Kita Bersihkan Dulu ya Dek
Zona 1; Komunikasi Produktif #11
"Astaghfirullaaah..." setengah tercekat anne melihat situasi rumah.
"Adeeek, Rayyaaan, Adeeek..." anne berteriak berulangkali memanggil adek, namun yang dipanggil tak kunjung terlihat.
"Asataghfirullah, adeeek dimana?" anne berkeliling seluruh isi rumah, mulai dari kamar tidur, kamar kerja ayah, kamar produk kerajinan, dapur, ruang setrika, semua kosong. Seketika perasaan cemas menjalar dan menjalar ke seluruh tubuh.
"Rayyaaan, adek dimana?" anne berlari ke teras belakang, sebab mustahil adek ke luar lewat pintu samping. Sebab anne mengunci pintu samping.
"Adeeek," begitu anne sampai di pintu belakang, menyapu seluruh petak halaman belakang, mendapati adek tengah berdiri dipojokan tanaman. Sementara tangannya sedang menuang-nuang sesutu di halaman luar.
"Ya Allaaah adeek," segera anne berlari memeluknya, mendekapnya.
Adek menggeliat-geliat, menolak dipeluk. Wajahnya tertawa-tawa hingga tampaklah barisan gigi kelincinya yang putih itu. dengan berlari-lari kecil adek meninggalkan anne yang mendadak panik.
Anne hanya bisa menggelus dada melihat polah adik, meski terkembang pula rasa kelegaan sebab adek tidak sedang menghilang. Anne memandangi seluruh isi rumah yang sudah berubah bak gunungan es berwarna putih di kutub utara, namun mengepulkan debu seperti di padang sahara. Debu-debu mengepul di dalam rumah, aroma wangi menyeruak memenuhi seluruh isi ruangan. Membuat anne terbatuk dan bersin berulangkali.
Ya, adek bermain bedak tabur.
Menaburkan ke seluruh isi rumah hingga halaman belakang. Seketika lantai menjadi sangat licin bak perosotan, aroma wangi menyeruak dan berhamburanlah debu-debu berbentuk bedak tabur merk Caladine yang berwarna putih.
Anne bergegas masuk ke dalam rumah, mencari adek. Sebab lantai semakin bertambah tebal dengan siraman bedak tabur putih. Nyaris seperti tepung yang berserakan di lantai.
Huft, anne menarik nafas, perlahan menghembuskannya. Menyaksikan debu mengepul disana-sini anne segera mematikan kipas angin yang menoleh kekanan dan kekiri menyebabkan debu bedak berterbangan halus.
Lalu menuju kamar mencari adek. Adek sudah bersembunyi di sisi lemari baju yang letaknya di sudut kamar. Tangannya menyembunyikan bedak di belakang punggungnya.
"Adik, adik lagi maen apa ya disini? Adik lagi main petak umpet yaa?" tanya anne pada adek.
Adek tertawa-tawa memperlihatkan barisan gigi-gigi susunya. Meski tangannya tetap tidak berubah posisi, bedak masih disembunyikannya di belakang punggungnya.
"Adek, mohon maaf Nak, boleh kasih ke anne ya bedaknya," bujuk anne pada adek.
"Ndak au, ndak..." jawab adek dengan nada menolak marah.
"Adek mohon maaf, bedaknya kasih ke anne yuk, yuk...kita lihat burung pipit yuk di luar," rayu anne lagi.
"Ndak auk," jawab adek lagi.
"Mohon maaf ya Dek, kalo bedaknya di tabur dilantai, jadinya licin dan berdebu, yuk boleh kasihkan ke anne bedaknya," anne kembali membujuk. Meski hanya penolakan yang diterima.
"Anne bacain cerita Dinosaurus yuk," tawar anne, sembari mengulurkan tangan ke adek. Namun adek tetap bersikeras menolak, anne mengulurkan tangan memohon pada adek, adek tetap menolak. Anne mencoba meraih bedaknya dengan sedikit menarik dari tangannya.
Akhirnya berujung pulalah dengan tangis adek yang kencang"ndak auuu,"
"Adek mau digendong anne yuk, gendong yuk, nenen yuk?" tanya anne lagi sembari merentangkan kedua tangan, memberinya beberapa plihan.
Dengan segera adek mengulurkan kedua tangannya minta digendong. Anne segera meraih tangannya yang menggenggam bedak tabur, adek melepaskan tanpa meronta.
Anne mendekapnya. Mendudukkan dipangkuan kemudian segera menyusui adek, dengan segera redalah tangisnya. Alhamdulillah.
Sembari menyusukan adek, anne mengajaknya bercakap-cakap.
"Adek, senang ya main bedak tabur," tanya anne sembari memandangi matanya yang kelop-kelop.
"iyaak senang," jawab adek.
"Lain kali, ambil secukupnya saja ya dek, buat badan yang gatal atau keringatan aja. Sebab kalau ditabur dilantai jadi berdebu, akibatnya bisa bikin batuk, uhuk...uhuk..." kata anne dengan mata yang penuh rasa gemas dan sayang.
Adek merespon dengan cahaya mata yang berkialauan. Telunjuk jari tangannya menunjuk-nunjuk bedak tabur yang tampak menempel dicermin lemari pakaian adek dan Mbak Nana.
"Sekarang kita bersihkan dulu ya. Kita sapu dan kita pel ya, supaya tidak licin dan berdebu," kata anne usai menyusukan adek.
Adek mengangguk-anggukan kepalanya pertanda menyetujui usulan anne.
Akhirnya anne menyapu dan mengepel seluruh isi rumah sore ini. Kebetulan kami hanya berdua saja di rumah. Mbak Nana dan Ayah sudah lebih dahulu pamit main ke rumah Mbah Utie. Anne dan adik akan di susul kemudian setelah shalat ashar.
Tantangan yang Anne Hadapi Hari Ini
Alhamdulillah, komunikasi hari ini bersama adek berlangsung dengan penuh tantangan. Berbeda dengan Mbak Nana yang sudah sangat baik perkembangan logikanya. Adik yang baru berusia 18 bulan adalah masa dimana bahwa ia adalah seorang raja. Yang semua kemauannya harus dituruti. Maka, ketrampilan berkomunikasi produktif sangat di uji pada fase ini.
Alhamdulillah, dengan membujuk adik dengan intonasi yang tenang, bertanya dengan kalimat yang singkat dan sederhana serta memberikan pilihan-pilihan akhirnya adek bersedia menyerahkan bedak tersebut.
Poin Komunikasi Produktif Hari Ini
Berikut merupakan beberapa poin-poin komunikasi produktif hari ini;
1. KISS. menyampaikan dengan kalimat yang sederhana dan singkat.
2. Intonasi 7-38-55
3. Memberikan pilihan-pilihan sebagai alternatif
Rencana untuk Esok Hari
Mengganti kalimat penolakan dengan empati & belajar menyimak bersama Mbak Nana dan Adek.
Berapa Bintangku hari Ini
Alhamdulillah, anne memberikan apresiasi 5 bintang untuk hari yang sangat menantang ini. Alhamdulillah anne dapat mengendalikan emosi dengan lebih baik. Lebih tenang dan lebih plong.
Evi Marlina
Depok, 13/9/'20
Depok, 13/9/'20
Pukul 23:29 WIB
Referensi:
E-book Komunikasi Produktif Materi Kelas Bunda Sayang Sesi #1 Institut Ibu Profesional
#hari ke-11
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
#bundasayangiipbatch6
No comments:
Post a Comment