Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Friday, June 26, 2020

Challange Of the Week #2 Sayur Mayur

Challange Of the Week #2 Sayur Mayur

Assalamualaykum,

Gunaydin emak pembelajar semuanya, alhamdulillah selamat datang kembali di blog Sakura Romawi Timur. Gimana nih Mak dengan tugas COTW #2 kali ini, yang pasti makin seruh ya sebab temanya adalah tema pokok yang dibutuhkan oleh kaum Ibu di bengkel kreatifitasnya “dapur.”Senang rasanya bisa menulis di blog tiap pekannya meski harus dipaksa dulu, wkwk. Kadang memang harus dipaksain untuk membentuk habit tertentu, apalagi kalau habit itu sebenarnya adalah hal yang kita senangi.

Oke, kali ini saya akan kembali mengajak emak pembelajar untuk kembali bertamasya di pekarangan rumah saya melihat beberapa jenis tanaman sayur yang tumbuh cukup subur. Meski tidak banyak, tapi lumayan cukup memenuhi kebutuhan menu sarapan tiap 2-3 hari setiap pagi, lumayan kan bisa menghemat pengeluaran uang belanja sayur, huehehe. Oke, sesuai dengan tema COTW KIP pekan ke-2 #Depok kali ini adalah tentang tanaman sayur mayur. Kebetulan sekali saya menanam sayur-sayur berikut dipekarangn rumah.

1Sayur Katuk


Tanaman katuk dari sisi tangkai sayur yang tumbuh subur 


Sayur katuk ini tumbuh subur sekali di pekarangan rumah belakang. Awalnya tanaman katuk ini sudah tumbuh jauh sebelum saya menempati rumah ini. Tentu saja saya merasa sangat gembira dengan adanya sayur katuk ini, sebab sedang masa menyusui Rayyan, jadi bisa dimanfaatkan sebagai asi booster harian.

Seiring dengan berjalannya waktu, tanaman ini semakin tumbuh subur. Daunnya lebat dan batangnya melengkung kemana-mana mencari matahari, karena agak tertutup pagar, maka saya menebang beberapa batangnya. Lalu menanamnya dengan cara menancapkan batangnya di sepanjang sisi pekarangan rumah belakang. Alhamdulillah, atas karunia Allah akhirnya tanaman katuk ini tumbuh dengan riang gembira. Jadilah ini sebagai menu asi booster yang bisa saya nikmati bersama anak-anak dan suami di rumah. Jadi alokasi belanja sayur katuk di mamang sayur bisa dimanfaatkan untuk membeli kebutuhan yang lain.

Manfaat Sayur Katuk

Nah. Soal manfaat sayur katuk ini Emak pembelajar pasti sudah sangat familir banget ya akan manfaat utamanya, iyaps salah satu manfaat utamanya adalah melancarkan produksi asi. Alhamdulillah, selama masa menyusui anak ke-2 stok sayur katuk melimpah ruah, kebetulan saat usai melahirkan anak pertama (saat si Mbak berusia 2 bulan) saya juga menanam katuk di rumah Ibu mertua, jadi saat lahiran anak ke-2 (kebetulan saat itu masih tinggal di rumah belakang Ibu) sayur katuk yang saya tanam tepat di samping kamar Ibu tumbuh subur dan melimpah ruah. Nah akhirnya hasilnya bisa dinikmati oleh anak yang ke-2. Padahal bibitnya saya peroleh dari sisa tangkai sayur katuk yang saya beli dari tukang sayur, alhamdulillah. Segala puji hanya bagi Allah yang Maha menumbuhkan.

Sayur katuk juga sangat baik sekali di konsumi oleh ibu hamil, mengatasi anemia, meningkatkan daya tahan, menjaga ostoreoporosis dan menjaga kesehatan tulang. Dan masih banyak segudang manfaat lainnya, Allah sungguh Maha penyayang, hanya bermodal nancepin batang sayur katuk untuk ditanam namun manfaat yang bisa kita ambil melebihi dari hal kecil dan sederhana yang kita lakukan bukan.

      2.     Daun Singkong (Manihot Esculenta)


Foto: Tanaman pucuk daun singkong, dari sisa tangkai sayur, 
yang tumbuh disepanjang pekarangan belakang


Nah soal tanaman singkong ini yang paling seru. Iya sebab saya sangat doyan sekali dengan pucuk daun singkong, agak berbeda dengan tanaman katuk yang saya sukai sebab ingin mengambil manfaat tertentu, kalau daun singkong ini sebab memang saya doyan sekali olahan daun singkong.

Tanaman singkong di pekarangan rumah belakang memiliki kisah yang unik. Pertama sudah lama sekali saya menginginkan bisa menanam singkong sendiri, namun belum juga kesampaian, hingga akhirnya beberapa bulan yang lalu sebelum  masa pandemic corona, Bapak dan Emak datang dari kampung halaman, Sarolangun - Jambi untuk menjenguk cucunya yang telah lahir sejak hampir setahun yang lalu. Selama sepekan Bapak dan Emak menghabiskan waktu bersama cucu. Untuk mengobati rasa kangen dengan masakan desa, saya pun menyajikan masakan yang biasa disantap dan digemari oleh Emak dan Bapak di kampung halaman, salah satunya sayur pucuk daun Singkong ini. 

Setelah di olah, akhirnya sisa batang singkongnya saya simpan dengan niat akan saya tanam. Lagi-lagi sifat saya yang satu ini muncul secara otomatis. Suka eman kalau buang sesuatu yang masih bisa dimanfaatkan. Akhirnya sisa tangkai daun singkong yang didapat dari tukang sayur itu diambil oleh Bapak, dan dengan bantuan Bapak akhirnya tangkai-tangkai itu di tancapkan di pekarangan rumah belakang "nanti kan lumayan bisa jadi semangkok sayur kalo pagi" kata Emak saat menemani Bapak menancapkan tangkai-tangkai kecil sisa tangkai sayur pucuk daun singkong . Alhamdulillah, alla kulli hal 2 minggu setelah Bapak dan emak pulang ke Jambi, tanaman singkong mulai tumbuh subur, perlahan semakin tumbuh lebat. Bahkan telah beberapa kali dipanen sebagai menu sayur tambahan.

Kemudian tanaman singkong di sepanjang sisi pagar pekarangan depan, bibitnya saya peroleh dari Bapak tukang yang bekerja di komplek perumahan, Bapak Misnan namanya. Satu waktu saya dan suami meminta jasa Bapak Misnan ini untuk membantu membuat lubang yang akan digunakan untuk mengumpulkan daun-daun pohon mangga yang berjatuhan. Daun-daun itu sayang untuk dibakar, alhasil saya dan suami sepakat untuk membuat lubang penyimpanan daun, agar nantinya daun-daun itu bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. 

Saat itu pula, tanpa sengaja saya bercerita betapa pengennya memiliki kebun singkong. Namun sayang, dimana harus mencari batang singkong sebagai bibit. Sore harinya Pak Misnan datang ke rumah membawakan seikat batang singkong yang sudah dipotong-potong dan siap ditanam. Masha Allah, alhamdulillah! Riang sekali hati saya menyambut kebaikan Bapak yang sudah berusia sepuh itu. 

Berkat bantuan Bapak tukang kebun inilah akhirnya saya bisa memiliki sepetak kebun tanaman singkong di sepanjang pagar pekarangan rumah bagian depan. Tanaman ini kami tanam saat bulan puasa, dan saat ini sudah tumbuh sangat subur dan bahkan telah dipanen. Alhamdulillah.

Berbagai Olahan Daun Singkong

Daun singkong memiliki banyak varian resep masakan, mulai dari hanya sekedar direbus sebagai lalapan, di tumis dengan campuran ikan teri, di gulai masak kuning, di santan putih, sebagai campuran sayur jantung pisang, dibuat keripik daun singkong, rendang, masak bobor, bahkan daun singkong ceprot olahan khas Jawa dan macam-macam aneka olahan lainnya dari daun singkong ini. Hasilnya, saya tetap sangat merasa nikmat makan olahan ini, alhamdulillah. Rasanya lezat sekali, mungkin karena sejak kecil di desa terbiasa makan sayur daun singkong, jadi sudah sangat akrab dengan rasa tanaman sayur ini.


Manfaat Daun Singkong

Soal manfaat daun singkong ini sebenarnya saya tidak begitu tahu mulanya, sebab memang tidak menyempatkan waktu mencari tahu, wkwk. Sependek yang saya ketahui daun singkong ini banyak mengandung serat, sehingga sangat baik dalam membantu melancarkan proses pencernaan. Dengan demikian dapat membantu menyehatkan usus besar. Nah, melalu tulisan ini mendorong saya untuk minimal searching ringkas melalui mesin pencarian google. Nah, berikut ini ternyata kekayaan manfaat dari daun singkong (https://hellosehat.com):

“Daun singkong mengandung banyak protein dan kaya akan sumber protein nabati. Protein nabati yang di dalamnya banyak mengandung vitamin B ini dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel-sel tubuh. Sel-sel tubuh akan membentuk enzim-enzim yang membantu proses metabolisme dalam tubuh manusia.”

Selain itu sebagai sumber antioksidan. Juga asam amino yang terkandung didalam daun singkong dapat membantu meregenerasi sel-sel tubuh. Wow, emejing banget gak sih Mak, itu artinya bisa membantu kulit kita awet muda. Wah jadi makin bersemangat nih makan menu daun singkong, wkwk.


      3.     Daun Pepaya


Tanaman pepaya yang tumbuh subur di halaman belakang

Daun papaya meski rasanya pahit namun ini adalah sayur favorit saya, sama favoritnya dengan daun singkong. Mungkin karena sejak kecil dibiasakan makan sayur oleh orang tua, jadi hampir menyukai olahan sayur jenis apa pun, salah satunya menu olahan daun papaya ini.

Tanaman papaya di belakang rumah saya peroleh bibitnya dari bijih buah papaya hasil membeli dari pedagang buah. Lagi-lagi karena sayang membuang bijihnya, saya mengumpulkan biji tersebut kemudian menyebarkannya di sudut halaman rumah belakang. Qodarullah, bijih-bijih itu tumbuh dengan sangat subur dan lebat, hingga bisa saya panen daunnya dalam waktu yang tidak begitu lama. Alhamdulillah, dengan demikian saya bisa berhemat barang satu dua ikat daun papaya di tukang sayur, sehingga dana daun papaya pun bisa saya alokasikan untuk membeli bawang merah. Hoho…


Ada pun dari bibit yang sudah tumbuh ini, saya mencabut satu bibit dan saya pindahkan di sudut pekarangan depan rumah, memanfaatkan lahan yang masih cukup luas. Berharap dan berdoa semoga suatu saat bisa tumbuh subur dan berbuah pula. Sebab saya dan anak-anak menyukai buah papaya.



Olahan daun papaya

Untuk olahan daun papaya ini saya tidak memiliki banyak sumber referensi yang berbentuk pengalaman, melainkan apa yang sudah saya lihat dari orang tua dan masyarakat sekitar secara turun temurun. Berbeda dengan daun singkong, dimana bisa diolah dalam beragam resep. Daun papaya yang selama ini saya praktikkan adalah sebagai lalapan, di tumis dengan teri, masak bening/santan putih dengan daun singkong, masak gulai dengan daun singkong, atau di sayur urap. Menu olahan ini adalah menu andalan saya tiap kali memasak daun papaya, apalagi jika di urap.

      4.     Belimbing Wuluh

Wow, ada yang spesial dengan tanaman belimbing wuluh yang sudah ada sejak sebelum saya menempati rumah ini. Belimbing wuluh ini tumbuh subur tepat disisi jendela kamar setrika. Mulanya saya merasa nyaman dengan adanya belimbing wuluh ini meski belum pernah mengambil manfaat secara langsung dari tanaman ini, sebab memang tidak tahu mau diapakan selain dibuat jamu. Ya, dulu alm Nenek, ketika saya masih kecil, alm. Nenek gemar sekali merebus kembang belimbing wuluh dan kemudian di minum airnya sebagai obat.

Saya senang melihat tanaman yang akrab saya lihat sejak kecil ini tumbuh lebat, meski lama-lama daunnya pun sangat rimbun, hingga saya merasa mungkin tampaknya butuh untuk dipangkas. Saya sempat berfikir apa ditebang saja ya, sebab sangat rimbun tepat disisi jendela kamar. Hingga satu waktu ada tetangga yang sedang mencari belimbing wuluh untuk obat, dan di satu waktu lainnya ada tetangga yang lain juga mencri belimbing wuluh untuk percobaann di sekolah anaknya, saya pun kembali berfikir ulang bahwa tumbuhan ini sebaiknya tetap tumbuh sebab banyak yang membutuhkan, hanya butuh dirapikan saja .

Namun, saat lebaran dalam satu perbincangan ibu mertua memberi satu resep makanan kesukaan alm. Bapak Mertua, senang rasanya sebab akhirnya saya menemukan satu alasan kuat agar pohon belimbing wuluh ini tetap bertahan. Ya, ternyata buahnya bisa diolah sebagai bahan memasak Ayam Garang Asem, masha Allah. Akhirnya saya pun memasak menu tersebut, dan terbukti semua suka olahan belimbing wuluh tersebut. Rasanya seger sekali, tidak semasam jika masih mentah.

Manfaat Belimbing Wuluh

Belimbing wuluh ternyata banyak mmiliki kandungan gizi berupa protein, serat, vitamin A, C, B komplek, dan mineral. Berdasarkan dari bacaan ringkas ternyata Belimbing Wuluh ini bisa membantu meredakan batuk, pilek, demam dan flu. Membantu mengatasi alergi dengan cara dibuat jus dan diminum secara teratur. Selain itu daun dan batangnya ternyata juga bisa membantu meredakan pembengkakan pada sakit gonodong. Belimbing wuluh juga dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi.

“Konsumsilah belimbing wuluh yang telah direbus bersama sisa air rebusan. Anda bisa mengonsumsinya pada pagi hari di saat tubuh telah cukup beristirahat. Lakukanlah secara teratur hingga tekanan darah normal kembali.” (https://doktersehat.com/manfaat-belimbing-wuluh/). Dan yang paling seru ternyata buah belimbing wuluh bisa dimanfaatkan sebagai maskar wajah untuk membantu mengobati jerawat. Huehehe

      5.     Pepaya Jepang; Chaya (Cnidoscolus aconitifolius)


Tanaman papaya Jepang ini sebenarnya saya baru kenal bahwa tumbuhan dengan daun khas papaya namun batangnya lebih mirip batang singkong ini memiliki nama Pepaya Jepang. Kebetulan sejak tinggal di Depok banyak sekali mendapati sayur papaya ini di pedagang sayur, saya biasa mengolahnya. Namun baru tahu bahwa tanaman ini memiliki nama papaya jepang setelah tergelitik untuk mencari tahu. Sebab memang memiliki batang pohon yang berbeda dengan tanaman papaya umumnya. Awalnya saya mengira cara menanam tanaman ini sama dengan tanaman papaya umumnya, namun satu hari saya melihat di pojok belakang rumah ada beberapa batang tanaman ini yang ditancapkan disisi tanaman papaya dimana saya menyebarkan tanaman buah papaya biasa. Rupanya bibiklah yang menancapkan tanaman papaya Jepang ini di sebelahnya. Ya karena melihat kebiasaan saya memanfaatkan sisa batang sayur dari tukang sayur untuk di tanam, eman dibuang, ternyata bibik pun melakukannya tanpa saya minta. Alhamdulillah, saat ini tanaman ini sudah menghasilkan tunas-tunas kecil, mudah-mudahan tumbuh subur dan lebat insha Allah.

Ada pun cara mengolah tanaman ini adalah dengan cara direbus dahulu kurang lebih 15-20 menit sebelum di olah dengan berbagai resep. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan rasa pahit, dan ternyata dengan merebusnya terlebih dahulu membuat daun papaya Jepang ini  menjadi aman untuk dikonsumsi. 

Selama ini saya merebus dahulu karena hanya dengan maksud untuk menghilagkan rasa pahit. Namun ternyata setelah saya mencari tahu bahwa daun papaya Jepang ini mengandung HCN (hydrogen cyanide)  yang adalah senyawa beracun (toksik). Apabila dikonsumsi dalam keadaan segar/mentah dalam dosis tertentu bisa memberikan efek yang berbahaya bagi tubuh.

Tetapi kadar HCN bisa dengan mudah diminimalkan jika daun pepaya jepang dimasak. Laporan dari Ross-Ibarra dan Molina-Cruz juga menyebutkan waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan HCN ke kadar aman yaitu dengan merebusnya selama sedikitnya 15 menit. (https://www.deherba.com)

      6.     Kangkung

Nah khusus tanaman kangkung ini, sebanarnya juga sama. Saya hanya memanfaatkan sisa-sisa potongan sayur kangkung yang masih ada akarnya  dari pedagang sayur. Lalu menanamnya di pekarangan rumah, hehehe. Sebab dahulu semasa kuliah S1 saya melakukan hal ini dan menanamnya di belakang rumah kos, qodarullah kangkung itu tumbuh sangat subur dan lebat. Sehingga bisa saya nikmati bersama teman-teman di kos.

Potongan batang kangkung ini saya tanaman hari Sabtu yang lalu, hampir genap satu pekan. Saat kebetulan belanja sayur kangkung dan mendapati bahwa terdapat akar pada kangkung tersebut. Sesampai di rumah saya menyisihkan bagian yang ada akarnya dan menanamnya di pekarangan. Sudah 5 hari dari sejak hari pertama saya menanamnya, saya mengeceknya secara rutin apakah terjadi pembusukan pada batang. Namun sejauh ini saya belum menemukan tanda-tanda tanaman akan busuk. Semoga Allah menumbuhkan tanaman ini tumbuh subur, sehingga bisa menambah daftar menu sayur yang bisa saya manfaatkan dari pekarangan rumah.

Tanaman Percobaan bersama anak-anak: Pokcoy & Wortel


Ada 2 tanaman yang sedang saya coba lakukan untuk kemudian setelah tumbuh akar memindahkannya ke media tanah, yaitu Pokcoy dan Wortel. Tanaman ini setelah saya mencari tahu bagaimana cara memanfaatkan bonggol Pokcoy untuk ditanam kembali, juga bagaimana mendapatkan bibit wortel dengan bahan wortel yang tersedia dirumah. Percobaan ini pun saya lakukan bersama anak-anak, lalu mengajak mereka mengamati pertumbuhannya dari waktu ke waktu. Mbak Nana tampak sangat antusias tiap kali saya mengajaknya mengecek tanaman ini.

Setelah beberapa hari pengamatan saya melihat bahwa pada bagian kepala wortel mulai tumbuh tunas-tunas tipis. Demikian pula Pokcoy. Namun terdapat hal yang menyedihkan. Satu hari saya meletakkan media tanam ini dengan maksud agar terkena sinar matahari, sempat dua hari saya tidak memindahkannya. Hingga satu malam hari saya lupa memindahkan di tempat yang aman. Keesokan harinya bibit ini sudah mengapung, dan bahkan wortel dan beberapa bonggol wortel menjadi busuk. Ada rasa sedih saat mengamatinya, sebab saya sedang menunggu-nunggu bagaimana bentuknya ketika tumbuh.
Barangkali saya perlu mencobanya lagi.

Merawat dan Memanen Hasil Kebun bersama Anak-anak


Anak-anak menanti-nanti kegiatan menyiram tanaman


Kegiatan menyiram dan mengamati tanaman adalah kegiatan yang dinanti-nantikan anak-anak. Mereka menyambut dengan sangat antusias tiap kali saya mengajak mereka menyiram tanaman. Biasanya kegiatan menyiram tanaman ini sebagai kegiatan hadiah apabila abak-anak usai sarapan pagi. "Siapa yang sarapannya lahap, hadiahnya bantuin Anne nyiram tanaman." Mbak Nana akan kegirangan mendengar tawaran Anne. Segaralah ia buru-buru menyelesaikan makannya. Sebab saya membelikan gayung khusus anak-anak dalam kegiatan menyiram tanaman yang ada di belakang rumah ini.



Kemaren, 25 Juni 2020 adalah hari besar bagi saya dan anak-anak khususnya. Ya, sebab tanaman singkong yang kami tanam pada bulan puasa sudah siap untuk dipanen. Kebetulan sayur mayur di kulkas memang sudah habis. Akhirnya Anne mengajak Mbak Nana untuk membantu memetik hasil tanaman daun singkong yang tumbuh subur di sepanjang pagar tanaman rumah ini. Alangkah senang hati Mbak Nana, diajak untuk menemani petik sayur. Buru-buru diambilnya jilbab lalu dg semangat pula ia bantu membawa wadah keranjang buat sayur. "Saatnyaa kitaa paneeen. Yeay, alhamdulillah.” Teriak Anne kegirangan menyambut masa panen sayur pucuk daun singkong. Masha Allah daunnya muda ranum, lebar dan hijau segar. Anne memetic tanaman tersebut, sementara Mbak Nana bertugas membantu mengangakat keranjang dan membawa hasil tanaman. Alhamdulillah, Mbak Nana sumringah sekali membantu Anne memetik daun singkong.


Akhirnya jadilah satu panci kecil bening pucuk daun singkong yang masih muda. Mbak Nana makan sayur ini dengan sangat-sangat lahap, sementara si Adek lebih gemar menyantap kuahnya. Benarlah kata peribahasa من يزرع يحصد

“Barang siapa yang menanam, pasti akan memetik (mengetam).” 

Alhamdulillah…


Wassalamulaykumwrwb.

Evi Marlina
Depok, 25 Juni 2020

Sumber referensi

Foto : Dokumen Pribadi


https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/manfaat-daun-singkong/ (diakases pada tanggal 22 Juni 2020, pukul 07.40 WIB)

https://doktersehat.com/manfaat-belimbing-wuluh/ (diakses pada tanggal 24 Juni 2020 Pukul 02.30 WIB)

https://www.deherba.com/daun-pepaya-jepang-bukan-penyebab-kanker.html (diakses pada tanggal 24 Juni 2020 Pukul 03.00 WIB)

#pekan2
#challangeoftheweek
#ketahanankeluarga
#ketahananpangan
#kampungkipdepok
#ibuprofesionaldepok






No comments: