Tulisan ini aku peroleh dari sebuah blog. Tidak ada niat apa pun selain sebagai nasihat dan pengingat diri saya sendiri, sebagai sebuah bagian proses dalam belajar...
Para penghafal Al Quran benar-benar menjadi keluarga Al Quran, seperti sabda Rasulullah SAW: Allah
mempunyai keluarga dari kalangan manusia. Beliau ditanya: siapa mereka
wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Ahli Al Quran, mereka adalah keluarga
Allah Saw dan orang-orang dekat-Nya. Hadits diriwayatkan oleh Ahmad, An Nasai, Ibnu Majah dan al Hakim.
1. Selalu Bersama Al Quran
Penghafal Al Quran harus menjadikan Al Quran sebagai temannya dalam
kesendiriannya, serta penghiburnya dalam kegelisahannya, sehingga ia
tidak berkurang dari hafalannya. Qasim bin Abdurrahman berkata: Aku
bertanya kepada sebagian kaum sufi: tidak ada seorangpun yang menjadi
teman kesepianmu di sini? Ia mengulurkan tangannya ke mushaf, dan
meletakkannya di atas batu dan berkata: inilah teman kesepianku!
Dari Ibnu Umar r.a.: bahwa Rasulullah SAW bersabda: Perumpamaan
orang yang hafal Al Quran adalah seperti pemilik unta yang terikat,
jika ia terus menjaganya maka ia dapat terus memegangnya, dan jika ia
lepaskan maka ia akan segera hilang. Hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Dan Muslim menambahkan dalam riwayatnya: Jika
ia menjaganya, dan membacanya pada malam dan siang hari, maka ia dapat
terus mengingatnya, sedangkan jika tidak, maka ia akan melupakannya.
Dari Abdullah bin Mas`ud r.a. ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Amat
buruk orang yang berkata: Aku telah melupakan hafalan ayat ini dan ayat
itu, namun sebenarnya ia dilupakan. Terus ulang-ulanglah hafalan Al
Quran, karena ia lebih cepat pergi dari dada manusia, dari perginya unta
dari ikatannya. Hadits riwayat Bukhari-Muslim
2. Berakhlaq dengan Akhlaq Al Quran
Seperti Nabi Muhammad Saw. Aisyah r.a. pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, ia menjawab: Akhlak Nabi Saw adalah Al Quran. Hadits riwayat Muslim.
Penghafal Al Quran harus menjadi kaca yang padanya orang dapat melihat
aqidah Al Quran, nilai-nilainya, etika-etikanya, dan akhlaknya, dan agar
ia membaca Al Quran dan ayat-ayat itu sesuai dengan perilakunya.
Ia berkata: Seorang penghafal Al Quran harus tidak butuh kepada
orang lain, tidak kepada para khalifah, dan tidak pula kepada orang yang
lebih rendah kedudukannya. Sebaliknya, ia harus menjadi tumpuan
kebutuhan orang.
Mu`adz bin Jabal berkata: Pelajarilah apa yang kalian hendaki untuk
diketahui, namun Allah SWT tidak akan memberikan pahala kepada kalian
hingga kalian beramal.
Ibnu Mas`ud r.a. berkata: Penghafal Al Quran harus dikenal dengan
malamnya saat manusia tidur, dan dengan siangnya saat manusia sedang
tertawa, dengan diamnya saat manusia berbicara, dan dengan khusyu`nya
saat manusia gelisah. Penghafal Al Quran harus tenang dan lembut, tidak
keras, tidak sombong, tidak bersuara kasar atau berisik dan tidak cepat
marah.
Seorang zahid yang terkenal, Fudhail bin `Iyadh, berkata: Pembawa
(penghafal) Al Quran adalah pembawa bendera Islam, maka ia tidak boleh
bermain-main bersama orang-orang yang senang bermain, tidak lupa diri
bersama orang yang lupa diri dan tidak bercanda bersama orang yang
bercanda, sebagai bentuk penghormatan terhadap hak Al Quran.
3. Ikhlash dalam Mempelajari Al Quran
Para pengkaji dan penghafal Al Quran harus mengikhlaskan niatnya, dan
mencari keridhaan Allah SWT semata, dan semata untuk Allah SWT dalam
mempelajari dan mengajarkan Al Quran itu, tidak bersikap pamer di
hadapan manusia, juga tidak untuk mencari dunia.
Muslim meriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Orang
yang pertama kali disidangkan pada hari Kiamat ada seorang yang dinilai
mati syahid. Orang itu dihadirkan, kemudian kepadanya dibeberkan
ni`mat-ni`mat Allah yang telah diberikan kepadanya, dan ia mengakui hal
itu. kemudian Allah SWT bertanya: Apa yang engkau lakukan sebagai rasa
syukur terhadap ni`mat-ni`mat itu? Ia menjawab: Aku berperang membela-Mu
hingga aku mati syahid. Allah SWT mengomentari: Engkau berdusta, karena
engkau berperang hanya untuk dikatakan sebagai si pemberani, dan itu
sudah dikatakan orang. Maka vonisnya kemudian diputuskan, dan ia diseret
dengan muka menghadap tanah, hingga ia dilemparkan ke neraka. Kemudian
seseorang yang telah mempelajari Al Quran, mengajarkannya dan membaca Al
Quran. Orang itu dihadirkan, kemudian kepadanya dibeberkan
ni`mat-ni`mat Allah yang telah diberikan kepadanya, dan ia mengakui hal
itu. kemudian Allah SWT bertanya: Apa yang engkau lakukan sebagai rasa
syukur terhadap ni`mat-ni`mat itu? ia menjawab: Aku mempelajari Al
Quran, dan mengajarkannya kepada manusia, dan aku membaca Al Quran
demi-Mu. Allah SWT mengomentari jawabannya itu: Engkau berdusta, karena
engkau mempelajari Al Quran agar dikatakan orang sebagai orang alim, dan
engkau membaca Al Quran agar manusia mengatakan: dia seorang qari. Dan
itu sudah dikatakan orang. Maka vonisnya kemudian diputuskan, dan ia
diseret dengan muka menghadap tanah, hingga ia dilemparkan ke neraka.
Selanjutnya seseorang yang Allah SWT berikan keluasan harta, dan
kepadanya diberikan seluruh macam kekayaan. Orang itu dihadirkan,
kemudian kepadanya dibeberkan ni`mat-ni`mat Allah yang telah diberikan
kepadanya, dan ia mengakui hal itu. kemudian Allah SWT bertanya: Apa
yang engkau lakukan sebagai rasa syukur terhadap ni`mat-ni`mat itu? Ia
menjawab: Setiap aku mendapati jalan dan usaha kebaikan yang Engkau
senangi agar aku nafkahkan hartaku untuknya, aku segera menginfakkan
hartaku demi-Mu. Allah SWT mengomentari jawabannya itu: Engkau berdusta,
karena engkau melakukan itu semua agar dikatakan sebagai seorang
dermawan, dan itu telah dikatakan orang. Maka vonisnya kemudian
diputuskan, dan ia diseret dengan muka menghadap tanah, hingga ia
dilemparkan ke neraka.
At Tirmidzi meriwayatkan hadits ini: kemudian Rasulullah SAW menepuk lututku dan bersabda: Wahai Abu Hurairah, tiga orang itu adalah makhluk Allah SWT yang pertama yang dibakar oleh api neraka pada hari kiamat. Ibnu Abdil Barr berkata: hadits adalah bagi orang yang berniat dengan ilmu dan amalnya bukan karena Allah SWT.
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Tirmidzi bahwa beliau bersabda: Siapa
yang mencari ilmu bukan karena Allah atau ia bertujuan bukan untuk
Allah maka bersiap-siaplah ia menempati tempatnya di neraka.
Abu Daud dan Tirmizi meriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Siapa
yang mempelajari ilmu yang seharusnya semata untuk Allah, namun ia
mencarinya untuk mendapatkan dunia, maka ia tidak dapat mencium bau
surga pada hari Kiamat. Tirmizi berkata: hadits ini hasan.
Para penghafal Al Quran dan penuntut
ilmu harus bertakwa kepada Allah SWT dalam dirinya, dan mengikhlaskan
amalnya kepada-Nya. Sedangkan perbuatan dan niat buruk yang pernah
terjadi sebelumnya, maka hendaknya ia segera bertaubat dan kembali
kepada Allah SWT, untuk kemudian memulai dengan keikhlasan dalam
menuntut ilmu dan beramal.
`Alqamah meriwayatkan dari Abdullah bin Mas`ud ia berkata: Apa
yang akan kalian lakukan jika kalian mendapatkan fitnah yang membuat
anak kecil menjadi segera menjadi dewasa dan membuat orang tua menjadi
tua renta, dan itu dijadikan sunnah (tradisi) yang diikuti oleh manusia,
jika hal itu ia merubah sedikit saja hal itu, maka ada yang segera
mengatakan: Apakah engkau mau merubah sunnah? Seseorang bertanya: kapan
itu terjadi wahai Aba Abdirrahman? Ia menjawab: hal itu terjadi jika
para qurra (pembaca dan penghafal Al Quran) kalian banyak, namun sedikit
ulama sejati kalian, para pemimpin kalian banyak, namun sedikit mereka
yang jujur dan amanah, engkau mencari dunia dengan amal akhirat, dan
mempelajari agama bukan untuk tujuan agama. Al Munziri berkata dalam At Targhiib: diriwayatkan oleh Abdurrazaq secara mauquf.
Sumber : Yusuf Al-Qardhaqi dalam http://rinto.staff.ugm.ac.id/?p=21
***
No comments:
Post a Comment