Bernama Anne & Ayah
Zona 1; Komunikasi Produktif 6
Alhamdulillah, memasuki hari ke-6. Ada semacam kelegaan dengan menuliskan apa-apa yang dilewati setiap harinya. Ya, menulis memang obat yang sangat mujarab dalam proses membantu meringankan stress. Khususnya setelah penat seharian dengan rutinitas yang padat, maka menulis menjadi semacam oase untuk meluruhkan toksin-toksin dalam tubuh dan fikiran, haha.
Beberapa pekan yang lalu, sempat mengikuti web-binar self healing dengan menulis yang diadakan oleh Tim Rumbel Menulis KIP Depok; bahwa menulis memang memberikan pengaruh yang positif bagi kesehatan mental seseorang. Terlebih lagi sebagai seorang Ibu, dengan menulis ia bisa menyimpan banyak keajaiban yang disajikan bahkan hampir tiap detik peristiwa dalam membersamai tumbuh kembang buah hatinya.
Ini adalah hari ke-6 di kelas Bunda Sayang Selasar Institut Ibu Profesional. Sejak saya memutuskan untuk mengikuti kelas ini, dengan protokol permohonan izin kepada suami yang tidak semulus biasanya - sebab anne mmiliki tanggungan setoran hafalan juga setiap pekannya di lembaga tahfidz- maka bismillah berusaha komitmen dengan memohon segenap pertolongan dari Allah, semoga Allah mampukan beristiqomah dalam proses belajar mempraktikan ilmu dari apa yang sudah saya tempuh dan geluti selama ini dalam bidang pelayanan pendidikan dan psikologi anak.
Maka, berusaha menikmati sebagai bagian dari self healing juga sih, ehehe. Sebab inilah saatnya "me time" yang berpaedah bagi saya, ketimbang me time dengan online scroll instagram yang gak aada habisnya. Hahaha...Wokelah, berikut merupakan beberapa catatan temuan hari ini.
Temuan #1 Pukul 12:15 WIB
Mbak Nana dan adik baru saja menyelesaikan makan siang. Ayah masih di ruangan kerja, menyelesaikan tugas mengajar yang merayap sejak pukul 08:00 pagi, hingga pukul segini masih terus sambung menyambung.
Jadilah anne seperti gula aren yang dikelilingi semut hitam dengan penuh suka cita. Siapa lagi jika bukan anak-anak yang gelendotan dan mengekor kemana pun annenya berkeliling rumah.
Demikian pula dengan seharian ini, setelah menyiapkan makan siang dan menemani anak-anak makan anne bergegas di depan leptop. Memindahkan beberapa file dari handphone ke leptop. Menguplod beberapa dokumen temuan. Namun tetap saja belum bisa selonjoran untuk mengetik, sebab duo bocil masih sangat segar. Tentu tak relalah melihat anne bersantai ria di siang bolong, ahaha.
Anne duduk di atas kasur, adik berdiri di sisi dengan tatapan mata dan tangan yang tidak berhenti menggapai keypad leptop anne.
"Mohon maaf ya Dek, adek boleh main buku dulu sama Mbak Nana ya," kata anne meminta adek untuk sabar menunggu dulu dengan bermain kapla.
Sementara Mbak Nana asik bolak-balik dari kamar sebelah ke kamar anne dengan membawa baju renang yang di bungkus plastik.
"Anne kapan-kapan Mbak Nana mau berenang," terdengar suaranya menyampaikan keinginan di sisi anne.
"Ini baju renang Mbak Nana, Mbak Nana kan sudah punya baju renang," katanya lagi.
"Hmm...boleh...insya Allah kapan-kapan kalau ada kesempatan kita berenang lagi," jawab anne sambil memperhatikan layar leptop.
"Atau kalau nggk gitu, Mbak Nana kan bisa berenang di bak pancuran aja anne," respon Mbak Nana.
Anne menoleh, memperhatikan tangannya yang ramai menyusun baju renangnya dan membungkusnya dengan plastik.
"Shalihah, setelah main baju renangnya, minta tolong disimpan di lemari lagi ya Mbak," kata anne mengingatkan.
"iya Anne," jawab Mbak Nana singkat.
Teringat beberapa kali kejadian betapa ramainya seluruh isi rumah saat Ayah, Anne dan Mbak Nana mencari keberadaan baju renang satu-satunya yang berwarna pink itu. Terselip di rak-rak buku.
Anne kembali menyelesaikan beberapa dokumen. Setelah usai segera mematikan leptop. Dan berfokus kembali kepada anak-anak.
"Mbak, tolong baju renangnya disimpan dulu ya," kata anne mengingatkan kembali.
"Iya iya, ini memang mau disimpan anne," jawab Mbak Nana singkat. Lalu pergi meninggalkan anne.
Tak lama kemudian, Mbak Nana kembali lagi ke ruang anne. "Udah disimpan anne bajunya," lapor Mbak Nana.
"Masya Allah...terimakasih Mbak. Sudah menyimpan bajunya di lemari dengan tertib."
Kemudian ia mengangkat beberapa mainan dan kursi mainan yang berserakan di lantai kamar.
"Dirapihin," kata Mbak Nana sembari merapihkan mainannya yang berserakan di lantai.
"Aku bisa merapikan mainan sendiri," kata Mbak Nana lagi.
Temuan #2 Pukul 15:45 WIB
Mbak Nana baru bangun tidur siang. Lalu bermain di teras belakang. Usai bangun tidur anne sudah mereminder untuk bersiap-siap mandi sore. Pukul 16:10 adalah jadwal rutin kelas TPA online.
"Shalihah siap-siap mandi ya, sore ini masuk TPA lagi ya," kata anne saat ia baru bangun tidur dan langsung main di ruang tengah.
Mbak Nana asyik dengan cetakan kue yang ada di atas meja makan. Dimasukkannya cetakan kue itu ke dalam keranjang sepeda. Lalu ia naik ke atas sepeda dan mengayuhnya berputar-putar di dalam rumah.
"Mbak Nana, anne ingin Mbak Nana segera mandi. Sebab 10 menit lagi kita akan mengaji TPA," kata anne mengingatkan lagi.
Dengan gontai Mbak Nana turun dari sepedanya. Menuju kamar mandi dengan cerita yang tidak berputus.
"Anne Mbak Nana maunya pakai gayung yang warna pink,"
"Anne adek mandinya pakai gayung hijau aja,"
"Anne, Mbak Nana nanti maunya pakai jilbab yang warna marun aja ah dst."
Tidak berhenti Mbak Nana mengungkapkan apa yang ada di fikirannya.
"Mbak setelah mandi, pakai baju gamis siap-siap TPA online ya," kata anne mengingatkan.
Usai mandi dan berpakian rapi.
Anne sudah menyalakan HP, mengabarkan kepada guru wali kelasnya bahwa Mbak Nana sudah siap masuk kelas. "Mbak Nana semangat ya ngajinya. Insya Allah Mbak Nana bisa," kata anne menyemangati Mbak Nana yang sudah duduk dengan tertib menghadapat handphone. Sementara adik juga tak kalah semangat ikut serta duduk di sisi Mbak Nana.
Anne menyetel dan menyiapkan kelas online Mbak Nana dengan platform video call. Setelah Mbak Nana masuk dan bertemu dengan guru dan teman-teman kelasnya, anne hanya mendampingi dan menyimak proses belajar Mbak Nana.
Ya, semenjak pandemi kegiatan belajar offline TPA dilaksanakan secara daring. Dan anne merasa nyaman dengan mendampingi secara online, sebab biasanya setiap sore rutin mengantar Mbak Nana ke TPA dengan berjalan kaki dari rumah ke TPA yang jaraknya lumayan jauh. Hehehe...
Usai kelas TPA. Ayah sudah bersiap menyambut Mbak Nana. "Sayang...," kata Ayah memeluk Mbak Nana.
Mbak Nana terstawa girang menyambut ayah, dipeluknya sang ayah dengan erat hingga gigi-giginya terlihat saking girang sekali hatinya.
Pukul 18:15 WIB
Mbak Nana dan adik menikmati snack time yang anne siapkan sebagai hadiah karena telah mengaji dan cukup tertib di sepanjang hari ini.
Seporsi oat dengan sepotong roti gandum, yang dihias dangan manis buah pisang, lengkap dengan kurma, dan coklat seres. Duduk manis keduanya dengan tertib menikmati oalhan snack hari ini, setelah sebelumnya telah menghabiskan beberapa sendok oat dengan air hangat.
"Kreasi anne memang cantik dan lezat," terdengar suara Mbak Nana memuji karya annenya. Melambung pulalah hati annenya demi mendengar pujian itu.
"Ennyak, hurma," kata adek yang menghabiskan 3 butir kurma di piring.
"Buat adek aja deh kurmanya, Mbak Nana nggk suka kurma," kata Mbak Nana dengan mengunyah irisan pisang manis.
"Kurma bagus buat enrgi lho Mbak," seloroh anne.
"iya, dulu kan pas Mbak Nana kecil kan suka makan kurma kan anne," katanya lagi.
alhamdulillah, habislah satu porsi snack hari ini kami santap bertiga. Tidak bersisa sedikit pun kecuali butiran bijih kurma.
"alhamdulillah, anne lihat Mbak Nana hari ini matanya berbinar indah sekali ya Mbak, coba boleh berbagi bahagia dengan anne?" tanya anne.
"iyalah, Mbak Nana bahagia," jawabnya dengan senyum yang terkembang.
"Boleh berbagi bahagianya ke anne," kata anne.
"Sebab Mbak Nana punya teman," kata Mbak Nana.
"Siapa tuh, nama teman Mbak Nana," anne menelisik. Hmm, pasti juga teman dalam ruang imajinasinya, batin anne.
"Teman Mbak Nana Anne dan Ayah," jawabnya lagi.
"Masya Allah....," heu heu anne terharu. Saya peluklah Mbak kecil itu dengan penuh suka cita.
Evaluasi Komunikasi Produktif Hari ini
Alhamdulillah, beberapa poin penting komunikasi produktif hari ini cukup baik dan efektif; antara lain :
2. Intonasi 7-38-55
3. Mengatakan apa yang kita inginkan
4. Mengganti kata tidak bisa dengan kata bisa
5. Mengganti kalimat interogasi dengan kalimat observasi
Khususnya untuk Mbak Nana yang sudha jauh lebih mudah untuk diberi pengertian. Nalarnya sudah jauh berkembangn lebih matang, alhamdulillah sebab memang dibiasakan sejak dini.
Berbeda dengan adik yang masih berusia 18 bulan. Dimana kedudukan anak adalah sebagai raja. Anne harus lebih ekstra sabar dan ekstra "nalar" bahwa ini merupakan bagian dari proses dan tahapan yang harus dilalui oleh semua Ibu di dunia.
Ya, meski kata "sabar tak bertepi" tak seringan teori, hahaha. Tapi begitulah, meyakini bahwa setiap proses belajar yang ditempuh untuk kebaikan tumbuh kembang anak-anak dan seorang Ibu akan berbuah pada masanya. Ada saatnya kita akan memanen apa yanng sudah kita tanam. Semoga dengan proses yang tak berhenti ini kelak akan memanen buah yang manis pada waktunya.
Dimana tulang-tulang dan kulit ini tak lagi sekuat hari ini. Dimana tak ada lagi pintu yang akan mampu mempertemukan kita dengan anak-anak, selain dari pada pintu doa dan pertemuan di surga-Nya kelak. Aamiin ya Rabb.
Semoga Allah menumbuhkan kalian dalam kebaikan anak-anaku, insya Allah.
Rencana Komunikasi Produktif untuk Hari Esok :
Berfokus Pada Masa depan, bukan masa lalu
Berfokus pada solusi, bukan masalah
Depok, 8/9/'20
Sumber Referensi:
E-book Komunikasi Produktif Materi Kelas Bunda Sayang Sesi #1 Institut Ibu Profesional
#hari ke-6
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
No comments:
Post a Comment