Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Saturday, January 14, 2012

Apapun semoga Baik insha Allah Part #3


Dear Bintang, aku hampir saja nangis Bombay sore ini. Siang tadi aku ke gallery, kami halaqoh pekanan di sana, pukul 14.00 acara di mulai. Hari ini kami banyak tertawa, karena beberapa kelucuan yang timbul dalam perbincangan kami. Asyik sekali, meski pun awalnya aku terkantuk-kantuk akibat agenda Shirah yang harusnya membangkitkan gelora semangat itu malah membuatku menguap beberapa kali. “OOoaaheemmmm.” Hemm, aku benar-benar mengantuk. Bahkan nyaris gak tahu, apa yang disampaikan oleh Kak Bita tadi. Pasalnya rampung penyampaian Shirah tentang apa ya…alamaaak judul pembahasannyapun aku nyaris gak inget sama sekali. Aduuh tentang apa ya…Oh ya, tentang “Hijrah ke Habasyah.”

Rampung penyampaian Shirah yang bergaya dongeng itu, tiba-tiba si Mawar ngelamun, sontak saja kami pada saling melirik, ngapain tuh anak, fikirku. Dia nyeletuk “By the way Kak, Habsyah sekarang ini namanya Madinah ya…ummh, tadi pake kapal ya hijrahnya, uummhh Mawar lagi ngebayangin kok naik kapal ya, emangnya ada laut, posisi petanya gimana sih.”
Spontan aja, semua pada sibuk ngebahas peta dimana letak kefasihannya. Pada nginget-nginget sejarah gitu. Dan yang amat memalukan itu, aku sendiri malah bingung, emang tadi kak Bita ngomongin kapal ya, hadoooh, aku malah gak ngerti tadi kak bita ngomongin apaan yaks. Gdubraaaaaak, parrrahhhhh. Hihihi…aku ngantuk berat tadi. Asli. Fikiranku ngambang, teringat persiapan expo di Jakarta yang masih berantakan. Padahal uda deket deadline.
Rampung gitu, akhirnya cerita Deh. Aku cerita tentang kisah para wanita pencari rezeki lewat berwirausaha. Aku contohkan beberapa rekan perjuangan di WMM bagaimana mereka membangun usaha dari NOL dan kini memiliki puluhan cabang di penjuru Indonesia. Dan, langsung aja deh, agenda diskusi itu hidup membara, ada yang ngikik, ngakak, guling-guling, n akhirnya ramee deh agenda halaqohnya. Asli hidup. Nah, kalo yang begini ngantukku hilang. Asli.
Agenda rampung pukul 16.30 WIB. Masih lumayan terang. Belum gelap. Biasanya aku baru bisa pulang jelang magrib. Kali ini bisa sedikit lebih santai. Dan aku berencana mau mampir ke warnet buat download beberapa bahan di email. Jarak dari Gallery ke Mendalo lumayan jauh, sekitar 40 menit. Unyu-unyu…aku kayuh motor, dan setelah sampai Mendalo aku mampir ke warnet sebentar. Baru online beberapa menit, gak sampai 3 menit, handphone berdering. Ustadzah memanggil, guru tahfidzku, beliau minta tolong agar aku mengantar beliau ke sebuah tempat, berhubung beliau gak tahu tempatnya. Alamaaak, jarak Mendalo ke Karya kan lumayan jauh. Sekitar 45 menit. Gdubrak. Aku coba jelaskan pada ustadzah rutenya, secra beliau uda dibonceng sama Dariyah, Cuma beliau bilang, Dariyah juga gak tahu tempatnya. Ustadzah minta aku yang ngantar, yah akhirnya “Sami’na wa atho’na.”
Hari uda mulai gelap sebenarnya, kalau aku mengantar Ustadzah, kemungkinan besar aku sampai rumah pasti malam. Tapia apa boleh buat, “Pergilah Kamu meski dalam keaadan berat atau ringan.” Aku pun berangkat menuju Telanai dan terpaksa harus mengantri bensin di pom yang puanjaaaang banget itu. Ustdazah sudah berulang kali menanyakan keberadaanku.
Tepat sekitar pukul 17.49 aku sampai di tempat Ustdzah menungguku. Tapi tiba-tiba ada yang aneh yang aku dengar. By the way, ini bener gak ya yang aku dengar. Masak sih. Huwahahahahahahahah….entahhhlah, antara pengin nangis, jerit, dan sebagainya perasaanku.
evi, uda sore, gimana kalau besok pagi aja ya kita kesana, ini uda kesorean sekali. Jadi baiknya besok pagi saja kita kesana ya Vi ya. Gimana Evi”
GDUBRAAAKK! Huawaaaaaaaahhhh, Ustadzaaahhh….Nguuuukkksss….Hiksssss….
Untunya aku masih kuat nahan tangis.
Heee, begitu ya ustadzah…ummh, oke Ustadzah, kalau begitu besok pagi aja ya Ustadzah.”
Kami pun berpamitan satu sama lain. Dan akhirnya aku mengayuh motorku kembali menuju Mendalo. Hiks…hiks…hiks…Aku benar-benar ingin nangis Bombay ya Allah. Secara uda bela’-bela’in. Sig out dari online, ngebuts bawak motor, ngantri bensi di pom.  Huhuhu…aku gak boleh nangis. Biasa aja kali. Aku hanya berharap dan berbaik sangka pada Allah. Ini pasti ada hikmahnya. Ya Allah, tolong beri aku sinyal, apa itu hikmahnya ya Allah. Dan telak! Aku memang gak jadi nangis.
Sampe di rumah Magrib TOTAL! Aku bener-bener lempeng. Kayak gombal amoh, alias gombal mukiyoo, haduuwwwhh, lemeesss sempoyangan. Tapi bukan kelaperaan. Cuapeekkk banget karena bolak-balik bawa motor. Lempyoong. Syukurnya aku belum shalat alias udzur. Sampe rumah, aku domprok depan TV, sambil minum segelas besar air gallon. Aku ndlongsor. Mataku menubruk acara Pengabdian di Trans TV. Pengabdian Ibu dokter dalam membantu ibu hamil dengan ikhlas. Itu sebenarnya gak menyentuh-nyentuh amat acaranya. Gak seperti acara “jika Aku Menjadi” favoritku. Tapi melihat keikhlasan dan kesungguhan sang Ibu Dokter muda mengabdikan dirinya di masyarakat dengan ikhlas, hatiku meleleh.
Dan Magrib tadi aku benar-benar ASLI NANGIS BOMBAYYY. Ya Allah ampuni kotornya hatiku ini. Ya Allah, tolong jangan tinggalkan aku sendiri ya Allah. Hamba mohon, biarlah hamba tentap menjadi Abdi-Mu yang selalu bersinar dalam kebenaran. Bak BINTANG FAJAR. Meski pun hanya di Kala Fajar. Ya Allah, tolong aku ya Allah. Agar tetap bersih niat ini. Agar tidak ada ujub, iri, dengki dan jahil. Amin ya Rabbal Alamin. Insha Allah.

No comments: