Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Wednesday, September 9, 2020

Komunikasi Produktif Hari Ke-7; Mbak Nana Sudah Berani

Mbak Nana Sudah Berani

Zona 1; Komunikasi Produktif 7


https://www.welcomemobility.co.uk

Hening suara muadzin subuh saling bersahutan. Kegundahan di tengah pandemi seolah sirna dengan suara adzan yang menyibak malam-malam panjang. Pagi ini dimulai dengan bangunnya anak-anak pada pukul 05:00 pagi, teng! 

Ayah juga sudah bangun dan berangkat ke masjid sejak beberapa menit yang lalu. Sementara tanpa aba-aba adik terbangun dan dengan segera suaranya memenuhi seluruh isi rumah. Tangisnya memecah hening di pagi subuh. Anne panggku tubuhnya yang agak gemuk sembari menyusui. Mengajaknya menyelesaikan beberapa lembar halaman tilawah. Berharap pula agar adek tidur kembali. Agar anne dapat menyelesaikan barang satu dua pekerjaan rumah. 

Mbak Nana masih tidur lelap di kamarnya, tak ada tanda-tanda suaranya terbangun.

Tak lama kemudian adik tertidur kembali dengan wajah yang empuk. Anne kembali membaringkannya di kamar tidur. Lalu bergegas, melanjutkan beberapa pekerjaan rumah, hingga matahari pun menggeliat, memendarkan sinar pagi keemasan.

Sobahul Khair dunia...

Pukul 07:15 WIB

Mbak Nana bangun dari tidur panjangnya, terhuyung-huyung tubuh mungilnya keluar dari kamar. Lalu dengan suara merengek duduk dan membaringkan kepalanya di pangkuan anne. Anne sedang mengecek catatan-catatan harian.

Namun baru saja anne hendak membuka beberapa lembar buku, Mbak Nana tiba-tiba merengek sedikit keras. 

"Mbak Nana pengen pipis?" tanya anne.

Mbak Nana mengangguk. Anne mengantarnya ke toilet, lalu membantunya dgan mendudukkan di kursi toilet. Setelah Mbak Nana menyelesaikan hajatnya, anne memintanya untuk belajar turun dari dudukan toilet secara mandiri. Sebab kaki Mbak Nana sudah cukup panjang untuk dapat menjangkau lantai.

Alih-alih Mbak Nana mencoba, malah nangis kencang di pagi hari. Suaranya tak kalah melengking memenuhi seluruh tiap sudut inci rumah. Khawatir pulalah anne, adek terbangun oleh suaranya.

"Shalihah, ayo dicoba dulu. Mbak Nana kan belum mencoba. Insya Allah bisa," kata anne menyemangati saat tangisnya mereda.

"Gak mau, Mbak Nana kakinya belum panjang. Mbak Nana nggk bisa," jawab Mbak Nana.

"Ayo kita coba dulu, sini anne bantuin pegang tangannya," anne menawarkan bantuan.

Namun, lagi-lagi harapan tak seindah kenyataan. Mbak Nana malah semakin mengencangkan volume tangisnya. Persis seperti suara mobil yang tengah mengegas mesin ditanjakan.

Hampir saja merah padam wajah anne dibuatnya di pagi buta itu. Namun, demi mengingat mestilah bersabar terhadap proses belajar komunikasi produktif maka anne tahan-tahanlah diri dengan berusaha tenang dan mengatur nafas. Huft...yang tenang...yang tenang...tenang...astaghfirullahal adzim...mulut anne komat-kamit beristighfar.

Usai dari toilet, Mbak Nana kembali duduk di sisi anne. Membolak-balik bukunya dengan sinar mata yang indah. Seperti tak ada bekas tangis yang baru saja dihujankan itu. 

"Anne Mbak Nana nanti mau dibacakan buku Hipo, si Hiu ya," katanya mengajukan sebuah proposal bacaan judul buku.

"Boleh, tapi syaratnya Mbak Nana mandi pagi dulu ya," kata anne sembari menyelesaikan beberapa paragraf halaman buku.

"Mbak Nana mengapa tadi menangis kencang banget," tanya anne setelah meletakkan buku di meja. Menatap mata Mbak Nana yang sedang asyik melihat buku dengan gambar warna-warni.

"Soalnya Mbak Nana, belum bisa turun sendir dari dudukan toilet," jawabnya.

"Hmm, anne ingat sesuatu. Dulu waktu anne masih kecil umur 4 tahun, anne juga awalnya belum bisa turun dari dudukan toilet," kata anne memulai percakapan serius. Menyelami mata kecilnya yang naik turun mengamati gambar-gambar di buku.

"Terus anne mencoba dan berusaha belajar turun dari dudukan toilet. Karena kan anne waktu itu sudah mau 5 tahun, jadi kaki anne sudah cukup panjang. Eh, ternyata anne bisa Mbak. Anne berhasil," kata anne pada Mbak Nana.

Mbak Nana mengalihkan pandangannya dari buku menatap anne, matanya tampak sedang berfikir, hingga akhirnya tertawalah ia mendengar cerita anne.

"Waktu itu anne masih kecil kayak Mbka Nana ya anne," respon suaranya diantara senyumnya yg ranum diantara deretan gigi kecilnya yang manis.

"iya kalau kita terus mencoba, lama-lama insya Allah kita bisa," jawab anne sembari mencium pipinya yang merah seperti buah Cherry.

Pukul 07:30 WIB

Adek sudah bangun dari tidur, keluar dari kamar dengan mata yang masih terkantuk-kantuk. Llalu ikut meringkuk pula dipangkuan anne bersama Mbak Nana. 

Keduanya berdempilan hangat di badan anne yang meski tak empuk ini. Namun disitulah anak-anak tumbuh mendekap dalam perasaan yang hangat dan bergembira.

Anne sudah menyuarakan aba-aba kepada anak-anak untuk bersiap mandi pagi. 

Tiba-tiba Mbak Nana merengek minta sesuatu, "Anne mbak Nana maunya sarapan dulu," pinta Mbak Nana di tengah-tengah jaadwal kebiasaan mandi dahulu sebelum sarapan.

Entah ide apa yang membuatnya pagi ini tiba-tiba meminta sarapan pagi yang didahulukan. 

"Shalihah, kita mandi pagi dulu ya Nak," anne menolak halus.

"Nggak mau, Mbak Nana maunya sarapan dulu. Soalnya Mbak Nana lapar," jawabnya lagi.

Hmm, tampaknya wangi nasi kuning yang anne sajikan di atas meja telah menawan perhatiannya.

"Bagaimana kalau sekarang kita mandi dulu, setelah itu baru sarapan," bujuk anne lagi.

"Nggak mau, Mbak Nana maunya makan dulu," Mbak Nana masih merengek di sisi meja makan.

Apa akal? Eng...ing...eng...

"Bagaimana kalau setelah mandi kita membuat kreasi makanan nasi kuning dengan aneka  bentuk lucu," anne bernegosiasi. Mencoba menawarkan beberapa alternatif.

Sampai disini Mbak Nana terdiam, tampak sedang berfikir dan menimbang-nimbang. Namun agaknya tawaran anne begitu sayang untuk dilewatkan. Diterima pulalah tawaran yang menggiurkan ini. Hingga berujung pada kesepakatan akhir.

"Okee, Mbak Nana maunya mandi dulu, setelah itu bikin kreasi makanan ya anne," kata Mbak Nana.

Pfyuuh..alhamdulillah. 

Akhirnya, mandilah adik dan Mbak Nana bersamaan. Berkecipak kecipuk bermain air, menyidukinya dengan gayung mandi bergambar gajah kecil dan 3 beruang gendut.

Mbak Nana baru saja menyelesaikan hajatnya. Tampak ia berusaha turun sendiri dari dudukan toilet. Anne berpura-pura tidak sedang memperhatikannya, sibuk menyabuni adik. Anne membiarkan Mbak Nana mencoba turun sendiri dari dudukan toilet. 

Terdengarlah suara tawa dan senyum terkembang dari gadis kecil ini.

"Anne, Mbak Nana bisa turun sendiri dari dudukan toilet, hihihi..." terdengar suaranya disertai tawa, merasa puas sebab telah berhasil menyelesaikan apa yang selama ini ditakutkannya.

"Yeay, akhirnya Mbak Nana berhasil. Hebat, karena Mbak Nana terus mencoba akhirnya bisa berhasil," kata anne menanggapi Mbak Nana. 

Terasa betul Mbak Nana merasa puas dengan pencapaiannya pagi ini. 

Usai berpakain rapi dengan rambut yang disisir kelimis rapi, ia ulang-ulang teruslah bahwa ia telah berhasil turun sendiri dari dudukan toilet.

"Mbak Nana sekarang sudah berani anne."

Matahari semakin meninggi, sinarnya menembus dinding-dinding dan ventilasi udara rumah. Seolah turut pula bersuka cita atas pesta besar keberhasilan Mbak Nana pagi ini.   

Pukul 13:30 WIB

Ayah hari ini full mengurus keperluan sejak pukul 09:00 pagi. Praktis anne menemani anak-anak full day sejak pagi hingga menunggu kepulangan ayah. Tampaknya ayah baru akan sampai rumah setelah ashar.

Anne sedang menikmati menu makan siang, setelah sebelumnya menyiapkan dua porsi makan siang untuk Mbak Nana dan adek. Alhamdulillah Mbak Nana dan adek akhirnya dapat bermain anteng, mungkin karena sudah terisi kenyang perut keduanya.

Namun tiba-tiba adik bangkit dari duduknya, lalu datang merengek sembari membawa selembar buku. 

Belum lagi usai, anne menyantap setengah dari porsi makan siang. Adek tak sabar pula, sudah merengek kesana kemari. Meminta anne membacakan buku cerita. Mungkin dirasakannya bosan bermain tanpa suara anne.

"Mbak Nana, anne boleh minta tolong bacakan cerita untuk adek dulu. Insya Allah selesai anne makan kita berkreasi jus buah ya," anne meminta tolong Mbak Nana dengan sepaket tawaran berkreasi.

Tak butuh waktu lama untuk menimbang tawaran, Mbak Nana dengan cepat mengangguk setuju. Diambilah buku yang ada ditangan adek, lalu dibacakannlah cerita Nabi Yunus itu kepada adiknya.

"Mbak Nana bacain ya, ini kisah Nabi Yunus," suara Mbak Nana mengawali kisahnya.

Adek menyimak dengan tenang. Tangisnya mereda dengan cepat.

Pukul 14.00 WIB

Adek lagi anteng-antengnya bermain lego, namun ketenangan yang damai itu tidak bertahan lama. Dengan cepat adek meraung meronta-ronta. Apa pasal? 

Ulala...Mbak Nana mengambil kepingan lego yang dipegang adik tanpa meminta izin terlebih dahulu. Marahlah adek berpipi gembul yang sedang asyik bermain itu. Tubuhnya berputar-putar berlari tak menentu di ruang tengah dengan tangis yang melengking, tantrum.

Anne meraih tubuh adek, menggendong dan mendekap ke dada. Anne tepuk-tepuk punggung dan usap-usap kepalanya. Adik masih saja meronta-ronta. "Yang tenang...yang tenang...yang tenang..." kata anne menenangkan adek.

Setelah tangisnya agak mereda,datanglah Mbak Nana mendekati adik. tangan kecilnya menyerahkan kepingan lego yang tadi dipegang adiknya. 

"Ini legonya buat adek aja, ini Mbak Nana buatkan mainan dinosaurus," kataya pula membujuk adeknya. Mungkin pula merasa bersalah sebab dilihatnya sang adek marah besar.

Adek mulai tenang. Anne memangku dan mengusap-usap kepalanya. Mbak Nana duduk di sisi anne, membawa hafidzah dan memutar cerita. 

"Shalihah, kalau Mbak Nana mau pinjam sesuatu yang sedang dipegang adek harus apa dulu ya Mbak?" tanya anne pada Mbak Nana.

Mbak Nana diam tidak menjawab. Namun kemudian, ia mendekati tubuh adek. Lalu,

"Adek Mbak Nana minta maaf ya," suara Mbak Nana menghampiri tubuh adek. Ia ulurkan tangannya ke adek. 

Adek masih manyun dengan suara ingus yang naik turun merdu.

"Coba apa tandanya kalau meminta maaf pada adek?" tanya anne.

Mbak Nana memeluk adiknya, lalu dicium pulalah pipi adiknya yang padat penuh dan empuk itu.

Dengan cepat, suasana pun berubah. Rayyan berhenti menangis dengan cepat. Ia mainkan kembali lego berbentuk dinosaurus yang sebelumnya sempat ia hempaskan ke lantai.

Pukul 17:30 WIB

Ayah sudah pulang dan sampai rumah. Ramailah rumah pada sore hari. Bersuka cita seluruh penduduk rumah menyambut kedatangan ayah. Satu cangkling goodie bag berwarna hijau ayah berikan kepada anne. Anak-anak berlarian dan berkerumun membuka oleh-oleh dari ayah. Beberapa kotak susu cair, kebutuhan dapur dan beberapa jajanan.

Anak-anak menolak dimandikan anne. Akhirnya ayah pulalah yang turun tangan dan memandikan anak-anak. Anne menghangatkan nasi dan menambah lauk menu makan malam. Ramai pulalah suara anak-anak bermain air dari pancuran. Tak kalah riang suara Mbak Nana yang memancar jernih baik air dari sumber mata air tanah.

"Ayah, Mbak Nana hari ini sudah berani turun sendiri dari dudukan toilet..." suara Mbak Nana hingar bingar diantara suara air kran dan masakan telor ceplok.

"Oyaa...hebat anak ayah. Kalau kita mau mencoba insya Allah akan bisa," terdengar suara ayah menanggapi riuh girang suara Mbak Nana.

Merekahlah senyum dan fikiran anne mencuri dengar perbincangan gadis kecil bersama pahlawan jiwanya itu.

Alhamdulillah alla kulli hal untuk hari ini ya Rabb. Jadikanlah kami hamba-Mu yang paling dalam dan luas rasa syukurnya. Aamiin allahumma aamiin...

Tantangan yang Anne Hadapi Hari ini

Melatih emosi agar tetap tenang dan rileks ketika menghadapi anak-anak tantrum. Berfokus pada solusi terhadap apa yang sedang di hadapi anak-anak. Belajar dengan membaca kembali bagaimana menghadapi tantrum anak usia 0-2 tahun. 

Poin Komunikasi Produktif Hari ini

Berikut merupakan poin-poin kunci komunikasi yang teraplikasikan dalam menghadapi berbagai temuan dan tantangan hari ini. Dengan berbagai tantangan yang cukup besar hari ini, sebab anne membersamai anak-anak full seharian, hingga menanti ayah pulang. Alla kulli hal, alhamdulillah.

1. KISS
2. Intonasi 7-38-55
3. Mengganti kata tidak bisa menjadi bisa
4. Fokus solusi bukan masalah
5. Jelas dalam memberikan pujian, dengan cara memuji perbuatan/sikapnya
6. Mengganti nasihat dengan refleksi pengalaman
7. Mengganti perintah dengan pilihan-pilihan

Rencana untuk Esok Hari

Karena hari ini ada kudapan di kelasin, maka esok hari saya ingin mencoba poin menyimak anak-anak.   

Berapa Bintangku Hari ini

Empat bintang untuk hari ini, sebab anne masih butuh terus latihan menjaga emosi tetap tenang bak air yang tenang saat anak mengalami tantrum. Hahaha...bera euy, tapi tetap perlu dicoba dan dilatih bukan...

Evi Marlina
Depok, 9/9/'20
Pukul 23:21 WIB

Sumber Referensi:

E-book Komunikasi Produktif Materi Kelas Bunda Sayang Sesi #1 Institut Ibu Profesional

#hari ke-7
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia






















































 






















No comments: