Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Thursday, August 20, 2020

Menu Terlezat di Dunia #2

Menu Terlezat di Dunia #2

Catatan #JurnalSyukur2 #EviMarlina

Roti & Sup Yogurt haberturk.com
Roti Gandum & Sup Yogurt 
Sumber foto: haberturk.com

Kami duduk bertiga di karpet menikmati makan malam; saya, Mbak Nana dan Adik. Sajian menu nasi putih, sayur bayam dan ceplok telor yang di siram kecap. 

Adik memegang mangkuk makan malamnya sendiri. Menjumputi nasi, sayur bayam dan irisan telor ceplok dengan jemari tangannya yang gembil. 

Mbak Nana pun demikian, di wadah piringnya ia menyendoki nasi yang sudah di aduk dengan kecap. Telur dibiarkan dalam keadaan utuh, tanpa di suwir-suwir atau di potong kecil-kecil. Juga menolak bening sayur bayam. 

Masing-masing memiliki selera dan cara makan yang berbeda. Namun, dapat melihat keduanya menikmati makan malam dengan lahap, hati saya pun gerimis.

Saya? Tidak kalah lahap. Saya duduk diantara mereka berdua. Menikmati nasi putih, bening bayam, telor dadar yang sudah dibumbui dengan sambel ulek, dan sedikit orek tempe sisa siang. 

Ya Allah, alangkah lahapnya saya menghabiskan menu yang sederhana ini. 

Ditambah lagi menyaksikan duo bocil yang menikmati makannya dengan lahap pula. Hati saya bertambah pula bersuka cita.

Ya Allah, alangkah bersyukurnya hati saya dapat makan dengan perasaan yang penuh suka cita. 

***

Alhamdulillah, ada rasa syukur yang dalam, menetes seperti embun setiap kali dapat menikmati makanan dengan perasaan riang gembira. 

Perasaan gembira yang akhirnya dapat membuat saya merasa lahap setiap kali sedang menikmati makanan. 

Rasa gembira yang selalu saya nantikan mana kala hanya dapat menikmati makanan lezat seorang diri, atau berdua saja dengan Mbak Nana (si bungsu) saat LDM dengan suami.

Saya merasakan sebuah kesedihan dan keletihan yang dalam, yang pada akhirnya membuat hilangnya selera makan selama menjalani masa LDM (saat menyelesaikan studi di Ankara). 

Betapa pun kerasanya saya berupaya membeli aneka menu variasi makanan ini dan itu untuk dapat merangsang selera makan, namun serasa makanan yang lezat itu hanya lewat kerongkongan saja. Hambar. 

Hanya sekedar mengisi perut agar tidak jatuh sakit. Sementara badan saya tetap merasa tak bertenaga. 

Saya berusaha menyiasati untuk merangsang jatuhnya nafsu makan ini dengan tetap menggelar tikar dan menikmati makan malam bersama Mbak Nana (kala itu masih berusia 9 bulan). Namun tetap saja, saya tidak bisa menahan kesedihan yang saya simpan di dalam hati. Sehingga makan malam pun hanya sekedarnya saja. 

Begitulah saya bertahan melewati hari demi hari. Mencukupkan diri bertahan dengan rasa syukur yang "diperjuangkan" sebab dapat menikmati makanan bersama bayi berumur 9 bulan.

Namu ajaibnya, ketika suami datang saat libur musim panas atau saat satu dua kesempatan saya makan bersama teman-teman Indonesia, tiba-tiba selera makan saya menjadi sangat bagus seketika. 

Bahkan saat menikmati makanan bersama suami dan Mbak Nana, saya dapat makan dengan lahap dan penuh suka cita. Meski pun hanya menikmati nasi putih dengan lauk sedikit tempe yang di cuil-cuil, atau hanya roti gandum yang di sobek dan dicelupkan ke dalam sup yogurt.

Ya Allah...

Ya, begitulan kunci kebahagiaan tidak diukur dari menu apa yang kita makan, seberapa banyak yang kita makan. Namun dapat menikmati makanan bersama keluarga atau orang-orang yang kita sayangi bahkan sudah cukup membuat makanamu menjadi menu terlezat di dunia.

Bahkan, sudah cukup membuatmu menjadi manusia paling kaya dan paling bahagia di dunia.

Alhamdulillah Maha Suci bagi Mu ya Allah. Atas rizki dan kesempatan dapat membersamai dan menemani anak-anak menghabiskan porsi makannya. 

Sebab saya mengerti, bagaimana rasanya "makan dalam kesendirian."

Suatu saat kelak, saya meyakini akan datang satu masa dimana anak-anak akan merindukan kenangan "makan bersama" Anne ini.

Evi Marlina

Depok, 20/8/20

#tantangansyukurIPDepok #selfhealingwriting 

#ibuprofesionaldepok #rumbelmenulisIPDepok













No comments: