Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Wednesday, December 4, 2013

Hmm coba liat sana "Bicara Qada dan Qadar"

Hmm coba liat sana
"Bicara Qada dan Qadar"
=================

disini ada sebuah sudut ruangan yang memungkinkan aku meraih langit dari dua sisi jendela. Terbengong-bengong 'masya Allah' menikmati langit Ankara di sore hari. Warnanya merona merah-merah orange keemasan. Sekali lagi 'masya Allah.' Sempurna. Apa lagi teman-teman asrama yang baik hati dan selalu menyapaku dengan penuh cemburu "masya Allah Hanifa masya Allah." -apaan sih?-dengan tawa tertahan akumelihat jingkrak mereka saat mereka protes mengapa aku suka sekali memasang headset yang ternyata berisi suara tilawah. Sepertinya tidak ada yang aneh bagi tipe tradisi indonesia. Tapi mereka bilang itu spesial. sama spesialnya ketika aku duduk menghabiskan soreku dg barisan huruf-huruf hijaiyah atau sekedar menikmati matahari terbenam menjelang magrib dari sisi bingkai jendela. Duduk dengan hati penuh menembus ribuan sebuah benua yang jauhnya bermil-mil itu...#SalahFokus — senang sekali di Gazi Kiz Ogrenci Yurdu [status fesbuk, 3 Desember 2013].

=======

AKu tidak tahu, tapi sekali lagi kau seperti langit yang mampu membaca hujan dan matahari. **apaan sih, ngomong sama tembok dah si Sakura. Haissahh :D

Tuning...kau tahu, aku kan belum begitu faham memahami bahasa dewamu itu diari haramainku, apa lagi terkait tentang topik yang baru saja kau celupkan ke dalam gelas fikirku. Itu malah membuatku hanya bisa garuk-garuk kepala secara sempurna, mencoba menyelami kedalaman maknanya. Meski aku tidak juga cukup mengerti dengan baik. Terkadang langit memang tak selalu berwarna biru, bisa juga berwarna pink -iya warna pink- karena ia telah berhasil membuat aku merona sepanjang waktu dalam ke-abu nawasan-mu itu. **GEJE pangkat dewa. Ciaaat, cling :p

Dear blogku, the haramain yang menyebalkan. **hoho, tadi serampung kelas, aku pulang dalam keadaan tidak menentu. Suhu dingin sekali, dan aku tidak memakai jaket. Salahku sendiri. Bagaimana dinginnya akan aku copaskan status catatanku di fesbuk, coba simak ya...jangan sambil tidur tapi, dasar engkau benar-benar membuatku ingin segera melemparimu dengan jutaan daun gugur bunga mapel

Tidak lagi-lagi aku melepaskan jaketku. Jangan Gila Hanifah! ini dinegeri dengan udara minus. Jangan lagi dengan berani-beraninya menyeret kakimu tanpa jaket dan boot meski itu ke kampus sekali pun. Entah apa yang ada di otakku hingga pagi tadi hanya dengan mengenakan gamis yang kulapisi kazak wol aku memutuskan ke kampus. Pukul 08:00 pagi. Ankara dengan suhu membunuh membuatku berlari mengejar tren kereta tanpa ampun. Tidak lagi-lagi ya Rabb. Sesampai di kelas aku nyaris seperti batu. "apa kamu sakit Hanifah?" Hoca Tulinc menyapaku ketika aku masih bersedekap berusaha membunuh dinginku. kaget. Astaghfirullah. "Hayir, hocam" tidak hocam. iyiyim, alhamdulillah. Saya baik2 saja, alhamdulillah. EdisiAmbruk #Ngampus Tanpa Jaket dg suhu nyaris Minus — di Gazi Kiz Ogrenci Yurdu.

Aku sudah gila bukan? Ah entahlah. Entah ide dari mana pagi tadi berangkat ke kampus dan menanggalkan jaket dinginku. Emmh, aku tahu kotaku itu jauh sekali. Sulit rasanya menjangkau sudut-sudutnya. Bukankah sudah pernah aku katakan padamu, bahwa tidak mudah menjadi diriku sendiri setidaknya, aku membutuhkan waktu nyaris 30 jam untuk menjangkau diriku. Dan itu bukan hitungan tentang mengisi air atau pasir dalam botol. Jika sudah bicara tentang barisan peta-peta, rasanya aku seperti sedang memandang bintang yang tinggi. Yang hanya bisa aku pandang kelipnya, dan aku tidak perlu menangis untuk bisa memegang bintang itu. Tentu saja, cukup dengan membuat bintang-bintangan dari kertas dan itu cukup membuat aku pasti akan dengan begitu cepat merubah kesedihanku menjadi gembira. Mungkin karena aku sudah terbiasa hidup "menelan pil pahit" dan bukankah aku pernah kisahkan padamu tentang pil pahit itu. Semoga kau masih ingat, bentar aku kopaskan lagi ya, statusku tempo lalu...

**semester 6
mungkin saking seringnya ngerasain dan mengkonsumsi obat merk cap "hidup pahit" aku sampe lupa rasa pahit itu kayak apa. Pahitnya bangun jam 4 fajar saat yang lain masih sembunyi dalam selimut. Aku malah sibuk nyiapin minyak sayur, ngiris kol, giling bumbu, klutekan di dapur sampe jam 6 pagi. GORENG BAKWAN. Pahitnya serampung magrib, di saat yang lain belajar mengerjakan PR, mngerjakan slide aku malah kelayaban dari satu warung ke warung yang lain belanja bahan buat jualan. Pahitnya rasa serampung isya, di saat yang lain siap tidur dan merapatkan mata aku malah baru memulai mengerjakan PR dan belajar. Pahitnya jadi mahasiswa nyambi JUALAN GORENGAN buat sekedar bayar listrik dan air kos-kosan. Lalu apakah pahit itu ada warna dan rasa? Aku sudah tidak bisa membaca warna dan rasanya...**edisiRasa — diAnkara Besevler [27 November 2013]

Dear haramainku, aku tidak tahu sebenarnya pada siapa tulisan ini aku tujukan. Selain kepada catatan harianku. Semoga kelak jika aku sudah menjadi ibu, anak-anakku akan membacanya dengan detail. Bahwa mereka memiliki ibu yang gemar menulis catatan harian. Aamiin in sha Allah. Mencatat apa saja yang dirasakannya. Menuangkan apa yang bisa di tuang kepada semesta. Haisshah. Termasuk tulisan-tulisan yang belum bertuan ini. Ehem...**meski terkadang cukup menjengkelkan, pasalnya Sensei [guruku] suka iseng, mengkopas alamat link dan lalu mengirimkannya ke grup whats up. **bener-bener dah, pengen aku kasih duren Jambi si Sensei. Hoho.

Ya negeri sebuah jendela, apa sih sebenarnya huruf-huruf hijaiyah itu. Itu sungguh seperti sebuah morse yang aku tidak mampu pecahkan. Kau bilang itu "tidak penting," lalu kenapa kau pilih bahasa "morse" itu untukku. kan aku baru belajar kemaren sore. Ah...benar-benar aku tidak mengerti. Haqiqi, terkadang engkau memang mirip Doraemon yang setia, atau mirip Nobita yang penyayang pada sisuka, mengajakku seperti sedang bermain ular tangga, menemukan keajaiban-keajaiban hadiah-hadiah kecil yang lucu. Seperti hadiah -gombal mukiyoo- mu itu yang mengatakan bahwa langitmu siap menjadi catatan harianku. Ah...dasar -blog- yang istimewa dan berbeda. Untuk saat ini setidaknya, karena sekali lagi engkau tengah mengajarkanku apa itu definisi Qada dan Qadar- dan kita tidak pernah tahu, kemana Qada dan Qadar Allah akan membawanya di kemudia hari. Apa pun semoga baik in sha Allah. Ketentuan terbaik hanya milik Allah. Sekali lagi ini catatan harian tentang Qada dan Qadar. "Naumatu mani'ah ya ghooliyah..." **apaan sih artinya, haha kagak ngarti dah...

Ankara, 04 Desember 2013 [pada sebuah winter]

No comments: