Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Friday, August 28, 2020

Challenge of the Week #10 Membangun Ketahanan Pangan dari Rumah

 Membangun Ketahanan Pangan dari Rumah; 

Tips Ketahanan Pangan #Ala ABQA Family

Challenge of the Week #10 Kampung Ibu Profesional Depok

Assalamualaikum. Mak sayang semuanya, alhamdulillah pekan ini akhirnya kita telah sampai pula di pekan ke 10 Maak. Ya Allah...perjalanan yang lumayan panjang dan cukup menggunjang  konsistensi buat menuliskannya di blog, hahaha.

Tapi, pelan-pelan saya nyalakan leptop. Saya bisikin pelan-pelan melakukan upaya mengusir rasa malas dan rasa kantuk yang menghadang "menulislah...menulis...dan menulis..." biar masih buntu idenya pokoknya terus aja nulis, wkwk. Dan pada akhirnya, izinkan saya berbagi secuil ilmu dan secuil ide yang barangkali ada manfaat yang bisa diambil ya Mak. Khususnya dengan tema Ketahanan Pangan COTW KIP Depok.

Sejujurnya saya sangat mengapresiasi teman-teman pengurus yang telah bersusah payah menelurkan ide ketahanan pangan ini. Mendorong para anggotanya untuk turun tangan dan memakmurkan lahan yang ada dengan cara bercocok tanam. 

Isu ketahanan pangan ini sebenarnya sudah lama sekali digulirkan oleh pemerintah. Sejak tahun 2010 Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian telah mengembangkan satu program ketahanan pangan keluarga yang disebut dengan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Dimana konsep utamanya adalah mengembangkan pertanian dengan memanfaatkan pekarangan yang ada di rumah.

Setelah berkeluarga dan menjalani peran sebagai Ibu, sang manajer operasional domestik, barulah begitu terasa bahwa program ini dapat secara langsung dirasakan manfaatnya oleh banyak kaum Ibu. 

Jika dahulu memahami ketahanan pangan keluarga hanya sebatas program pemerintah, maka saat ini program Ketahanan Pangan keluarga adalah suatu keniscayaan. Ya, setidaknya tak hanya meneruskan tradisi orang tua di kampung halaman yang gemar menanam, namun lebih jauh dari itu mengajarkan kebiasaan baik kepada anak-anak untuk mencintai dan merawat lingkungan.

Pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi tips Ketahanan Pangan versi #ABQAFamily, alias versi keluarga saya ya, hehehe. Meski pun rasanya saya belum pas untuk #berkampanye soal topik ini, sebab saya juga belum masih dalam proses belajar membangun ketahangan pangan. Semoga hal kecil dan sederhana yang sudah dan sedang saya coba lakukan ini ada manfaat yang bisa diambil ya Mak.

1. Memanfaatkan Tanaman Pangan yang Tumbuh di Halaman Rumah


Salah satu pohon pisang yang tumbuh di pekarangan; 
Memanfaatkan Tanaman di Pekarangan sebagai Bahan Pangan

Lahan kosong yang tersedia di halaman rumah adalah sebuah karunia Allah. Khususnya tinggal diperkotaan dengan tingkat kepadatan yang cukup atau sangat tinggi. Lahan kosong yang tersedia di rumah menjadi tentu menjadi sebuah rizki kebahagiaan tersendiri. Khususnya bagi para keluarga yang gemar berkebun atau bercocok tanam. 

Jika lahan kosong saja adalah sebuah rizki yang luar biasa, maka apakah lagi tanaman yang sudah tumbuh subur dan tersedia dengan gratis, masha Allah. Alhamdulillah, di rumah ini ada begitu banyak jenis tanaman yang tumbuh subur. Tanaman ini sudah ada jauh sebelum saya tinggal di rumah ini. 

Dengan adanya rizki yang disediakan oleh alam secara gratis ini, saya pun dapat memanfaatkan beberapa tanaman yang memang sudah siap dipanen untuk kebutuhan sehari-hari. Antara lain; buah pisang, daun pisang, buah kelapa, buah mangga, sayur katuk, buah rambutan dan belimbing wuluh. 

Untuk berjelajah koleksi tanaman yang tumbuh subur di halaman rumah secara lengkapnya dapat di akses di http://sakuraromawitimur.blogspot.com/2020/07/challange-of-week-3-buah-buahan.html

2. Memanfaatkan Lahan Kosong untuk Berkebun


Pemanfaatan lahan kosong pekarangan di sudut pekarangan rumah; 
Kebun singkong, pohon katuk dan aneka bumbu dapur  ditanam secara berdampingan telah membuahkan hasil

Memanfaatkan lahan kosong merupakan cara yang sangat ampuh dalam upaya menyambut dengan baik program ketahanan pangan. Lahan kosong tak hanya menyediakan ruang dan kesempatan bercocok tanam, namun juga dengan hasil dari bercocok tanam dapat membantu perekonomian keluarga, menghemat budget pengeluaran, dan manfaat yang langsung dapat dirasakan adalah menyediakan bahan pangan sehat dengan gratis.

Hal ini tentu dapat memberikan efek kegembiraan dan rasa puas, sebab dapat menikmati hasil jerih payah sendiri. Dengan demikian pun, akan meningkatkan kadar rasa syukur dan kebahagiaan dalam jiwa.

Kebiasaan menanam pada dasarnya adalah kebiasaan yang saya lakukan sejak kecil. Kebiasaan yang terbentuk oleh sebab melihat kebiasaan Ibu dan Nenek di kampung halaman yang gemar menanam sayuran dan bumbu dapur di halaman belakang/samping rumah. 

Kebiasaan menanam sayur ini semakin menguat ketika melihat Kakak perempuan saya yang juga tak kalah hobi bercocok tanam di halaman rumah. Saya pun semakin bersemangat pula memanfaatkan halaman rumah dengan menanam sayur mayur dan bumbu dapur yang mudah tumbuh.


Mbak Nana ikut mengamati dan merawat perkembangan 
tanaman singkong dan sayuran di pekarangan rumah

Dalam hal ini saya memanfaatkan halaman kosong untuk bercocok tanam sayur mayur dan bumbu dapur: pohon singkong, pepaya, sayur katuk, pepaya jepang/chaya dan belimbing wuluh. Sempat menanam kangkung, namun tidak ada yang bertahan hidup. Untuk mengakses tanaman yang pernah saya tanam dengan memanfaatkan lahan pekarangan dapat di akses di http://sakuraromawitimur.blogspot.com/2020/06/challange-of-week-2-sayur-mayur.html

Ada pun bumbu dapur yang saya tanam dengan memanfaatkan lahan kosong di samping dan belakang rumah antara lain: cabai, serai, kunyit, jahe, kencur. Untuk berjelajah virtual tentang tanaman bumbu dapur yang saya tanam di pekarangan ini bisa diakses di COTW pada pekan pertama http://sakuraromawitimur.blogspot.com/2020/06/challange-of-week-1-bumbu-dapur.html

3. Urban Farming; Memanfaatkan Teras Rumah dengan Bercocok Tanam Menggunakan Polibag  dan Sampah Plastik Daur Ulang

Perkembangan zaman menuntut kita semakin mengasah kreatifitas dan ketrampilan dalam memanfaatkan fasilitas yang ada. Dalam keadaan yang serba terbatas sekali pun. 

Banyak sekali inspirasi yang dapat kita ambil dari berbagai informasi, khususnya bagi saya di aplikasi instagram tentang urban farming, atau pertanian masyarakat perkotaan. Bagaimana memanfaatkan lahan yang terbatas untuk tetap dapat bercocok tanam.

Alhamdulillah, sejak mengikuti program COTW KIP Depok dengan tema yang sangat bagus ini, semakin mendorong saya secara pribadi untuk mengoptimalkan pekarangan rumah dengan bercocok tanam. Tema ini juga telah membuka kembali kran pola pikir yang sempat redup, untuk kembali menggalakkan kegiatan bercocok tanam.

Semenjak memutuskan ikut COTW Ketahanan Pangan ini, berusaha semampu yang bisa saya lakukan untuk bisa konsisten mengikuti program #ketahananpangan ini. Program ini mendorong saya untuk juga memanfaatkan teras dapur yang cukup luas sebagai lahan bercocok tanam. 

          
Memanfaatkan sampah plastik  keluarga sebagai polibag untuk media  bercocok tanam dengan memanfaatkan teras rumah; ZERO WASTE 

Ada pun media yang saya gunakan dalam hal ini adalah dengan memanfaatkan polibag, pot, serta wadah plastik sampah rumah tangga yang tidak terpakai. 

Plastik sampah dapur dengan bahan yang kuat dapat kita manfaatkan sebagai polibag. Dengan demikian, kita juga tak hanya sedang berproses menuju ketahanan pangan yang ideal, namun sekaligus dapat mengurangi sampah rumah tangga. Mengubahnya menjadi kebun-kebun hijau yang bermanfaat.

Anak -anak terlibat aktif dalam proses kegiatan bercocok tanaman

Beberapa tanaman yang saya tanam dengan memanfaatkan polibag/plastik sampah dengan memanfaatkan teras dapur antara lain; cabai, kunyit, kencur, jahe, temulawak, serai, tanaman suji, tanaman pandan, lidah buaya, daun bawang, buah jeruk dan aneka bunga hias.

Repotting Plants; Benih cabai yang sudah bertunas cukup tinggi dipindahkan kemedia sampah plastik yang telah di cuci. Disusun rapi di sisi teras dapur.

Alhamdulillah, hasil obrolan ringan dengan teman-teman di WAG KIP Depok memberikan inspirasi bagi saya untuk juga menanam tanaman suji, lidah buaya dan daun pandan. Dan dalam hal ini saya mencoba menanamnya di polibag.

4. Melakukan Perencanaan Belanja Dapur/Rumah Tangga

Ketrampilan dalam mengatur keuangan keluarga memiliki peran yang signifikan dalam mendukung ketahanan pangan keluarga. Dalam hal ini peran sentral Ibu/isteri sebagai bendahara keluarga memiliki andil yang sangat besar sekali. B

agaimana isteri dapat mengelola dana yang tersedia dengan se-efektif dan se-ekonomis mungkin, tidak boros dengan membeli kebutuhan dapur yang tidak begitu dibutuhkan, namun juga tetap dapat menikmati menu sehat dan bergizi. Syukur-syukur dari uang belanja tersebut tersisa dana yang bisa ditabung untuk kebutuhan lain, huehehe.

Perencanaan belanja ini bisanya saya lakukan malam hari sebelum berbelanja di tukang sayur atau dengan cara memesan kebutuhan dapur secara online via Mang Sayur. 

Saya membuat catatan kebutuhan dapur selama 7 hari ke depan. Anggaran dana dapur selama satu bulan saya bagi untuk 4 pekan (4 x belanja), serta alokasi dana belanja dadakan sewaktu-waktu ada kekeurangan bahan yang di perlukan.

Perencanaan belanja ini sangat membantu saya dalam melakukan kegiatan berbelanja dengan kebutuhan tepat sasaran. Dapat membantu mengklasifikasi mana kebutuhan yang betul-betul dibutuhkan, dan mana yang sebenarnya belum/tidak dibutuhkan. Tak hanya ini, dengan merencanakan belanja kita pun dapat lebih menghemat pengeluaran belanja.

5. Merencanakan Pemilihan Ketahanan Bahan Pangan sebelum Berbelanja

Beberapa bahan pangan yang memiliki ketahanan cukup lama dengan cara di simpan di dalam kulkas (mentimun, tomat dan cabai). Ada pun kentang cukup di luar dengan suhu ruang normal

Perencanaan pemilihan bahan makanan memiliki manfaat yang penting dalam jangka panjang. Bahan makanan yang tidak tahan lama kesegarannya hendaknya membeli dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. 

Kemudian bahan yang tidak lama kesegarannya tersebut  diolah terlebih dahulu pada hari-hari pertama setelah jadwal belanja. Hal ini ditujukan untuk menghindari bahan tersebut busuk sebelum digunakan. Bahan-bahan yang lebih mudah layu/busuk yang harus segera di olah antara lain seperti; sayur bayam, kecambah, jamur, brokoli dan ikan. Bahan bahan ini sebaiknya diolah terlebih dahulu di hari-hari pertama setelah belanja.

Ada pun bahan makanan yang tahan lama, dapat kita jadwalkan di penghujung hari, seperti; kentang, tomat, labu siyam, cilembu, dan mentimun. Bahan pangan ini memiliki ketahanan yang jauh lebih lama dan tidak mudah busuk.

Berdasarkan hal tersebut, maka penting juga bagi kita untuk melakukan perencanaan terhadap pemilihan ketahanan bahan makanan. Dengan ketrampilan memilih bahan makanan yang tahan lama, tentu kita telah melakukan penghematan dalam jangka panjang. Karena tidak melakukan pemborosan belanja sebab sayur yang busuk sbelum sempat di masak.

6. Diversifikasi Pangan


Diversifikasi pangan; Beberapa bahan pangan sebagai pengganti beras/nasi.

Diversifikasi pangan merupakan salah satu program pemerintah agar kita tidak hanya terpatok pada satu jenis makanan pokok saja sebagai sumber bahan pangan utama. Namun juga dalam hal ini kita dapat memanfaatkan berbagai bahan pangan lainnya sebagai pengganti nasi.

Beberapa bahan pangan yang bisa kita fungsikan sebagai pengganti nasi dan dalam hal ini biasa kami konsumsi sebagai pengganti nasi adalah; kentang, jagung, singkong, cilembu, bubur kacang hijau, roti gandum, dan oatmeal

Anak-anak terbiasa menikmati jagung dalam berbagai adonan, seperti direbus, dipipil untuk salad, atau dibuat perkedel jagung. Saya merasakan besarnya manfaat makanan pengganti karbohidrat ini untuk anak-anak, khususnya Rayyan si kecil yang kurang begitu doyan makan nasi namun bisa menghabiskan setengah gelondong jagung rebus. Huehehe...

Oh ya Mak, untuk oatmeal ini sebenarnya masih jarang atau langka sebagai bahan pangan pokok di Indonesia ya. Juga tentu saja tidak semua orang merasa bahwa oat ini kebutuhan utama, tidak mengenyangkan atau malah tidak enak, hehe.

Namun saya ingin berbagi sedikit pengalaman, bahwa selama bulan Ramadhan saya dan suami makan sahur dengan oat + susu dan kurma, hampir satu bulan full. Ajaibnya satu bungkus besar oat cukup kami makan berdua selama bulan ramadhan. Oat seharga kurang lebih 50K/bungkus dapat kami gunakan selama 1 bulan full selama Ramadan. Bagi Mak yang sedang diet dan doyan oat, barangkali ini bisa jadi pilihan alternatif.

7. Menyiapkan Stok Makanan siap Saji untuk 2-3 hari/pekan


Olahan masak ungkep kuning dalam satu waktu; tahu, tempe, ayam untuk persediaan 2-3 hari kedepan. Efektifitas hemat gas dalam proses memasak

Menyiapkan stok makanan untuk 2-3 hari kedepan memberikan manfaat terhadap ketahanan kesegaran dan kelezatan dari bahan pangan yang sudah kita belanjakan. 

Beberapa bahan makanan yang biasanya saya olah untuk stok 2-3 hari adalah tempe, tahu dan ayam di ungkep kunig jadi satu. Setelah matang dan dingin kita letakkan dalam wadah dan simpan di dalam kulkas. Dengan demikian, kesegaran dan kelezatan rasa tempe, tahu dan ayam tetap terjaga. Bisa kita masak sewaktu-waktu.

Bahan makanan lain yang bisa kita stok dalam keadaan matang untuk disimpan di kulkas; singkong rebus, cilembu rebus, bubur kacang hijau, juga berbagai jenis aneka jus, seperti jus tomat, dan jus jeruk dsb.

Tak hanya akan meminimalisir berkurangnya tingkat kesegaran sayur, namun kita juga telah menghemat penggunaan gas dan bumbu dapur dengan lebih efektif. 

8. Stok Bahan Pangan saat Harga Murah Meriah serta Mengawetkannya 

Cabe sedang murah meriah saatnya memborong, huehehe. Yaa...ini adalah cara yang sangat efektif dalam upaya melakukan penghematan. Saat harga cabai di pasar terjun bebas, upayakan untuk membeli dalam jumlah banyak. 

Kemudian cabe-cabe tersebut bisa kita siangin dan simpan di wadah di dalam kulkas agar cabai tersebut tetap segar dan tidak mudah busuk. Jika perlu, kita juga bisa menjemur sebagian cabe-cabe tersebut untuk dikeringkan. Cabe yang kering ini akan tahan lebih lama sehingga bisa kita manfaatkan dalam waktu jangka panjang. 

Beberapa bahan pangan yang dapat diawetkan dengan cara di buat asinan, 
di keringkan, atau di buat saos (cabai dan tomat)

 

Contoh olahan mentimun yang diawetkan; tradisi masyarakat Turki

Kemudian bahan pangan lainnya seperti mentimun, wortel, bengkoang, cabai bisa kita awetkan dengan cara dibuat asinan. Semua bahan yang sudah kita olah menjadi asinan ini akan jauh lebih awet dan bisa kita manfaatkan dalam jangka panjang.

9. Mengolah Makanan Siap Saji/Frozen Food di waktu tertentu


Mengolah frozen food di penghujung akhir pekan 
atau di waktu tertentu/darurat

Makanan siap saji/frozen food adalah bahan makanan yang sangat membantu memudahkan kita dalam proses memasak. Tentu saja tak perlu repot membutuhkan waktu yang lama dalam proses memasaknya. Kita hanya butuh mengukus atau menggorengnya saja. Makanan pun siap disajikan.

Hanya saja khusus untuk makanan frozen ini, sebaiknya digunakan di penghujung akhir pekan. Hal ini dilakukan agar kita dapat mengolah bahan makanan yang lekas layu di awal waktu. Sehingga kita tidak menghabiskan amunisi bahan makanan yang semestinya untuk  satu pekan sudah habis di sebelum pekan itu berakhir. 

10. Mengalokasikan Dana #Belanja Jajan Online

Makanan dengan sistem pemesanan online tidak bisa kita hindari ya Mak. Berbagai menu pilihan dapat kita pesan hanya dengan jari tangan. Berbagai menu makanan berseliweran di media sosial kita. Oleh sebab itu penting juga bagi kita mengalokasikan uang dari dana belanja 1 bulan, kita alokasikan khusus untuk membeli makanan secara online sewaktu-waktu dibutuhkan.

Mengalokasikan dana ini bagi saya cukup signifikan, sebab kita belajar konsisten terhadap hal-hal yang sudah disepakati. Belajar menahan diri sari semua rasa pengen yang berseliweran di depan mata. Dengan demikian, kita telah berikhtiar menjadi bagian dari keluarga yang berpartisipasi aktif dalam program Ketahanan Pangan Keluarga bukan?

Ketahanan Pangan; Aktivitas Edukasi Bersama Anak-anak

Ada banyak manfaat yang saya rasakan dengan kegiatan bercocok tanam ini. Salah satunya adalah memberikan ruang aktivitas edukasi kepada anak-anak dalam proses kegiatan bercocok tanam. 

Anak-anak dapat terlibat aktif mengikuti kegiatan menanam dengan hati yang riang gembira. Kegiatan yang dapat dilakukan tersebut antara lain:

1. Mengenal berbagai jenis tanaman

 

2. Mengumpulkan dan memilah sampah plastik sebagai wadah polibag

3. Mengisi polibag dengan tanah

4. Mengangkat polibag yang sudah berisi tanah

5. Menyebar bijih benih

 

6. Menyiram dan merawat tanaman

 

7. Mengamati pertumbuhan tanaman


8. Memanen hasil kebun

 

9. Mengolah hasil kebun menjadi olahan bahan pangan


10. Menikmati hasil bercocok tanam dengan penuh rasa syukur


 
 

Tanaman sayur chaya di pekarangan rumah before dan after setelah beberapa bulan menunjukkan pertumbuhan  yang menggembirakan

Alhamdulillah, demikian yang bisa saya sharing ya Mak. Semoga ada manfaat yang bisa kita peroleh pada kesempatan ini. Aamiin insha Allah.

Wassalamualaykumwrwb.

Evi Marlina

Depok, 28 Agustus 2020

#pekan10
#challangeoftheweek
#ketahanankeluarga
#ketahananpangan
#kampungkipdepok
#ibuprofesionaldepok

Sumber Referensi

Sumber foto; pribadi

https://www.sabah.com.tr/yemek-tarifleri/2018/11/30/salatalik-tursusu-tarifi-en-lezzetli-tursu-nasil-yapilir

https://cahidesultan.net/2016/09/09/sicak-suyla-kurulan-salatalik-tursusu/

https://www.merdeka.com/uang/kementan-terus-kembangkan-lahan-pekarangan-untuk-penuhi-kebutuhan-pangan-keluarga.html














No comments: