Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Tuesday, September 15, 2020

Komunikasi Produktif Hari Ke-13; Anne, Mengapa Hujan Tidak Jadi Turun?

 Anne, Mengapa Hujan Tidak Jadi Turun?

Zona 1; Komunikasi Produktif #13

Oleh : Evi Marlina 
(Mahasiswi IIP Kelas Bunda Sayang Batch#6)

Sumber foto : https://diamondbooks.org.uk

Setelah seharian bereksperimen di halaman depan, Mbak Nana dan Adik mulai mengantuk berat. Namun rasa kantuk itu perlahan kabur saat didengarnya suara kilatan geluduk dari langit. Langit memang agak sendu dan muram seharian ini, ayah berkali-kali bilang udara terasa sangat lembap seharian ini. 

Betul saja, sore sekitar pukul 15:20 WIB langit berarak menjadi abu-abu. Mbak Nana kegirangan betul. Disimak-simaknya suara guntur yang timbul tenggelam di langit sana. Padahal biasanya bisa lari sembunyi di balik badan anne atau ayah jika didengarnya suara kilatan geluduk. Tapi sejak dapat main hujan di belakang rumah beberapa hari yang lalu, rasa takut terhadap suara guntur itu perlahan pudar.

"Anne dengar itu, suara geluduk. Sebentar lagi hujan, nanti Mbak Nana mau main hujan-hujanan lagi di belakang rumah yaaa," lantang suaranya meminta izin sekaligus memberi pengumuman bahwa ia akan main hujan.

Anne sedang memotong-motong daging ayam. Hendak mengolahnya menjadi sop. Sudah beberapa hari ini adek agak mogok makan nasi putih. Padahal sudah dua hari ini anne tak hanya sekedar masak nasi, tapi sudah pula nasi dibuat gurih menjadi nasi uduk, nasi kuning, nasi gurih seperti pagi ini pula. Namun tidak juga diliriknya karbohidrat dari bulir padi yang kuning itu. 

Sayur dan buah saja yang dinikmatinya sepanjang hari. Jadi, barangkali menu sop dengan komposisi sayur, kentang dan daging akan menggugah seleranya. Kombinasi lengkap, mulai dari sayur, protein dan karbohidrat kentang.

"Bukannya waktu itu sudah main hujan-hujanan Mbak?" tanya anne dari dapur saat Mbak Nana sudah berdiri di belakang punggung anne.

"Iya, tapi kan Mbak Nana pengen main hujan-hujanan lagi," katanya dengan kening yang berkerutan disertai bibir agak manyun.

Anne meletakkan pisau stainless di talenan, mencuci tangan dan lalu berjongkok menghadap Mbak Nana. Menyusuri wajah mungilnya yang ayu itu. 

"Mbak Nana pengen main hujan lagi?" tanya anne dengan posisi jongkok menyamai posisi Mbak Nana.

"Iyaaa...," soalnya kan Mbak Nana suka main hujan.

"Boleeh, tapi setelah main hujan langsung mandi sore ya," jawab anne menawarkan persyaratan. Mbak Nana setuju.

Suara geluduk terdengar merambat perlahan di langit. Kilatan-kilatan cahaya sampai di pintu-pintu rumah.

"Anneee, lihat langitnya tambah gelap. Sebentar lagi hujaaan...Yeay, Mbak Nana suka hujaaan," riang suara Mbak Nana menyambut warna langit yang bertambah gelap. 

Bolak-balik keluar masuk kakinya menunggu-nunggu hujan. Dipandang-pandanginya langit dengan penuh suka cita.

"Mbak Nana suka hujaaan. Mbak Nana kan seperti Nadia, suka hujan juga," katanya lagi disela-sela wangi aroma sop ayam dengan seduhan kaldu jamur.

Anne datang mendekati Mbak Nana, "Mbak, sambil nunggu hujan turun anne siapkan makan dulu ya," tawar anne pada Mbak Nana.

"Tapi Mbak Nana mau main hujan anne," jawab Mbak Nana dengan kening yang terlipat. Agaknya permintaan anne ini mengganggu kesenangannya.

"Iya, kan hujan belum turun. Nanti kalo hujan turun Mbak Nana maen hujannya jadi lebih kuat badannya, karena sudah makan," bujuk anne.

Membiarkan Mbak Nana mencerna kalimat anne.

"Mau anne siapin sop hangat atau nasi brokoli telor kecap?" anne memberikan pilihan-pilihan.

"Mbak Nana mau nasi putih aja sama brokoli aja deh," jawab Mbak Nana akhirnya.

"Oke, anne siapkan makannya ya," jawab anne.

***

Mbak Nana sudah duduk di depan meja kecil bergambar Thomas. Berdua dengan adik menikmati nasi kecap sayur brokoli, ditabur dengan suwiran pindang ikan salem. Satu dua sendok Mbak Nana mengunyah nasi itu. Matanya berkeliling resah, sebentar-sebentar melihat ke luar pintu.

"Anne, Mbak Nana kayaknya sudah kenyang deh," kata Mbak Nana lapor ke anne. Anne duduk disamping meja adek, membantu menyuapi adek.

"Dihabiskan dulu shalihah, biar nanti kuat pas main hujan. karena perutnya sudah kenyang," jawab anne.

Beberapa menit kemudian. Tuntas pula seporsi kecil makan jelang malam Mbak Nana. Dengan terburu-buru diteguknya air yang disiapkan anne. Saat terdengar lagi suara guntur yang kecil di ujung langit sana, kembali ia berlari ke halaman belakang.

"Ayah, Mbak Nana mau main hujaaan," suara Mbak Nana, saat ayah melintas di ruang tengah.

"Sudah sore Mbak, lain kali aja main hujannya," suara ayah di pintu belakang. Memperhatikan Mbak Nana yang berdiri di bawah tiang jemuran memandang langit.

"Kata anne boleh kok ayah, Mbak Nana boleh main hujan kok. Iyakan Anne," seru Mbak Nana dari luar.

Ayah hanya ber O panjang, "okee, tapi setelah main langsung mandi bersih ya," kata ayah akhirnya.

Sudah beberapa menit berlalu. Suara guntur sebagai tanda akan turunnya hujan semakin berkurang frekuensinya, bahkan terdengar semakin melemah. Warna awan yang mulanya pekat juga perlahan berkurang. Sepertinya langit urung menurunkan hujan.

Mbak Nana menunggu dengan gelisah. Keluar masuk rumah berkali-kali. Duduk berdiri berulangkali.

"Anne kok belum hujan-hujan sih?" tanya Mbak Nana pada akhirnya.

"Ditunggu aja dulu Mbak, sambil anne bacain buku yuk," ajak anne yang duduk di kursi tengah.

"Nggk ah, Mbak Nana mau nungguin hujan," jawabnya lagi dengan raut muka yang ditekuk.

Agaknya, tidak jadi turun hujan. Sebab suara guntur di ujung langit perlahan menghilang, kilatan-kilatan cahaya juga semakin berkurang.

Lama Mbak Nana menunggu, akhirnya pecahlah tangisnya sore ini. 

"Anne kok nggk jadi hujaan, Mbak Nana kan mau main hujan," suara Mbak Nana diantara senggukan suara tangisnya. 

"Kenapa nggk jadi hujan, huhuhu...." Mbak Nana masih terus saja menangis, semakin kencang.

Anne menghampiri Mbak Nana yang meringkuk menangis di atas kursi sofa. Duduk berjongkok disisinya. Mengamati matanya yang kecewa.

"Mbak Nana pengen main hujan ya?" tanya anne perlahan.

"Iya, Mbak Nana kan mau main hujan-hujanan. Kenapa nggk jadi hujan?" jawab Mbak Nana sesenggukan.

"Kok suara geluduknya nggk ada lagi..." padahal biasanya Mbak Nana sangat takut dengan suara geluduk. 

Sore ini justeru suara geluduk itu yang ditunggu-tunggunya pula. Anne masih menyimak apa yang ada difikirannya.

"Anne ayo cepat, Mbak Nana mau hujan..." rengek suaranya.

"Mbak Nana suka hujan ya seperti Nadia yang dibuku cerita?" tanya anne.

"Iyaa..."

"Anne juga suka hujan lho. Waktu kecil juga suka menunggu hujan turun, eh tapi nggk jadi hujan. Akhirnya anne main yang lain aja deh," kata anne mengisahkan pengalmana masa kecil.

Oh ya, Mbak Nana tahu tidak ya siapa ya yang menciptakan hujan?" tanya anne perlahan, menatap matanya yang hujan.

"Allah..."

"iya tepat sekali, Allah yang menciptakan hujan. Kalo anne bisa nggk menurunkan hujan dari langit?" tanya anne.

"Hihii yaa nggk bisalah. Hujannya kan di langit. Memangnya anne bisa megang langit, langit kan tinggi," jawab Mbak Nana tertawa-tawa.  

"Iyaa...Allah yang menciptakan hujan. Kalo anne nggk bisa buat hujan...hihi...anne bisanya nyemprot air dari selang terus dibikin hujan," jawab anne.

"Hihihi, itu kan semprotan selangnya ayah yang buat nyuci mobil anne," Mbak Nana tertawa girang. Senyumnya mulai terkembang. 

"Hihi iyaa, kalo anne kan nggk bisa menciptakan air. Soalnya yang menurunkan hujan dari langit kan Allah," kata anne lagi.

"Tapi Mbak Nana pengen main hujan-hujanan anne," suaranya merengek lagi. Masih belum puas ia tampaknya.

"Mbak Nana boleh kok main hujan-hujanan. Cuma sore ini sepertinya belum jadi turun hujan Mbak. Gimana kalo kita minta sama Allah dengan berdoa kepada Allah," usul anne.

Mbak Nana terdiam, tampak sedang memikir-mikirkan ucapan anne. "Kita minta hujan sama Allah ya anne?" tanyanya kemudian.

"Iya...soalnya hanya Allah yang bisa menciptakan dan menurunkan hujan. Kalo anne bisanya bikin bola-bola dari sabun...hihi," jawab anne sambil berupaya menghibur Mbak Nana.

Perlahan senyumnya terkembang, merekah seperti bunga sepatu berwarna merah jambu. Ayah datang menghampiri Mbak Nana. Mengangkat tubuh Mbak Nana.

"Mana ya anak ayah yang suka hujan?" kata ayah sambil mengangkat tubuh Mbak Nana ke langit-langit.

Mbak Nana tertawa-tawa kegirangan. Sementara adik bergelendotan di kaki ayah dengan tawa yang tak kalah menggema. 

Diturunkannyalah Mbak Nana di kursi sofa, setelah tenang dari tawanya ayah mengajaknya berbicara "Mbak Nana kalau mau hujan caranya dengan meminta kepada siapa Mbak?"

"Kepada Allah..." jawab Mbak Nana dalam senyumnya.

"Sayang....masya Allah. Anak ayah shalihah," jawab Ayah memberikan pujian.

***


























https://id.pinterest.com/

Akhirnya usai magrib anak-anak menikmati semangkuk sup ayam hangat. Mbak Nana menghabiskan seporsi nasi sop, dan dua mangkuk kecil sop ayam.

Adik juga tak kalah lahap, menghabiskan dua mangkuk sup sayur dan menggadoi paha ayam yang empuk dan gurih lezat. Alhamdulillah...senang betul hati anne melihat Mbak Nana dan adik makan dengan lahap. Dengan semangat pula anne bacakan sebuah buku untuk keduanya.

"Alhamdulilah, Mbak Nana dan adek juara. Karena sudah makan dengan tertib dan lahap. Hadiahnya anne bacakan buku yang sudah dipilih adek deh," kata anne dengan hati yang tak kalah riang gembira. Haha, hati orang tua mana sih yang tak gembira menyaksikan anak-anaknya makan dengan lahap. Hap..hap...hap...

Ya, mata Mbak Nana pun tak jadi mendung. Sama seperti langit di ujung sana, tak jadi mendung dengan gemuruh kilat. Hari beranjak malam dengan bunyi-bunyian suara dedaunan di ranting pohon yang saling bergesekan.

Poin Komunikasi Produktif Hari ini

Banyak hal-hal menarik yang bisa menjadi temuan pada komunikasi produktif yang terjadi hari ini. Tak hanya pentingnya gesture dan pilihan kata dengan kalimat sederhana dan pendek saat menjelaskan "mengapa?" anne juga berfokus pada solusi saat Mbak Nana kecewa karena hari tidak jadi hujan.

Anne juga memberikan refleksi pengalaman masa kecil saat menanti turun hujan, dan ternyata tidak juga kunjung turun hujan. Anne tetap dapat bermain dengan gembira.

Kemudian anne menutupnya dengan memberikan pujian yang berfokus pada perbuatan/sikap kebaikan yang muncul dari Mbak Nana.

Alhamdulillah, mungkin ini pulalah yang membuat anak-anak akhirnya juga makan dengan sangat lahap. Melewati malam dengan hati yang penuh suka cita. Alla kulli hal, alhamdulillah.

Tantangan Hari Ini

Tantangan hari ini adalah memberikan pengertian dan penjelasan kepada Mbak Nana pada satu peristiwa alam dimana manusia tak memiliki kuasa dan kehendak terhadap hal tersebut. 

Alhamdulillah, Mbak Nana dapat menerima penjelasn anne, bahwa hanya Allahlah yang memiliki kekuasaan dan kehendak menciptakan dan menurunkan hujan. Anne tak memiliki kekuasaan apa pun.

Berapa Bintangku Hari ini?

Alhamdulillah, anne memberikan apresiasi 5 bintang untuk hari ini. Mbak Nana dapat bekerjasama dan dapat menerima dan memahami penjelasan anne mengapa sore ini tidak jadi turun hujan. 

Selain itu, Mbak Nana dan adik makan dengan tertib menghabiskan porsi makan masing-masing. Tanpa drama yang berarti. Allah kulli hal, alhamdulillah.

Evi Marlina
Depok, 15/9/'20
Pukul 22:25 WIB

Referensi:

E-book Komunikasi Produktif Materi Kelas Bunda Sayang Sesi #1 Institut Ibu Profesional

#hari ke-13
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
#bundasayangiipbatch6     














































































No comments: