Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Saturday, August 1, 2020

KHUTBAH IDUL ADHA 1441 H/ 2020 M KEKOKOHAN KELUARGA: BELAJAR DARI KELUARGA NABI IBRAHIM AS

KHUTBAH IDUL ADHA 1441 H/ 2020 M
KEKOKOHAN KELUARGA: BELAJAR DARI KELUARGA NABI IBRAHIM AS

Oleh: H.  FARIS JIHADY, LC, MA

Penasehat Bidang Syariah DKM Al-Kautsar/ 
Pembina Lembaga Tahfidz Qur’an Muyassarah
Dosen Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam & Arab Jakarta

Sumber foto : https://suryakepri.com

KHUTBAH PERTAMA

اللهُ أَكبَرُ اللهُ أَكبَرُ ، لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكبَرُ ، اللهُ أَكبَرُ وَللهِ الحَمدُ . اللهُ أَكبَرُ كَبِيرًا ، وَالحَمدُ للهِ كَثِيرًا ، وَسُبحَانَ اللهِ بُكرَةً وَأَصِيلاً . الحَمدُ للهِ الَّذِي لَهُ مَا في السَّمَاوَاتِ وَمَا في الأَرضِ وَلَهُ الحَمدُ في الآخِرَةِ وَهُوَ الحَكِيمُ الخَبِيرُ ، أَشهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ ، وَأَشهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبدُ اللهِ وَرَسُولُهُ ، صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحبِهِ وَالتَّابِعِينَ لَهُم بِإِحسَانٍ " يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم وَالَّذِينَ مِن قَبلِكُم لَعَلَّكُم تَتَّقُونَ " اللهُ أَكبَرُ اللهُ أَكبَرُ ، لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكبَرُ ، اللهُ أَكبَرُ وَللهِ الحَمدُ

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, di penghujung Tahun Hijriyah ini, Allah swt telah menyampaikan kita di musim ketaatan yang begitu indah dan istimewa, di tanggal 10 dzulhijjah yang identic sebagai hari terbaik, Rasulullah saw bersabda" أعظم الأيام عند الله يوم النحر Hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari penyembelihan. 

Betapa beruntungnya kita yang pada pagi hari ini membasahi lidah kita dengan takbir, tahlil, tasbih dan tahmid, beriringan dengan ribuan orang di tanah suci sana yang bergerak meninggalkan Arafah, menuju Muzdalifah, dan akhirnya menuju Mina, untuk menutup rangkaian puncak haji dengan pelemparan Jumrah.

Sungguh pemandangan yang sangat agung, pemandangan yang membuat mata menitikkan air mata, mengkhusyukkan jiwa.Ribuan manusia bergerak dalam arah yang sama, tujuan yang sama, dan kiblat yang sama, dalam rangka memanifestasikan penghambaan dan pengesaan Allah semata-mata tanpa menyekutukanNya dengan sesuatu apapun.

Hari ini, 10 Dzul Hijjah, Allah Ta'ala telah menetapkan bagi kita Hari Raya Besar yaitu Idul Adha, Idul Adha adalah hanya salah satu dari rangkaian hari-hari yang suci lagi mulia ini, Allah telah mensyariatkan berbagai ibadah yang menyatu dalam rangkaian hari-hari yang mulia dan suci ini.

Bagi umumnya kaum muslimin, tepat sejak 1 Dzulhijjah adalah dianjurkannya amal shalih dalam berbagai bentuknya, lalu 9 Dzulhijjah, kita disyariatkan untuk secara khusus berpuasa, puasa yang nilainya menghapus dosa dua tahun, serta berdoa di hari itu adalalah doa terbaik sepanjang masa. Kemudian setelahnya, tanggal 10 Dzulhijjah, kita merayakan Idul Adha dengan melaksanakan shalat, bertakbir, dan menyembelih kurban. Syariat kurban diperpanjang hingga akhir hari tasyriq, serta diharamkan berpuasa selama hari-hari itu, Rasulullah pun menamainya dengan أيام أكل وشرب

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Manusia dalam kehidupan modern hari ini menjalani kehidupan dengan begitu banyak permasalahan. Permasalahan yang membuat hidupnya gelisah dan merasakan takut. Rasa takut dan kekhawatiran ini kita temukan realitanya saat ini saat Allah SWT mentakdirkan kita untuk menjalani dua Hari Raya dalam suasana pandemic Covid 19. Sungguh sebuah perjalanan yang hidup yang tidak pernah kita duga, tidak pernah kita menyangka bahwa ujian sulit kita alami sebagai individu, sebagai keluarga, dan sebagai umat manusia.

Tentu saja seorang mukmin sejati menjadikan keimanannya kepada Allah sebagai sandaran. Dia menjadikan keyakinannya kepada Allah sebagai tempat berlindung dari rasa takut, serta yakin bahwa Allah SWT akan menjamin masa depannya. Seorang mukmin terus berbaik sangka pada Allah dari setiap penderitaan dan ujian yang dihadapi. Karena sesungguhnya bagi Allah SWT tidak ada keburukan yang mutlak dari setiap ujian yang ditimpakan kepada hambaNya. Karena itu kita sebagai orang-orang beriman menjadikan hari-hari mulia ini selain untuk bertakbir, bertahlil, bertahmid, juga memanjatkan doa dan permohonan kepada Allah dan mengekspresikan betapa lemah dan butuhnya diri kita terhadap kasih sayang Allah, agar DIA mengangkat segala penderitaan yang kita alami, secara khusus wabah Covid 19.

Ma’aasyiral Muslimin Rahimakumullah

الله أكبر 3x
لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد

Kita semua sudah tahu bahwa di antara pilar utama ketegaran kita menghadapi ujian dalam hidup, adalah sentralnya peran keluarga dalam kehidupan kita. Dengan keluarga yang kokoh di mana masing-masing anggota keluarga memikul tugas dan perannya dengan baik, maka ujian seberat apapun akan dapat dilalui dengan baik.

Kemudian jika kaitkan dengan momen Idul Adha ini, kita diajarkan untuk untuk mengambil pelajaran dari berbagai sosok sentral dalam kehidupan umat manusia. Jika membuka lembaran sejarah yang pernah terjadi pada hari ini, maka kita akan diantarkan pada sosok manusia agung dalam sejarah, di mana Allah SWT telah memilih Bapak Para Nabi, Ibrahim alaihissalam sebagai kekasih pilihanNya. 

Tentu bukan tanpa alasan mengapa Allah SWT memilihnya sebagai manusia pilihanNya yang menjadi contoh sepanjang sejarah manusia, tidak lain karena Nabi Ibrahim as telah membuktikan perannya sebagai hamba Allah dan menjalankan tugas dan ujian dariNya dengan sebaik-baiknya, baik dalam perannya sebagai individu, dan juga sebagai kepala keluarga. 

Nabi Ibrahim memiliki kepribadian teladan yang multidimensi. Begitupula anggota keluarganya; istrinya Hajar dan anaknya Ismail, keduanya juga memberikan inspirasi keteladanan yang luar biasa, yang patut selalu kita segarkan dalam ingatan kita dan kita terapkan keteladanan mereka dalam kehidupan kita. Allah SWT berfirman:

وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ۗ 

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (tugas), lalu dia melaksanakannya dengan sempurna” (QS AlBaqarah 124)

Pertama, Pada sosok Nabi Ibrahim as dapat kita ambil pelajaran;

a. Kesabaran dan kekokohan jiwanya dalam menerima ujian dari Allah, saat beliau diperintah, sama sekali tak banyak bertanya, untuk apa? Dan mengapa?. Ini Nampak dalam beberapa fragmen kehidupan beliau:

1. Saat beliau diperintahkan meninggalkan istrinya sendirian tanah asing, dalam rangka melaksanakan perintah Allah untuk berhijrah ke tanah suci Mekkah yang saat itu kosong melompong, kering tandus tiada kehidupan, ia pun melakukannya tanpa banyak bertanya.
2. Saat beliau diperintahkan untuk menyembelih putranya, Ismail 'alaihissalam, beliau langsung mendialogkan dengan putranya tersebut, tanpa protes kepada Allah yang memerintahkan hal tersebut

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ - ١٠٢
Maka ketika anak itu (Ismail) sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS AsShaffat 102)

3. Saat beliau didatangi oleh para tamu asing, beliau langsung menyembelihkan hewan ternak untuk para tamu asing tersebut, begitu disajikan ternyata para tamu tersebut adalah para malaikat, namun Ibrahim tidak protes kepada Allah atas kedatangan tamu tersebut.
4. Saat beliau diperintahkan untuk membangun rumah Allah, kakbah baitullah sama sekali tidak ada pertanyaan untuk apa dibangun sebuah bangunan di tengah tanah tandus
5. Saat beliau meninggalkan istrinya Hajar dan anaknya yang masing kecil, untuk berhijrah ke negeri Palestina, beliau pun melaksanakannya tanpa protes.

b. Kesabaran beliau dalam menegakkan tauhid, beliau pernah menjadi satu-satunya orang beriman kepada Allah di saat umat manusia semuanya berada dalam kesesatan. Ia pun tidak putus asa, kemudian mendakwahi kaumnya dan keluarganya secara perlahan. Tak kurang karena kesabaran beliau dalam menegakkan tauhid, jejak tauhid Ibrahim nampak dalam setiap rangkaian ibadah haji yang sampai hari ini masih dilaksanakan oleh jutaan umat manusia, dalam talbiahnya, dalam tawaf dan sa'inya, dalam pelemparan jamarat, semuanya adalah symbol pendeklarasian seorang hamba bahwa Allah Maha Esa, dan seluruh makhluk bergantung kepada kekuasaanNya.

Dan sebagai balasan terhadap kesabaran beliau, beliau diberi 2 keutamaan; 1) dalam keturunannya muncul para nabi, 2) seruannya untuk memanggil umat manusia pun disampaikan oleh Allah ke seluruh penjuru bumi untuk mendatangi Baitullah, dan terus diabadikan oleh Allah hingga hari kiamat. Itulah keistimewaan Ibrahim as.

c. Kekhawatiran Ibrahim akan generasi masa depan.  Ketika kakbah sudah dibangun, Ibrahim berdoa yang mencerminkan kegelisahan dan harapan beliau tentang generasi yang akan datang setelahnya.

رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلٰوةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاۤءِ - 
٤٠
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku” (QS Ibrahim 40)

Demikianlah, jika kita renungkan keteladanan Nabi Ibrahim as, ada beberapa pelajaran penting dari sosok Ibrahim as:

a) Keteguhan di atas Tauhidullah (mengesakan) Allah SWT sebagai kepala keluarga. Dia yakin bahwa segala ujian yang datang dari Allah adalah untuk meningkatkan derajat.

b) Mendidik anak dan istrinya untuk taat kepada Allah. Sebagaimana Ibrahim juga berpasrah pada setiap perintah Allah, maka kita dapati istri dan anaknya pun juga taat dan pasrah pada setiap perintah Allah. 

Dari sini dapat kita pahami bahwa inti dari kekokohan keluarga berawal dari kepahaman dan ketaatan seorang kepala keluarga kepada Allah SWT, dan berupaya mendidik keluarganya dengan hal tersebut. Nabi Ibrahim berdialog dengan Ismail muda yang masih  polos untuk mau disembelih sebagai kepatuhan terhadap perintah Allah, bayangkan ! bagaimana perasaan seorang ayah, ibu dan anak yang masih polos dihadapkan pada situasi yang demikian.

c) Kepedulian akan generasi pelanjut, agar jangan sampai generasi yang akan datang jauh dari keimanan kepada Allah SWT. 

Kedua, pada sosok istri Nabi Ibrahim as, yaitu Ibunda Hajar as, kita menemukan fragmen sejarah yang menggambarkan keteguhan pribadi seorang istri dan ibu. Ibunda Hajar patuh pada suaminya tatkala belum lama melahirkan Ismail as, untuk diajak pergi jauh ke tanah yang tandus -karena melaksanakan perintah Allah- yang tidak berpenghuni; tanah suci Makkah. Tidak lama kemudian Ibrahim diperintahkan untuk kembali ke tanah suci Palestina, dan meninggalkan seorang ibu dan anaknya yang masih bayi.
 
Mari kita lihat fragmen kisah berikut ini:

Ibunda Hajar berkata kepada suaminya Nabi Ibrahim as:

“Wahai Ibrahim, engkau akan pergi kemana? Apakah kau pergi meninggalkan kami di lembah tandus tak berpenghuni ini?” Hajar mengulang pertanyaannya beberapa kali. Ibrahim terdiam tak menjawab, dan tak kuasa menoleh karena beratnya kesedihan yang dirasakannya.

Lalu Ibunda Hajar bertanya: “AALLAHU Amaraka bihadza? Apakah Allah yang telah memerintahkanmu untuk hal ini?” 
Ibrahim menjawab: “ya”

Hajar berkata dengan penuh keyakinan: “Jika demikian, pasti Allah takkan menelantarkan dan membiarkan kita”.

Ibrahim pun terus berjalan meninggalkan mereka, hingga tak tampak oleh istri dan anaknya lalu berdoa menghadap letak Ka’bah, menitipkan keluarganya kepada Sang Penjaga Langit dan Bumi:


رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ - ٣٧

“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS Ibrahim 37).

Demikianlah, pada sosok Ibunda Hajar kita menemukan seorang wanita, istri dan ibu pejuang yang tegar, sabar, dan penuh keyakinan kepada Allah, serta mendukung tugas suaminya selama dalam ketaatan kepada Allah SWT.

Ibunda Hajar tegar dalam kesendiriannya saat ditinggalkan oleh Ibrahim as melaksanakan perintah Allah SWT. Ia yakin bahwa Allah tidak akan membiarkan dan menyia-nyiakan hambaNya. Tapi tentu keyakinan tersebut tidak semata kepasrahan tanpa ikhtiar. Ibunda Hajar berlari 7x antara Shafa dan Marwah untuk mencari makanan dan minuman untuk bayinya Ismail, barulah setelah upaya keras sedemikian rupa, Allah SWT menghadiahkan mereka air yang memancar deras dan segar dari tanah yang dipukul oleh sayap malaikat.

Hingga akhirnya Allah SWT menjadikan tanah tandus itu sebagai tanah yang selau ramai dan dirindui oleh seluruh manusia, dipenuhi rezeki buah-buahan, makanan dan minuman dari segala penjuru, sebagai bentuk ijabah Allah SWT terhadap doa Ibrahim as tatkala meninggalkan Hajar dan Ismail di tanah tandus tak berpenghuni itu.

Demikianlah, memancarnya air zam-zam yang abadi hingga hari ini, adalah simbol keteguhan dan kekokohan jiwa Ibunda Hajar, keyakinannya yang tak pernah goyah kepada Allah, serta ikhtiar yang tidak menafikan sikap tawakkal. Dan Allah mengabadikan air zam-zam hingga hari kiamat agar kita semua mengingat peristiwa besar itu. 

Ketiga, dari sosok Nabi Ismail as bin Nabi Ibrahim as, kita menemukan sosok anak yang berbakti dan taat kepada Allah dan kepada orangtuanya. Sejarah mencatat bahwa Ismail dilahirkan Hajar saat kedua orangtuanya sudah tua. Ibrahim berusia 80 tahun -menurut sejarawan Ibnu Katsir-. Rentang usia yang begitu jauh, dan perpisahan beberapa kali antara ayah dan anak disebabkan perintah Allah, tidaklah kemudian membuat adanya jarak kejiwaan antara mereka.
 
Kita menemukan sosok anak yang memahami kepatuhan terhadap perintah Allah saat sang ayah, Ibrahim as diperintahkan untuk menyembelih anaknya;

Maka ketika anak itu (Ismail) sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”.

Fragmen lain yang menunjukkan kepatuhan anak kepada ayahnya adalah saat ia diajak oleh sang ayah untuk membangun bangunan Ka’bah setelah ia dewasa. 
Ibrahim berkata: “Ismail, sesungguhnya Allah memerintahkan aku untuk melakukan satu hal”

Ismail menjawab: “Baik ayah, lakukan apa yang Allah perintahkan padamu”

Ibrahim berkata: “maukah kamu membantuku?”

Ismail: “pasti aku membantumu”

Ibrahim: “sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk membangun sebuah bangunan di tempat ini”

Akhirnya mereka berdua bekerjasama membangun rumah Allah (Baitullah) itu. Ismail mengambilkan batu, Ibrahim menyusunnya. Demikianlah Kerjasama antara ayah dan anak dalam melaksankan perintah Allah, lalu mereka bersama-sama berdoa saat tugas sudah selesai;

ربنا تقبل منا إنك أنت السميع العليم

“ya Tuhan kami, terimalah apa yang sudah kami persembahkan untukMu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Mengetahui”.

Demikianlah beberapa fragmen kisah dan pelajaran dari keluarga Nabi Ibrahim as, perpaduan antara ayah/suami yang taat kepada Allah, sabar terhadap ujian, dengan ketegaran Ibunda dan ketaatannya kepada Allah, serta sikap bakti dan taat seorang anak kepada Allah SWT dan orangtuanya.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ للَّـهِ خَالِقِ الْخَلْقِ، مَالِكِ الْمُلْكِ، مُدَبِّرِ الْأَمْرِ؛ امْتَلَأَتْ بِحُبِّهِ وَتَعْظِيمِهِ قُلُوبُ الْمُؤْمِنِينَ،، لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَاهُ، وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَاهُ، وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ، نَحْمَدُهُ عَلَى مَا سَخَّرَ لَنَا مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ، وَمَا شَرَعَ لَنَا مِنَ التَّقَرُّبِ إِلَيْهِ بِالْأَنْسَاكِ {فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ} [الكوثر: 2] وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ؛ لَا يَحِلُّ الذَّبْحُ عَلَى وَجْهِ التَّعَبُّدِ إِلَّا لَهُ، وَلَا يُذْكَرُ عَلَى الذَّبِيحَةِ إِلَّا اسْمُهُ «وَلَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّـهِ»، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ «ضَحَّى بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ، ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ، وَسَمَّى وَكَبَّرَ، وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا» صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَتْبَاعِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللَّـهِ الْحَمْدُ.
اللهُ أَكبَرُ اللهُ أَكبَرُ ، لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكبَرُ ، اللهُ أَكبَرُ وَللهِ الحَمدُ . اللهُ أَكبَرُ كَبِيرًا ، وَالحَمدُ للهِ كَثِيرًا ، وَسُبحَانَ اللهِ بُكرَةً وَأَصِيلاً .

Akhirnya, pada khutbah yang kedua ini, marilah kita menengadahkan tangan, menundukkan hati, dan memusatkan permohonan kita kepada ALLAH SWT, agar kita seluruh keinginan dan hajat kita dikabulkan olehNya.

أستغفر الله العظيم
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار



No comments: