Aku mengeluarkan dua buah kazak hangat dari lemari. "ini cocok buat hana, dan ini buat sukriye." aku membatin memperhatikan kazak wol baju hangat yang masih putih dan bagus. Aku masih ingat berapa kali memakainya. Lebih tepatnya jarang aku pakai. Meski kazak hangat itu aku beli setelah menghabiskan waktu 40 menit untuk menentukan pilihan. Benar-benar hal bodoh yang pernah aku lakukan untuk hal sepele semacam itu.
"hanna, sukriye ini untuk kalian." Aku bentangkan kazak hangat itu pada mereka berdua yang tengah mengutak-atik leptop di atas sofa ranjang. "smg kala musim dingin tiba ada hal yang membuat kalian tetap ingat padaku." aku menjelaskan sblm mreka sempat menyela.
"ah...masya Allah canim." Jawab hana dengan senyum yang selalu aku bilang itu manis dan tulus.
"hanna, sukriye ini untuk kalian." Aku bentangkan kazak hangat itu pada mereka berdua yang tengah mengutak-atik leptop di atas sofa ranjang. "smg kala musim dingin tiba ada hal yang membuat kalian tetap ingat padaku." aku menjelaskan sblm mreka sempat menyela.
"ah...masya Allah canim." Jawab hana dengan senyum yang selalu aku bilang itu manis dan tulus.
"tunggulah sebentar evi." Sukriye berlari membuka koper setinggi bahu orang dewasa. Keningku berkerut. Tidak mengerti mengapa ia tiba-tiba membongkar koper baju. Lalu...
"ini untukmu evi." katanya kemudian. Aku kaget. "Oh..." tidak Sukriye terimksh. Sebuah jilbab lebar yang aku sangat ingin sekali memakainya sejak pertama kali aku mengenal gadis-gadis muslim Somalia. "Sukriye kamu cantik jika pakai ini. aku menolak halus.
"tidak pakailah...ini hadiah dariku." jawabnya lagi.
"Bluk." Hanna berlari membuka lemari, dan "ini untukmu evi." serunya. Aku menoleh. mandang tidak percaya. Sebuah gaun muslimah hijau yang sering ia pakai untuk berangkat ke Tomer. Aku tahu itu gaun muslimah favoritnya. "tidak hanna, ini bagus sekali." aku semakin tak enak hati.
"semoga ada yang bisa mengingatkan tentangku padamu suatu waktu nanti." katanya menirukanku.
Aku diam. Masya Allah. Subhanallah..
"kemarilah evi, kemari." Sukriye menarik tanganku dan membongkar kopernya.
"pilihlah gaun yang paling engkau sukai."
katanya sekali lagi. Sementara aku "subhanallah, subhanallah." hanya bisa mengagumi, "hati macam apa yang Engkau ciptakan untuk para gadis-gadis Somalia ini ya Allah.
Dan itulah sejarah pertama dalam hidupku menerima sebuah kado Jilbab Muslimah Terbaik. Sebuah jilbab yang tidak biasa aku pakai selama di Indonesia. Aku masih ingat 4 bulan yang lalu saat aku sampaikan inginku pada Firdaus, sahabat Somaliaku di kelas Tomer. "Aku ingin jilbab seperti ini Firdaus," Sambil memperhatikan jilbab lebar yang berayun-ayun itu. "dmna bisa aku dapatkan?" lanjutku sekali lagi.
"Benarkah itu?" jawabnya tidak percaya.
"iya aku sangat ingin memakainya." Jawabku singkat.
***
Sore itu...
Saat aku mengenakan untuk pertama kalinya. Dan merekalah orang pertama yang berbinar mata dan menyambutku dengan tepuk tangan dan seru tasbih yang tulus.
#selamat Jalan, notes untukmu sahabat2 Somaliaku — di Beştepe Kız Yurdu.
No comments:
Post a Comment