Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Thursday, July 9, 2020

Misi ke-9; Waktu & Bahasa Cinta

Waktu & Bahasa Cinta


Ada perasaan gembira, saat membaca tema pada misi penutup di kelas matrikulasi IIP kali ini. Satu perasaan halus yang perlahan menyesap ke dalam hati; ada rasa kerinduan, rasa cinta, keharuan dst tiba-tiba datang silih berganti. Juga kenangan yang bermunculan dan datang bergantian satu sama lain. Ya, saya menyukai dan menikmati tantangan ini, menulis “Surat Cinta,” kepada suami.

Kapan terakhir kali menulis obrolan cerita indah lewat tulisan? Untuk orang yang paling engkau kagumi? Untuk orang yang engkau harus berbakti? Acapkali kita melewatkan satu waktu ke waktu lainnya dengan hilang begitu saja, tanpa jejak. Tanpa bahasa, tanpa rasa. Padahal alangkah mahal dan berharganya waktu itu. Ia adalah senjata bagi orang yang memancangkan azzam dan ikhtiarnya mengejar doa dan cita-cita. Ia adalah kunci dari semua kunci pintu kemenangan. Bila kita mampu bertempur dengan waktu maka kita pun akan siap berlaga di medan juang. Waktu seperti saat engkau tertinggal pesawat hanya dalam hitungan menit, seperti saat engkau terlambat mengejar bis di kota yang gersang, seperti pada saat kereta melaju kencang dan engkau yang tengah bersusah payah berlari, harus kalah dengan waktu sebab tertinggal waktu 3 menitmu. Begitu berharganya waktu, hingga Allah pun bersumpah dengan waktu “Demi Masa.”


Sejatinya begitulah pula demikian, kita menanam dan merawat cinta kepada orang-orang yang denganya Allah ridha canda dan tawamu menjadi bernilai pahala, bahasa dan manjamu menjadi emas dan tabungan surge. Yang sapaan ceriamu menjadi cahaya di hari yang tak aka nada lagi yang bisa menolong, melainkan amal dan bakti kepada Rabb, termasuk diantaranya adalah bakti kepada suami. Saya menyambut gembira misi kali ini, dengan perasaan dan mata yang berkaca-kaca. Alhamdulillah, akhirnya subuh tadi berhasil menyelesaikan misi ini sebelum suami siap kembali bekerja dan menggunakan leptopnya.

Ada kekakuan yang tiba-tiba menyeruak saat pertama kali akan menuliskan tentang apa yang harus saya tulis. Sejak semalaman sudah duduk di depan leptop dan mulai hendak menulis, namun stuck hanya bertahan dalam 2 paragraf singkat. Entahlah apa yang tengah saya fikirkan hingga ada sesuatu yang tertahan untuk ditulis. Alhamdulillah, keesokan harinya di waktu subuh saya kembali duduk, dan kembali pula untuk menulis surat untuk orang yang padanya baktiku harus berlabuh. Alhamdulillah, akhirnya tumpah ruahlah semua isi hati di dalam surat itu, tidak banyak  hanya 3 halaman kerta A4. Sejujurnya ada rasa kegembiraan, keharuan, kesenduan, suka cita yang menyatu saat menulis lebih tepatnya curhan jiwa itu, hahaha. Juga perasaan dan wajah yang tiba-tiba lebih merekah plus senyum-senyum sendiri saat membayangkan bagaimana reaksi Mas Faris saat membaca surat itu.

Alhamdulillah, pukul 06.00 WIB pagi hari saya menyelesaikan tulisan itu. Lalu diam-diam menyelipkannya dileptop yang bisa suami gunakan untuk bekerja. Surat itu saya ikat dengan pita berwarna pink, wkwk. Sebagai tanda bahwa surat itu berisi curahan hati dan segenap rasa cinta, yang biasa disimbolkan dengan warna merah atau merah muda. Pagi tiba, dan kami melewati pagi dengan rutinitas seperti biasa, anak-anak sarapan bersama ayahnya, cerita-cerita kesana kemari. Kebetulan pagi ini kami menikmati nasi goreng, mentimun, salad buah, dan tempe goreng. Anak-anak juga merasakan suasana sarapan yang selalu menyenangkan. Kami selalu melewati waktu sarapan ini dengan bersama-sama. Tidak terkecuali jika sang Ayah harus masuk kampus dan mengajar pagi.

Usai sarapan, anak-anak meminta untuk dapat mandi dan bermain di pancuran air di halaman rumah belakang. Anne setuju dengan ide Mbak Nana. Akhirnya Anne menemani anak-anak bermain air dan mandi di air pancuran halaman belakang rumah sepuas hati. Sementara Ayah yang sudah bersih telah siap bekerja kembali di depan leptop. Ayah sedang menyelesaikan satu project buku terjemahan, dimasa liburan kampus. Suasana di dalam rumah hening, saya sedang menduga-duga apakah suami tengah membaca surat itu, apa yang sedang rasakan dan difikirkan suami terhadap surat yang ditulis isterinya. Ya Allah, terus terang saja saya merasa deg-degan, senyum-senyum sendiri meski tengah menemani anak-anak yang ramai, pun juga merasakan getaran cinta yang tiba-tiba mekar merona seperti saat pertama kali mengenal suami, hahahaha. Masha Allah, thank you IIP.

Usai anak-anak mandi, juga usai saya bacakan beberapa buku dan menemani waktu bermain. Saya dengan perasaan deg-degan memberanikan diri memasuki ruang kerja suami, wkwk. Padahal bisanya saya biasa saja menyatakan cinta kepada suami. Namun kok lewat surat kali ini rasanya ada yang sangat spesial yaa…haha. Begitu masuk ruang kerja, suami menyambut dengan senyumnya yang khas. “Terimakasih cintaku, I love you.” Begitu sambutan suami. Ya Rabb…

“Kamu nulis surat buat Ayah?” Tanya Mas Faris.

Wkwkwk, jujur saja saya tidak mampu menahan tawa. Pecahlah pagi tadi dengan rasa haru, tawa, dan gembira campur jadi satu. Perlahan saya tahan pula rasa malu untuk bertanya apa yang dirasakan suami saat menerima surat itu.

“Mas suka ndak dengan surat Anne?” Tanya saya ditahan-tahan.

“Senanglah…Ayah kira ada tikus di leptop ayah. Kok nggk bisa di tutup rapat.” Jelas suami pada isterinya yang pipinya sudah merona ini, antara kikuk dan malu juga. Hahaha.

“Terus…” tanya saya penasaran.
“Eh, nggak tahunya surat cinta,” lanjut suami.

Xixixi…sementara isterinya ini masih dalam senang riang, agak tersipu-sipu pulalah dibuatnya.

“Makasih cintaku, I love you.” Suara suami terdengar seperti rinai-rinai air hujan yang menyejukkan jiwa.

Alhamdulillah…terimakasih suamiku, terimakasih Allah. Ya Allah, ada rasa haru yang semakin tumbuh dalam hati dan jiwa ini. Kekokohan keluarga adalah Sesutu yang tidak hanya butuh dibangun saja, namun juga dirawat dan dijaga bersama-sama. Membangun kekohona itu bisa dimulai dengan hal yang sangat sederhana, dan itu dimulai dari dalam rumahmu. Menuliskan rasa cinta dan syukur kepada seorang suami.

***
Ya Allah, jagalah keluarga kami dari segala mara bahaya. Kumpulkanlah kelak kami semua di surga firdaus-Mu. Aamiin Allahumma aamiin.


Evi Marlina
Depok, 9 Juli 2020





No comments: