Hari masih gelap, hening dari riuh suara mesin mobil atau motor yang melintas. Hanya cicit kicau pipit terdengar rimbun dari balik jendela dapur. Sayup perlahan disusul suara adzan dari pengeras suara masjid dan mushola-mushola kecil milik warga perkampungan. Masjid dan mushola-mushola ini letakknya tak jauh dari sisi komplek perumahan.
Seruan muadzin yang menandakan bahwa waktu subuh menjelang.
Suami telah pamit pula berangkat ke masjid sejak beberapa menit yang lalu. Anak-anak masih mashuk lelap dalam tubuh kecilnya yang "barangkali" teramat letih. Tinggallah saya duduk mengamati sajadah dalam fajar yang diam-diam menghujani diri dengan puluhan tanya.
"Maka pagi yang manakah yang tak harus jiwa ini syukuri?"
Suara muadzin yang panjang itu pun usai dengan tanpa menyisakan lenguh nafas beban. Seolah terasa begitu lapang jiwa sang muadzin bak Bilal Bin Rabah yang merdeka. Merdeka dan terbebas dari segala belenggu kecemasan dan rasa takut menyongsong hari-hari panjangnya yang penuh ancaman.
"Lalu apa yang harus engkau cemaskan di tengah rumah dan keluarga yang aman ini, wahai jiwa?"
***
Allahu Akbar, Allahu Akbar La ila haillallah...
Lafadz penutup adzan dari muadzin masjid menggiring ingatan pada banyak peristiwa penting kemenangan sejati. Tentang perjalanan panjang kemerdekaan republik bangsa ini. Lafadz yang membangkitkan semangat para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia dalam merah darah perjuangan mengusir bangsa penjajah.
Bahkan lafadz ini pulalah yang memporandakan nyali kebesaran bangsa Byzantium terhadap pasukan Turki Utsmani.
Bagaimana denganmu wahai diri yang lalai?
Ya Rabb, semestinya lafaz ini menjadi sumber dan energi kekuatan yang tiada pernah kering. Membersihkan hati dari kemelut prasangka yang dapat memicu tumbuh suburnya benih penyakit hati. Astaghfirullahal `adzim ya Rabb...
Bangunlah, wahai jiwa. Tidakkah engkau menyaksikan bahwa Allah telah menegakkan tulang punggungmu hingga engkau mampu untuk berdiri dan shalat, rukuk dan sujud?
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah, yang akan kau dustakan?"
***
Maka, Rayakanlah Hidup dengan Bersyukur
Alhamdulillah, sore kemaren kira-kira pukul 15:00 WIB akhirnya kami tiba di rumah. Setelah sehari semalam menginap di salah satu puncak kota hujan, agenda rihlah keluarga. Sejenak menepi dari keriuhan dan padatnya kota Depok.
Menyesapi udara basah yang turun dari puncak lereng pegunungan di subuh hari. Suasana malam yang teduh dan tenang, sembari duduk menyimak nasihat-nasihat Ibu (red. mertua). Nasihat ibu yang selalu teduh menetes bak embun fajar.
"Bagi anak-anak menantu Ibu yang telah menyelesaikan studi S2 bahkan bila itu pun S3 namun bila saat ini masih harus berjibaku mengurus keluarga dan anak-anak, melayani suami. Jangan pernah terlintas difikiran menjadi merasa tak berguna dan tidak berharga.
Teruslah tempa diri untuk selalu bersyukur sebab Allah membentangkan rizki dan waktu hingga anak-anak yang masih belia dapat tumbuh dengan pengawasan dan pendidikan langsung di tangan kaum Ibu yang belajar lagi berilmu." (Nasihat Ibu kepada anak-anak dan menantunya)
Alhamdulillah ya Allah, untuk sebait nasihat Ibu di malam yang hening kemaren malam. Menjadi pelecut diri agar selalu menyongsong pagi dengan niat dan langkah yang baru.
Agar dapat merayakan setiap "hari ini" yang dikaruniakan Allah dengan segenap rasa syukur dan jiwa yang lapang.
Sabda Rasulullah SAW "Barang siapa memasuki pagi harinya dengan perasaan aman di rumahnya, sehat badannya, dan memiliki makanan untuk hari itu maka seolah-olah dunia dan seisinya telah menjadi miliknya."
Alhamdulillah ya Rabb, untuk pagi hari ini dengan semburat cahaya matahari yang rekah keemasan. Membuka pintu hari dengan matsurat yang melegakan. Seperti telah lepas dan sirna pula lah segala keresahan dan kecemasan memikirkan esok yang gaib. Seperti ditepuk-tepuklah jiwa ini agar "jangan pernah tuk berhenti bersyukur."
Alhamdulillah ya Allah, atas segala karunia-Mu pada tiap pagi dan petang yang tak bertepi; rasa aman, kesehatan dan kecukupan menjalani hari "ini."
"Ya Allah, sesungguhnya aku memasuki pagi-Mu dalam kenikmatan, kesehatan, dan perlindungan. Sempurnakanlah untukku kenikmatan, kesehatan, dan perlindungan itu di dunia dan di akhirat." (Do`a Rasulullah ketika memasuki waktu sore).
Evi Marlina,
Depok 19/8/`20
#tantangansyukurIPDepok #selfhealingwriting
#ibuprofesionaldepok #rumbelmenulisIPDepok
No comments:
Post a Comment