Itu unik dan berbeda.
Pada sebuah Jendela
Kota Ankara di malam hari dari jendela kamarku, pada lantai 18
Doc. Pribadi
Pada sebuah Jendela
Pada ruangan yang sama berbeda. Mengapa ada jendela yang membuat mataku betah berlama-lama membayangkan aku berada di seberang jendela sana. Pada sebuah jendela di malam hari. Saat aku duduk meletakkan semua keletihan pada matahari, meletakkan penat perkuliahan kelas Bahasa Turkey, dimana aku satu-satunya mahasiswa asing. Itu sebuah jendela penghiburku. Yang membuat aku larut dalam kelip-kelip lampu ibu kota Turkey, Ankara. Pada sebuah jendela malam, yang aku suka bilang itu berbeda. Tidak perlu aku berjelajah semua pucuk kota, cukup dari ketinggian kaki 18 lantai, dan aku bisa menikmati keseluruhan kota Ankara. Menatap kelip di ujung kota lampu yang warnanya seperti jeruk mandalina. Jendela ini yang selalu bilang, bahwa tidak sulit mencapai titik ujung cahaya di sana. Kenapa, karena dari jendela ini kamu tahu, kemana tujuan yang hendak kau tuju. Ah sebuah jendela, di kamar asramaku. Dari mu aku belajar, jauh dan lelah mencapai tujuan. Tapi itu lebih baik dari tidak mengerti apa yang harus di tuju.
Pada sebuah jendela.
Yang letaknya di sisi lift asrama. Di sana aku biasa menikmati udara Ankara, apakah itu subuh, malam, pun tengah malam. Aku suka menghitung kecepatan mobil yang menembus kelip kota malam. Menghitung betapa manusia dan kota tidak pernah berhenti dalam kesibukan. 24 jam dalam perputaran yang tiada henti. Suara desingnya yang juga tidak berhenti 24 jam. Berputar-putar dalam keseimbangan yang teratur dalam waktu. Dari jendela di samping asansor itu aku belajar, bahwa jika mobil dan lampu itu berputar dalam waktu yang tiada henti 24 jam, maka betapa sibuknya Allah yang mengurus makhluknya, setiap waktu berada dalam kesibukan [Q.S. Ar-rahman]
Pada sebuah Jendela
Jendela yang sering mencuri hatiku. itu sungguh mnakjubkan. Bagaimana mungkin bisa aku menyaksikan Benteng tertingggi Ankara, yang hingga sampai saat ini pun belum aku capai puncaknya bisa aku saksikan hanya dengan duduk di dalam kelasku. Hanya dari sisi jendela kelasku. Itu hadiah yang tidak bisa aku baca. Sulit aku terjemah, mengapa hanya dengan sebuah jendela kita bisa menembus sebesar apa pun kesulitan dan ketinggian kengerian. Hanya dengan sebuah jendela semua menjadi begitu kecil dan mungkin. Menjadi dekat dan kita bisa duduk memandang bercakap bersamanya.
Pada sebuah jendela...
Dari sana aku belajar
Ankara, 10 Oktober 2013
No comments:
Post a Comment