Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Thursday, September 24, 2020

Pantulan Warna Zona 1; 15 Hari Komunikasi Produktif Bersama Keluarga

Pantulan Warna Komunikasi Produktif 
Catatan Aliran Rasa 15 hari, Komunikasi Produktif Challange!

Foto : Flyer Fb Grup Kelas Bunda Sayang IIP

Menjadi Pendengar yang baik; Membuka Pintu & Jendela Komunikasi Bersama Pasangan

Assalamualaikum mentari pagi. Dari pinggiran pantai dengan suara deburan ombak yang tenang izinkan saya menulis agak panjang ya pada kesempatan kali ini. Mengalirkan semua rasa dan apa-apa yang tersimpan di dalam fikiran. Semoga menjadi tanda bahwa pernah menapaki perjalanan di pesisir pantai ini.

Belajar adalah sebuah proses yang mesti dilakukan terus menerus. Sebuah proses yang semestinya terus mengalir seperti air. Tidak berhenti, sebab jika air berhenti mengalir ia akan menggenang. Air yang tergenang akan mendatangkan banyak potensi penyakit dan keburukan. Lambat laun air akan berlumut, dengan cepat menjadi tempat bersarangnya nyamuk, pun menghasilkan bau yang tak sedap lagi hilangnya rupa yang bening. Maka sejatinya begitu pula dengan proses belajar. Tidak berhenti, selama hayat di kandung badan. 

Saat pertamakali memutuskan untuk bergabung dalam kelas Bunda Sayang, maka yang pertamakali saya lakukan adalah; mengawalinya dengan membangun komunikasi kepada suami. Ya, dengan cara meminta izin kepada suami terlebih dahulu. 

Tentu saja saat hal ini tidak dengan serta merta suami memberikan izin. Padahal saya hafal betul, bahwa Mas Faris sangat bermurah hati memberikan izin isterinya untuk belajar dalam banyak hal. Bahkan memberikan support dalam banyak kesempatan; mensupport hobi saya untuk menulis, memfasilitasi saya dengan buku-buku, mendukung hobi saya berbisnis, pun memfasilitasi saya untuk belajar Qur`an di Pasar Rebo. Suami sangat terbuka dengan memberikan ruang diskusi di dalam keluarga. Alhamdulillah...

Namun, kali ini saya dihadapkan dengan tantangan, bahwa suami tidak dengan serta merta memberikan izin. Disini saya belajar untuk memahami, bahwa menyimak pertimbangan suami juga merupakan bagian ketrampilan dari berkomunikasi dengan produktif. Saatnya belajar menjadi seorang pendengar yang baik.

Maka, selama kurang lebih 1 pekan saya memberi jeda kepada diri sendiri. Mencoba memahami dan mencerna maksud dan petimbangn suami. Hingga sebelum pada akhirnya Mas Faris dengan lapang hati memberikan izin dan dukungannya kepada saya untuk melanjutkan proposal izin saya untuk dapat belajar di kelas Bunda Sayang IIP. Alhamdulillah.

The Power of Listening

Ketrampilan mendengar tampak terdengar sangat sederhana. Tidak membutuhkan upaya berfikir terhadap apa yang akan diucapkan. Namun ketrampilan yang terdengar sederhana ini tidak demikian adanya pada kenyataannya. Barangkali kita mampu menjadi pembicara yang baik dan handal, namun berapa lama kita mampu duduk dengan penuh empati mendengarkan cerita orang lain?

Disini saya belajar, mengambil jeda. Memutuskan untuk tidak dengan serta merta mengomentari atau menjejalkan jawaban betapa besar dan luasnya manfaatnya "kelas sekolah Ibu" ini bagi saya. 

Saya mencoba memberi jeda kepada diri sendiri dengan melakukan self evaluation sebab barangkali saya belum cukup atau bahkan masih jauh untuk dikatakan menjadi pendengar yang baik selama ini. Maka saya memutuskan untuk belajar mendengar dengan hati. Mencerna masukan-masukan dan apa yang difikirkan/dikhawatirkan suami kepada isterinya.

***
Membangun pondasi komunikasi dengan menjadi pendengar yang baik, bagi saya adalah modal utama yang begitu berharga. Ari Ginanjar dalam www.esq165.id menyampaikan bahwa dengan menjadi pendengar yang baik akan dapat membangun sebuah hubungan yang baik pula. Hubungan komunikasi yang baik dalam keluarga akan menjadi pondasi dalam membangun keluarga yang  sehat. 

Maka dengan mendengar pula artinya kita telah memberikan hadiah berupa rasa penghargaan terhadap pasangan atau lawan bicara. Tak hanya itu, bahkan dengan hanya menjadi mendengar yang baik, akan semakin bertambah pulalah pengetahuan kita. Bukankah begitu?

Sebuah hasil studi penelitian disebutkan bahwa rata-rata kita telah menghabiskan 9% untuk menulis, 16% membaca, 30% berbicara dan 45% mendengar (https://medium.com). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya ketrampilan mendengar merupakan ketrampilan yang paling sering kita gunakan. Namun, hal yang sangat disayangkan adalah bahwa sebagian besar dari kita sulit untuk menjadi pendengar yang baik bukan. 


Maka, dalam kesempatan yang berharga ini saya menggambarkan pantulan warna kepada diri saya secara pribadi selama menjalani proses berkomunikasi produktif bersama suami dengan pantulan warna dasar berupa abu-abu yang kemudian disusul dengan warna biru dalam mengawali 15 hari perjalanan di zona komunikasi produktif ini. 

Warna pantulan abu-abu memiliki arti ketenangan atau keseimbangan. Keseimbangan dalam menjaga egoisme dan rasio berfikir. Memberi jeda kepada diri untuk mencerna dari apa yang saya dengar dan tidak saya dengar. Tidak saya dengar namun dapat saya terjemahkan sebab adanya pantulan bahasa tubuh.
"Effective listeners tend to be better leaders, learners and lovers." (Kit Pang, 2016)
Adapun warna pantulan biru bermakna bahwa saya berupaya membangun trust dengan menunjukkan kesungguhan dapat menyelesaikan tugas dan peran utama saya di dalam rumah; mulai dari pekerjaan rumah, menemani anak-anak bermain dan mengaji, tugas saya sebagai santri dengan menambah hafalan harian, manajemen waktu berkomunikasi dengan organisasi dan komunitas secara online, juga memberikan ruang karya untuk diri sendiri dengan seimbang. Warna biru mengirimkan pesan bahwa diri ini dependable, atau dapat diandalkan insya Allah.

Pantulan Warna; 15 Hari Komunikasi Produktif Bersama Anak-anak

Berkomunikasi kepada anak-anak memiliki tantangan dan karakteristik yang khas. Tantangan utama dalam berkomunikasi kepada anak-anak adalah bagaimana agar pesan yang ingin saya sampaikan dapat sampai dan difahami dengan baik. Ya bagaimana agar saya secara pribadi, sebagai orang tua dapat membangun sebuah komunikasi yang produktif kepada anak-anak tanpa meninggalkan jejak luka dalam jiwa mereka. 

Berkomunikasi secara produktif kepada anak-anak memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan anak. Dengan berkomunikasi bahkan sejak dari bayi lahir akan membantu memberikan rasa aman anak-anak terhadap dunia mereka. Hal ini akan memberikan efek terhadap kuatnya ikatan emosi antara orang tua dan anak. 

Namun bagaimana akan memberikan rasa aman terhadap jiwa anak apabila komunikasi itu berdiri di atas pondasi komunikasi yang rapuh? Komunikasi yang dipenuhi amarah dan tuntutan manusia dewasa kepada jiwa yang belia? 

Maka dengan berusaha kembali menyadari betapa pentingnya peran komunikasi ini terhadap perkembangan anak; bahasa, kognitif, emosi, dan sosial anak, setidakya saya dapat untuk terus belajar memperbaiki ketrampilan komunikasi yang produktif kepada anak-anak. 

Dalam perjalanannya, ada beberapa hal penting yang perlu saya perhatikan dalam membangun komunikasi produktif kepada anak-anak (https://raisingchildren.net.au)

1. Memberikan perhatian yang penuh ketika berkomunikasi kepada anak-anak.
2. Mendorong anak-anak untuk dapat menyampaikan apa yang sedang mereka rasakan atau fikirkan. 
3. Menjadi pendengar yang baik dan memberikan respon yang tepat, untuk semua hal yang dilakukan anak. Tak hanya kepada hal-hal yang manis atau baik, bahkan juga ketika anak-anak marah, merasa malu, sedih dan takut.
4. Fokus pada bahasa tubuh dan intonasi sehingga kita bisa memahami apa yang sedang coba disampaikan oleh anak-anak.
5. Menggunakan bahasa tubuh untuk menunjukkan betapa tertariknya saya terhadap apa yang ingin dibagikan oleh anak-anak.
6. Memperhatikan apa yang bisa difahami oleh anak dan berapa lama anak-anak dapat memberikan rentang perhatiannya. 

Banyak warna yang terpantul selama 15 hari berproses menjalani suka duka membangun komunikasi produktif kepada anak-anak. Dalam hal ini tantangan terbesar itu adalah berasal dari dalam diri sendiri. Ya, bagaimana agar saya tetap dapat tenang, fokus dan tetap mengedepankan berfikir logis sehingga tercapai tujuan dari komunikasi produktif ini. Disini saya menggambarkan perasaan itu dengan warna-warna sebagai berikut:

Ilustrasi: Foto Mbak Nana saat berusia 18 bulan, Ankara 2018

1. Kuning; kuning memiliki arti optimis dan hangat. Ketrampilan untuk menjelaskan maksud atau pesan yang ingin kita sampaikan kepada anak-anak. Rasa optimis untuk dapat menjalani proses belajar di zona 1 ini. Alhamdulillah, saya merasa semangat dan gembira dalam upaya melatih ketrampilan berkomunikasi produktif ini. Hingga warna kuning adalah warna yang menggambarkan perasaan saya di zona 1 ini.

2. Orange; warna yang kedua adalah warna orange. Warna orange melambangkan warna persahabatan, keramahan, riang serta adanya rasa percaya diri untuk dapat menjalani proses belajar di zona 1 ini. Meski dalam perjalanannya tak selalu berwarna orange, namun pantulan warna orange ini lebih dominan.

3. Ungu memiliki makna kreatifitas, imaginatif dan bijak. Warna ini cukup dominan terpantul dengan upaya-upaya yang saya lakukan apabila proses komunikasi produktif memperlihatkan tanda-tanda kurang efektif. Melakukan berbagai upaya kreatif dengan menggunakan panduan peta berkomunikasi produktif kepada anak-anak.

Simpulan Warna Komprod Zona 1

Dengan demikian jika saya gabungkan pantulan warna antara berkomunikasi produktif kepada suami dan anak dalam bentuk lengkungan pelangi, memiliki warna seperti berikut:
 
1. Abu-abu 2. Biru 3. Kuning 4. Orange 5. Ungu. Pantulan warna ini saya ilustrasikan dengan gambar pelangi sebagai brikut (minus 2 crayon warna, ehehe).

Gambar: Pantulan warna anne (Evi Marlina), komunikasi produktif zona 1

Ya, inilah pantulan warna saya selama berada di zona 1. Alla kulli hal, dimana bumi dipijak disanalah hati terpancang untuk terus belajar. Semoga dengan proses belajar ini saya dapat pula memantulkan warna-warna lainnya, agar warna itu kelak dapat membentuk perpaduan warna mejikuhibiniu yang saling melengkapi satu sama lain, insya Allah.


Keterangan gambar: Pantulan warna pelangi kiri atas (Mbak Nana), kanan atas (adik Rayyan), bawah (anne/saya).

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. Ali Imran : 159)

Evi Marlina
Depok, 24 September 2020
Pukul 11:26 WIB

#pantulanwarna
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
#bundasayangiipbatch6     




















No comments: