Aku agak terlambat datang ke RCQ kemaren, meski bangun lebih pagi dan bisa menambah beberapa baris hafalan. Itu menyenangkan tentu saja. Di wisma juga sedang ramai, keluarga Cici sedang berkumpul. Agak terlambat datang ke RCQ lebih karena aku menggunakan waktuku untuk menyuci baju terlebih dahulu.
Perjalanan yang indah. Langit cerah pagi ini. Hatiku juga riang. Membayangkan bertemu wajah-wajah penghafal qur'an cilik tentu sebuah kesyukuran tersendiri bagiku. Melecut jantung da hatiku untuk berlari lebih kencang memegang kendali diri, menambahdan memperbaiki kualitas hafalan semaksimal dan sebaik mungkin. Mesti aku adalah pengumpul ayat pemula. Namun ini sungguh berefek banyak terhadap semua aktifitasku. Aku merasa lebih baik mengontrol emosi, lebih tenang dan lebih bisa mengendalikan nafsu kelalain yang banyak terbuang sia-sia selama ini.
Pagi kemaren, seperti biasa pagi hari aku memegang kelas anak-anak, mata pelajaran menulis dan membaca. Saat tiba di sana, aku melihat suasaa sepi. Melongok ke dala m ruang belajar dan melihat bocah-bocah itu tengah bergeung-gelung ria di atas matras, terkantuk-kantuk. Meski di atas meja kecil al-qur'an dan tafsir dengan ketebalan bergunung-gunung itu berada tepat di depan mereka. Aku memberi hadiah sebongka salam dan senyum, mengulurkn tanganku untuk mereka. Mereka mengulet dan terpejam-pejam pertanda mengantuk. Meski wajahnya terlihat tanda bahwa mereka sudah mandi.
Aku mengajak mereka bergerak-gerak sederhana, olah raga ala kadarnya. Meminta mereka mencuci muka dan menajak berlari-lari kecil di dalam ruangan yang luasnya cukup untuk bermain bola basket seorang diri. sekitar 10 menit aku mengajk mereka bergoyang-goyang. Lalu serampung itu kami memulai belajar. Hari itu kami membuat kalimat dengan struktur yang lebih bagus. Setelah pertemuan seelumnya aku membiarkan mereka berimajinasi sesuai keinginan hati mereka.
Kali ini Fauz sedang tidak baik moodnya. Berulang kali membuat kegaduhan dan membuat adik yang lebih kecil usia dainya nangis meradang. Berebut pensil dan smacamnya. Awalnya aku tetap mengendalikan keadaan suasana dengan baik, hingga pada saat kami sedang melihat ke arah leptop, karena hari itu aku melatih mereka mengetik kalimat mereka di leptop, tanpa sengaja Thobib berteriak..."Awaaassss jatuhhhhhhhhh." Astaghfirullah, aku kaget sekali, sebuah papan tulis dengan ukuran dan sebesar melebihi ukuran papan tulis kebanyakan hampir saja roboh dan menimpa tubuhku. Aku sangat kaget sekali. Dan berkali-kali itu adalah kreatifitas Fau yang mendorong-dorong papan tulis dan membuatnya menjadi tidak seimbang.
astaghfirullah, aku tanpa sengaja langsung marah membentak Fauz, "Fauzzzz, masya Allah, astaghfirullah...ammah, nggak mau kalo Fauz selalu begitu" Aku mengucapkan kalimat itu dengan berteriak. Menggelegarrr....Astaghfirullah....ya Allah ampuni aku, ampuni atas sikap kekasaranku, sungguh aku tidak sengaja mengucapkan kalimat itu ya Rabb...
Fauz...., maafkan ammah ya. Semoga kelak engkau tumbuh menjadi hafidz yang kelak menjadi pemberi mahkota terbaik untuk ummu dan abah Fauz. Amiin inshaallah.
*Ampuni hamba ya Allah...
*Hamba berazzam, akan menjadi bagian dari pengumpul ayat-ayat-Mu
*Tolong bimbing dan jangan tinggalkan hamba ya Rabb
Bismillah...
No comments:
Post a Comment