Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Tuesday, January 7, 2014

KITA adalah apa yang kita TULIS

“Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tak mati. 
Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi” 
― Helvy Tiana Rosa

“Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa—
suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang.” ― Seno Gumira AjidarmaKetika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara***



Hari masih bersembunyi dalam embun ketika pagi ini pukul 05:05 aku baru terbangun. KAGET! Segera terburu meraih kaus kaki dan meraba sandal dalam keadaan gelap. Kamar asrama masih tenang. Sudah dua hari ini bangun terlambat. Meski subuh baru dimulai pukul 05:32 waktu Turki. Terbiasa bangun pada pukul 02:30 Subuh. Merasa ada yang hilang dan semua  menjadi serba terburu.

Alhamdulillah kemaren baru saja tuntas 1 UAS perkuliahanku, masih ada UAS untuk hari Kamis. Menjadi mahasiswa asing sepertiku menjadi bahwa "aku berbeda." Bagaimana jika engkau berada di sebuah lapangan yang semuanya berbaju putih. Dan engkau adalah satu-satunya yang berbaju hijau? Bukankah itu sesuatu yang SPESIAL. Dan seperti itulah diriku. Di kelas dalam jumlah 120 siswa yang semuanya Turki. Dan aku adalah satu-satunya mahasiswi asing. Itu adalah hadiah yang SPESIAL yang Allah berikan padaku.

Dear Haramain, catatan harianku...
Sudah beberapa hari ini aku tidak menulis. Ada yang hilang rasanya. Ada yang terlepas dari waktu, ada yang terbang bersama berkurangnya usiaku, dan aku merasakan sebuah bahasa kerinduan yang tidak terbantah.  **Syukurlah engkau bersedia menampung semua "ledakan" hatiku. Aku sungguh rindu menumpahkannya disini. Seperti sebuah bahasa kerinduan, saat aku merindukan "tulisan dan fikirmu." Aku sungguh benar-benar merindukan engkau menumpahkan fikirmu dalam deret huruf. Entahlah...mengapa aku sungguh sangat merindukannya. Sama besarnya saat aku merindukan menumpahkan ribuan huruf pada catatan harianku. Menulislah...bukan karena engkau cinta atau tidak mencintai untuk menulis, menulislah karena ketika engkau menumpahkan ilmumu -yang berhasil "memenggal" hatiku itu- pada barisan kata, maka sepanjang kehidupan ini, ia akan terus kekal. Tidak akan pernah reda seperti usia kita yang tidak abadi ini.

Dear Haramain, cahaya masa depanku...
Aku belajar tentang air hujan, awan, matahari dan kelopak mawar darimu. Seperti sebuah pagi yang ketika aku bangun dari pekat dan malam yang melelahkan lalu terbitlah satu persatu suara adzan yang menenangkan. Malam yang aku selalu suka menekuni hariku dengan buku-buku yang cukup memusingkan itu. Tapi kali ini aku memiliki malam yang tidak bisa aku susun seperti aku menyusun bahasa tanganku. Malam yang aku bergembira menyambut paginya, yang aku bergembira tidak sabar menanti datangnya terbit matahari, yang aku gembira menanti mekarnya kelopak mawar. Itu sungguh sangat SPESIAL, sama spesialnya ketika kita menjadi SATU-SATUnya mahasiswa asing diantara ratusan mahasiswa lainnya. Sama spesialnya ketika aku membaca buah fikirmu yang selalu KEREN itu. **Uhuks

Dear Haramainku, pencelup 110 warnaku...
Ketika kita berada di tengah hujan, aku tidak tahu apakah engkau menyukai hujan seperti riang hatiku yang selalu berloncatan ketika hujan turun. Pada hujan terdapat do'a, terdapat berkah, terdapat hijau, terdapat nada, terdapat betapa Allah sedang menurunkan milyaran cinta-Nya melalui hujan. Itulah sebabnya mengapa aku mencintai hujan. Sama halnya aku mencintai "kehidupanku" yang sungguh ingin aku urai padamu satu persatu semua rasanya. Meski selalu tidak mampu aku tumpahkan semua hal. Maka biarlah catatan harianku ini menjadi bahasa bagimu, memahami, mengetahui dan menerjemahkan semua bahasaku. Pun pada sebuah bahasa "Harapan dan Mimpi" kita yang masih menjadi rahasia Allah. Apa pun semoga baik in sha Allah...

Dear Haramainku, “Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun, Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” ― Pramoedya Ananta ToerBuah fikirmu yang tidak bisa aku mengejarnya dengan sepuluh jari tanganku. Aku betul-betul tidak bisa bernafas demi mengejar kedalaman pemahamanmu. Kepandaianmu menguraikan dan mengungkapkan lembaran ilmu_Nya dalam deret huruf. Sungguh itu "menembus" hatiku. Meski aku tidak memiliki alasan khusus dalam hal ini. Seperti bahasamu dalam mendifinisikan -Ketentuan-Nya- Apa pun semoga Allah memeluk "Mimpi, do'a dan harapan" kita. Aamiin in sha Allah. SEMANGAT Kekuatan BULAN. **ihihi...serius amat sih Gueh pagi-pagi gini. Untukmu, My Haramain...

Ankara, 07012014




No comments: