan ini. Meski sejauh ini belum melakukan survey apa pun selain dari pada mengumpulkan informasi dan menyimak program-program yang berjalan. Khususnya selama masa pandemi ini, aktifitas saya full membersamai anak-anak di rumah. Mudah-mudahan pandemi segera berlalu. Agar kita dapat berkontribusi lebih banyak, lebih luas dan lebih bermanfaat. Aamiin insya Allah.
Barangkali hanya ini yang bisa saya bagikan sebagi penutup pada COTW kali ini. Semoga meski dimulai dari hal yang kecil ini ada manfaat yang bisa diambil ya. Sebagai penutup di penghujung program ini, secara pribadi saya ingin mengucapkan terimakasih kepada tim di balik layar yang telah bersusahpayah menyiapkan program ini untuk kesejahteraan anggotanya.
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ
“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS. Al-Isra:7)
Wassalamualaikumwrwb.
Evi Marlina
Depok, 25/9/2020
#pekan14 #pekan15
#challangeoftheweek
#ketahanankeluarga
#ketahananpangan
#kampungkipdepok
#ibuprofesionaldepok
No comments:
Post a Comment