CCKMM [Baca: Cinta Cemara Keluarga MITI Mahasiswa]
Sebenarnya cukup sulit untuk memulai kisahnya dari mana. Karena keluarga ini terpisah tempat, pulau bahkan benua. Tersebar di seluruh penjuru dan sudut langit biru tanah semesta. Hal yang sering membuatku banyak bertanya, mengapa Tuhan tidak buat saja dunia ini berada dalam satu benua, misalnya benua Dunia, atau benua Semesta, atau benua apa saja yang menyatakan bahwa kita berada dalam satu tempat saja. Dan tidak saling berjauhan begini. Yang menyulitkan kita untuk bercakap, berkisah, berbagi, bergurau, apalagi bertemu. Itu hal yang sulit. Meski aku tak mau mengatakan “tidak mungkin.”
Ah...Allah, selalu Maha tahu dari hanya sekedar fikirku yang kecil dan sempit ini. Maha Memahami dari hanya sekedar prediksi dan prasangka yang sulit diterjemah oleh daya kapasitas otak manusia. Karena kenyataannya memang cukup lama aku baru bisa memahami mengapa harus begini, juga mengapa harus begitu.
Ternyata keluarga itu tak harus berbentuk kue Tart, yang manis coklatnya, atau pink warnanya, atau lembut kremnya, atau apalah itu nikmatnya. Keluarga juga tak harus berbentuk Bunga Sakura, yang banyak dikagumi banyak jiwa. Sulit betul aku mencari perumpamaan untuk sebuah kata bernama “keluarga.”
Dulu, kita pernah bilang gini, “insya Allah disini, kita akan saling berkoordinasi, saling mengutkan, mengingatkan, menyemangati, membersamai, mendampingi, berkontribusi untuk kepentingan dakwah perjuangan ini.” Ah, bagaimana pula itu caranya akan saling membersamai, menguatkan atau apa itu persamaannya. Kita berjauhan, di dunia yang aku dimana, kamu dimana, dinegeri yang aku dibawah pondok, dan entah kamu di bawah gubuk, istana atau dinding kost-kostan. Yang benar saja kalau bercanda. Tapi biarlah, itu dulu, dulu sekali. Sangat jadul. Masa saat kita yang kata Mbak Elita “Berdarah-darah” masa yang kata Sensei Edi Sukur “pingsan angkat lemari” masa yang katanya Pak Wars “Sesenggukan menuju Bandara” masa yang aku sendiri bilang gini “ya Allah, aku diasingkan.” Itu masa yang selalu sering membuat kaki kita malah menjadi semakin kuat untuk terus berlari. Masa yang membuat hati kita semakin menembus batas kata “Biasa,” sungguh alangkah anehnya masa itu.
***
Pagi ini aku tengah duduk didepan lepi. Seperti biasa membuka layar, menekan tombol start. Lalu menekan soft modem. Menuju alamat yang kumaksud dan membuka sebuah pintu rumah yang selalu gaduh dan menyebalkan. Aku sekedar ingin melongok ada cerita apa hari ini di dinding itu. Rumah sudah full, berjubelan, ada yang serius, ada yang terbahak, ada yang mellow, ada yang kirim informasi, ada banyak sekali.
Awalnya aku jarang berkomentar dengan semua aktifitas di rumah itu. Mereka asyik sekali berkisah ini dan itu. Topiknya selalu saja ada yang dibicarakan, mulai dari topik bermerk “SHURO” serem, topik press rilis, topik laporan, topik pengumuman, bahkan sampai topik obrolan ngalor ngidul yang tidak menentu mana selatan, timur, tenggara, barat daya dan seterusnya. Amburadul. Namun dari situ aku mulai jatuh cinta dengan keluarga ini. Keluarga Besar MITI Mahasiswa.
***
Gadis enerjik itu bernama Ega, ada pattissiana gitu namanya. Cukup sulit aku mengingat namanya. Panjang dan banyak tanda kutipnya. Apa tidak repot dia memikirkannya. Aku saja yang hanya sekedar membaca sulit sekali meski hanya sekedar membaca. Hummh, mungkin saja tingkat minusku yang semakin tinggi. Ini gadis kecil yang aku kenal pertama kali yang selalu merecoki dinding-dinding milis dan Degege MITI M. Sebelum kita beroperasi di Grup DEGEDE [*_-] kita beroperasi berat di rumah bernama milis.
Setiap kali aku melongok dan membuka rumah itu, selalu kutemukan gadis itu tengah mengumumumkan sesuatu. Atau kadang bergurau ria dengan para keluarga lainnya, dan lebih sering sekali dengan orang bernama M. Rezky Hermansyah, atau terkadang juga dengan Syaefudin, atau kadang juga dengan M. Kiki Yulianto, berperang kata, bercambuk gurau, berbabibu. Dan aku terbahak-bahak meski hanya di depan layar bernama leptop. Ow…ow…ow…
Namun, beberapa bulan lamanya, kita berpindah rumah. Dan semua anggota diboyong serta untuk menerima dengan tulus ikhlas mendekam dirumah yang baru. Rumah yang kalau tak salah selama aku tinggal disana 2 kali ganti cat dinding [Pic. Profil]. Dinding yang pertama aku lupa apa warnanya, kalau yang kedua sampai saat ini ada gambar 3 orang gitu kalau tak salah. Ada rumput hijau, aku tidak pernah menzoomkan dinding itu.
Perubahan besar terjadi saat kami semua diboyong di rumah baru. Rumah mungil itu terasa sejuk. Lebih bersahabat dan kental. Semua bisa dengan mudah membuka pintu rumah, semua diberi bekal kunci. Bisa lihat taman Bunga milik Mb Yuda misalnya, dengan bunga yang selalu diganti warna, dulu dengan warna gambar Jeruk purut kuning, aku sampe seperti mau ngeces lihat warnanya. Masam sepertinya buah itu. Dan kadang Mb Yuda juga menggantinya dengan warna bunga sakura, pokoknya yang seger-seger. Aku suka dengan warna bunga-bunga itu. Kalau Mb Tri Hanifa lain lagi, beliau suka gambar apa itu ya, dulu gambar gadis kecil imut pake jilbab sedang makan jempol, sekarang sudah berganti dengan gambar bintang. Dan beda lagi dengan Pak Syef gambarnya wajah sembunyi malu-malu begitu, padahal kalau sudah ngocol gempar rumah dibuatnya. Katanya sih orang paling keren nomor 2 di MITI M setelah Sensei Edi Sukur. Hee…Pokoknya ada banyak cerita, tentang keluargaku. Kelak kita akan tahu satu persatu seiring dengan bergulirnya kisah keluarga di Bab khusus ini “Keluarga Itu bernama Facebook”
No comments:
Post a Comment