Alam Terkembang Bercerita
“Eh,
kan tidak boleh buang sampah sembarangan.” Mbak Nana berjongkok memungut
kembali bungkus permen wijen yang baru saja dilemparnya ke lantai. Lalu
memasukkannya ke dalam tong sampah di sisi pintu dapur.
“Kita
tidak boleh buang sampah sembarangan, karena bisa menyebabkan banjir.” Terdengar lagi suaranya, masih dengan volume nyaring. Lalu tubuh mungilnya berputar
menari-menari menikmati sepotong permen wijen kecil pemberian dari Mbah Puteri.
“Kok
bisa nyebabkan banjir Mbak kalo kita buang sampah sembarang? Gimana caranya
bisa banjir?” Anne akhirnya nimbrung, melihat Mbak Nana asyik bercerita mengikuti irama dalam ruang imajinasinya.
“Iya,
tidak boleh Anne karena saluran air bisa pampat, kalo kita buang sampah
sembarangan. Jadi bisa menyebabkan banjir.” Jawab Mbak Nana dengan suara semakin nyaring disertai dengan mengangkat jari telunjuknya, pertanda apa yang disampaikannya adalah perkara yang sangat penting.
“Makanya
kita harus buang sampah di tong sampah.” Sambungnya lagi.
“Mbak
Nana punya buku tentang banjir.” Ia berjalan menuju rak bukunya, mengambil satu
judul buku dengan gambar gadis kecil berambut panjang yang tengah menari di taman bunga di bawah rinai hujan.
“Ini
buku Mbak Nana, ada cerita tentang banjir kalo kita buang sampah sembarangan.”
Tangannya mendekap buku yang baru saja diambilnya, memeluknya ke dada. Sementara ada yang
menari-nari riang gembira di dalam hati Anne.
Buku
itu Anne beli di salah satu even bazar Indonesia International Book Fair hampir setahun yang lalu, Agustus 2019. Namun agaknya cerita dalam buku itu selalu saja menjadi sumber rujukannya
kala ia menemukan dirinya membuang sampah dengan sekehendak hatinya.
***
Pesan Cinta itu Bernama Cerita
“Children are great imitators. So give them something great to
imitate.” – Anonymous
Saya
teringat pernah menuliskan status ungkapan di atas di beranda Fans Page Facebook yang pernah saya kelola sekitar tahun 2013, di sebuah dormitory puteri di kota Ankara. Beberapa tahun yang silam. Kala itu belum menikah, motivasi
yang ada adalah semangat mempelajari segala hal tentang anak dan
perkembangannya.
Namun belakangan, hal itulah yang kini saya lakoni dalam keseharian menjalankan peran sebagai seorang Ibu. Dengan berbagai daya, sekuat tenaga pula berupaya menyadari dengan segenap hati dan fikiran bahwa apa-apa yang orang tua tanam untuk anak-anaknya; perilaku, ucapan yang diperdengarkan atau dicontohkan kepada anak-anak akan sangat membekas bagi jiwa dan akalnya.
Namun belakangan, hal itulah yang kini saya lakoni dalam keseharian menjalankan peran sebagai seorang Ibu. Dengan berbagai daya, sekuat tenaga pula berupaya menyadari dengan segenap hati dan fikiran bahwa apa-apa yang orang tua tanam untuk anak-anaknya; perilaku, ucapan yang diperdengarkan atau dicontohkan kepada anak-anak akan sangat membekas bagi jiwa dan akalnya.
Terlebih
lagi pada fase pra-sekolah 0-6 tahun, adalah fase kritis di mana perkembangan anak
terjadi dengan begitu cepat; baik fisik pun hingga perkembangan sosial anak. Banyak
para ahli telah memberikan perhatian khusus tentang betapa pentingnya fase 0-6
tahun pada awal kehidupan anak. Pengalaman negative mau pun positive yang
terjadi difase ini akan memberikan pengaruh dalam membentuk perkembangan kognitif,
perilaku, sosial dan emosi anak. “Pengalaman yang buruk pada fase awal
kehidupan, akan memberikan pengaruh yang buruk pula terhadap perkembangan
kognitif, perilaku dan perkembangan sosial anak.” (Shonkoff,
J et al., 2000).
Sebaliknya
anak-anak yang tumbuh dengan dibekali pengalaman yang positif pada tahun-tahun
awal kehidupannya, memberikan pengaruh yang positif pula dikemudian hari. Hal ini
berarti bahwa penanaman nilai-nilai kebaikan semestinya direspon dengan upaya dan
semangat yang positif oleh orang tua bahkan sejak anak dalam kandungan. Nah, salah
satu upaya dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan ke dalam jiwa anak sedini
mungkin adalah mengisi waktu anak-anak dengan kesibukan yang membangun jiwa dan
akalnya. Salah satunya adalah dengan kegiatan mendengarkan kisah-kisah pilihan
kepada anak.
Keteladanan; Menjaga Lingkungan,
Allah pun Sayang
Keteladanan
orang tua dapat dimulai dari dalam rumah dengan hal-hal kecil yang sesuai dengan
kemampuan akal anak. Beberapa hal dalam upaya menumbuhkan rasa kecintaan anak
terhadap Rabb-nya adalah dengan turut serta menumbuhkan kecintaan anak terhadap lingkungan yang Allah
karuniakan. Beberapa hal sederhana yang bisa dilakukan orang tua bersama
anak-anak dalam proses menumbuhkan kecintaan untuk kemudian gemar menjaga lingkungan, antara lain misalnya
adalah sebagai berikut:
1. Melatih anak terhadap kebiasaan berhemat energi. Hal ini dapat dilakukan kala pagi hari tiba, mengajak anak dalam
kegiatan mematikan lampu yang telah menyala di sepanjang malam. Atau mematikan lampu usai pada ruangan-ruangan yang tidak membutuhkan lampu penerangan.
2. Melibatkan anak-anak
untuk menjaga bumi Allah dengan kegiatan berkebun. Anak-anak menyukai kegiatan
di alam, kesibukan dan keseruan orang tua dengan aktifitas di kebun akan
memberikan keteladanan yang mengesankan bagi anak-anak. Melalui kegiatan
berkebun orang tua dapat menanamkan nilai-nilai tentang pencipta-Nya.
3. Mengajak anak berjalan
kaki menyusuri alam, bercerita tentang kondisi bumi yang makin memprihatinkan.
Salah satunya adalah hal-hal yang menyebabkan banjir akibat membuang sampah
dengan sembarangan.
4. Mengajak anak
berkreatifitas dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas yang bisa didaur ulang.
Mau tidak mau, suka tidak suka.
Suri tauladan adalah kunci utama dari pengasuhan, suri tauladan memberikan
pengalaman-pengalaman berharga yang penting bagi perkembangan anak kelak; keteladanan melalui cerita-cerita pilihan pun juga keteladanan yang disajikan
orang tua dalam kehidupan dan keseharian orang tua terhadap anak-anaknya. Keteladanan seperti alam, yang terkembang menjadi guru dan cerita yang penuh dengan pengalaman yang berharga. Wallahu `alam bisshowwab.
Evi Marlina
Depok, 25 Juni 2020
Referensi :
Sumber foto buku : Koleksi pribadi, beberapa buku bacaan Mbak Nana tentang Bumi dan menjaga kebersihan lingkungan.
#OWOW #oneweekonewriting
#ibuprofesionalDepok #rumbelmenulis
#makdepokGEULIS #IPDepok
No comments:
Post a Comment