Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Saturday, January 14, 2012

"Cinta Cemara Keluarga MITI Mahasiswa” Part #1


" Memasuki masa purnabakti di MITI Mahasiswa...
Mata jadi berkaca2 *_*"
[Ihsan Granada-Andalucia Iswaldi]
"Aku pun merasa kehilangan malam ini. Dengan banyaknya postingan yang masuk di grup Deegete MITI Mahasiswa. Haru, dan sangat mengharukan. Aku terisak. Menangis Bombay…"
harta yg paling berharga,
adalah kluarga…

istana yg paling indah,
adalah kluarga…

puisi yg paling bermakna,
adalah kluarga…

mutiara, tiada tara,
adalah kluarga..

"....MITI Mahasiswa
...."

Kalau kita masih ingat saat usia kecil kita dahulu. Menonton TV diteras rumah tetangga kita. Meski sempit dan berdesak-desakan, berebut dapat duduk di depan, dan tetap ikhlas ketika tak dapat tempat. Atau ternyata harus berdiri di depan pintu, tapi tetap saja tidak ada yang cemberut. Atau saling mengusir, apalagi bertengkar. Semua merasa riang, gembira menikmati filem “Keluarga Cemara.”

 Reff

Selamat pagi emak
Selamat pagi Abah
Mentari hari ini berseri indah

Terima kasih emak
Terimakasih Abah
sumpah sakti perkasa
dari kami putera-puteri
yang siap berbakti
Itu adalah sebuah filem kesukaan masa kanak-kanak kita. Saat kita masih duduk di bangku madrasah atau juga SD, sekitar kelas satu atau dua, atau bisa juga empat atau lima. Sangat menggelikan kalau mengingat. Dan kita sangat menikmati filem bertema kampungan itu. Itu adalah sebuah filem bagus, untuk mengikat jiwa.
Kita beranjak dari nonton filem. Berlari-lari ditengah lapangan. Ketakutan dalam tawa kikik yang nakal, karena takut kena pentungan Ustadz Kamal. Kita tentu masih ingat, Kalau masuk waktu shalat Ashar pasti beliau datang dengan omelan yang panjang dan pentung di tangan kanan, menuju ke rumah tetangga kita, tempat kita nonton tipi. 
Waktunya shalat, kita harus berjama’ah, kalo tidak pasti kena pentung. Dan lucunya, meski pun kita shalat berjama’ah tak pelak kita seringnya hanya berpura-pura shalat saja. Berdiri sambil terus menahan kikik, pura-pura berdiri, rukuk dan sujud. Lalu pergi berlari ke shaf paling belakang pada rakaat ke dua dan ketiga, kita melanjutkan permainan bola bekel atau bongkar pasang BP-BP an, atau juga mengisi teka-teki silang, lalu kembali kasak-kusuk ketika imam duduk pada rakaat terakhir, kita ikut serta pura-pura duduk, duduk tahiyat akhir dishaf baris paling depan. Menutup salam, menoleh ke kanan dan ke kiri. Seolah-olah baru saja merampungkan shalat ashar. Ah itu nakal sekali.
Rampung jamaah, salam-salaman sekedarnya kita langsung berlari keluar masjid. Berjingkrak-jingkrak main lompat tali. Yang menang dapat hadiah buah Jambu Bol. Yang kalah, harus menggendong masuk ke dalam kelas. Dan kita sering kalah. Dan kita tetap tertawa, seolah tidak ada apa-apa. Tidak juga pernah merasa kalah. Karena kita terlalu gembira dengan dunia kita.
Masih ingat, kakak tigkat kita sering cemberut, bisik-bisik diantara kuping mereka, memandang aneh mata kita, dan kita sulit menerjemahkan, itu artinya pandangan apa. Dan yang paling aneh, kita dikumpulkan diruang kelas enam, mereka bergaya jadi guru. Kita disuruh duduk jadi muridnya. Terus mereka ngasih pelajaran kewarganegaraan buat kita. Minta supaya kita cepat hafal dan jangan mudah lupa. Kita tertawa-tawa waktu itu. Yang tidak bisa jawab harus belikan penghapus lucu yang dijual dikoperasi sekolah, yang warnanya kaya warna pelangi, mejikuhibiniu, yang bauknya kayak permen karet merek Yosan. Mahal, kita harus menahan uang jajan kita sekitar seminggu baru terbeli penghapus mahal dan menggiurkan itu. Uhhh, kita sering merengut. Itu tidak adil, gemeletuk hati kita. Apa daya. Kita masih terlalu kecil untuk melawan.
Hal yang paling menarik adalah, kalau Ustadz Kamal memukul lonceng berulang kali tanpa non stop. Itu artinya kita harus “Ngumpul” dalam satu ruangan di kelas enam. Pertanda tidak ada guru yang datang. Pertanda hanya Ustadz Kamal saja yang hadir. Dan tidak mungkin mengajar semua kelas. Maka kami dikumpulkan dalam satu ruangan. Duduk berjejal-jejalan. Dan kakak kelas enam selalu mau duduk paling depan. Itu menyebalkan. 
Namun satu hal yang membuat kita tetap diperhatikan adalah, Ustdza kamal biasanya akan memberikan pertanyaan bertubi-tubi kepada kami semua dalam ruangan. Yang bisa jawab angkat tangan. Beliau akan menuliskan nama dan tanda angka romawi satu [I] kalau benar dipapan tulis, begitu seterusnya, kalau sudah empat diberi garis silang, pertanda lima, biar mudah hitungnnya.
Nah, kalau sudah begitu, maka kita akan menjadi raja dan penguasanya kelas. Kelas enam paling banyak bisa jawab empat atau paling kuat 10. Sementara kita terus menjawab, sampai kelas tidak ada lagi yang bisa jawab, kita masih menjawab. Pelajaran yang dikasih oleh kakak kelas enam tentang kewarganegaraan juga kadang muncul jadi pertanyaan. Biasanya kalau sudah seperti ini, hanya kita saja yang bersuara. kita ingat betul, itu pelajaran yang diaksih kakak kelas enam. Mereka bilang kita tidak boleh lupa. Kakak kelas enam mulai berbisik-bisik, dan juga memandang aneh. Kita tetap tidak tahu apa arti pandangan itu.
Dipenghujung pertanyaan Ustadz Kamal selalu bilang “Kalian benar-benar talamid wa talamidzaaati  yang sangat mahirun” dan kita bertepuk tangan. Karena kita pasti dapat penghapus bauk permen Yosan dengan gratis, dan sebuah buku tulis tebal bergambar kakak perempuan berjilbab lebar, mirip penyanyi Qasidahan. Haha itu cerita yang indah sekali.
Sampai akhirnya kita harus berpisah. Kita sudah lulus madrasah. Haa, cepat sekali. Bukannya baru kemaren kita main kejar-kejaran diatas pasir didepan warung cendol Mbah Suri. Bukannkah baru kemaren kita ambil bambu kuning di ladang  yang ada penunggunya si orang gila yang rambutnya acak-acakan,-bambu buat pagar untuk halaman kelas kita. Bukankah baru kemaren kita lomba bikin ketupat sayur jelang lebaran, bukankah baru kemaren kita hafalan mufradat dan do’a-do’a mau masuk WC, mau naik mobil, ada hujan turun, dan kumpulan seratus doa harian lainnya. Bahkan bukannya baru kemaren juga kita dibelikan bola voly buat olah raga. Di belikan ember buat ngambil air dari sumur belakang, buat nyiram lantai yang berlubang, agar tidak berdebu…bukankah…bukankah…bukankah… 

"Mengapa Bintang bersinar...
Mengapa air mengalir...
mengapa dunia berputar
lihat sgalanya, lebih dekat
Dan kau akan mengerti"

 "Aku pun merasa kehilangan malam ini. Dengan banyaknya postingan yang masuk di grup tegete. Haru, dan sangat mengharukan. Aku terisak. Menangis Bombay…"

*Bersambung…

No comments: