Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Wednesday, March 10, 2021

Pendidikan Seksualitas untuk Anak sejak Dini (8)

"Peran Orang Tua dalam Membangkitkan Fitrah Seksualitas'
Oleh Kel 12. Regional Depok

Alhamdulillah, hari ini adalah jadwal dari kelompok saya dan teman-teman live di fb pantai bentang petualang. Alhamdulillah berkat kekompakan dan kerja sama dengan semua teman-teman di WAG penampilan dari grup regional Depok mendapatkan sambutan yang hangat dan luar biasa. Alhamdulillah. Alhamdulilah saya tiba di lokasi perjalanan tepat 30 menit sebelum acara di mulai, sesampai di penginapan saya menyalakan leptop dan duduk stand by menyimak penampilan dari teman-teman yang mewakili. Saya menyimak pertanyaan dan memberikan respon jawaban pada pertanyaan teman-teman yang ada di kolom komentar. Berikut beberapa respon jawaban saya:

 

Tapi terasa bgt kok traumanya ga hilang smp skrg, saat kecilnya dipaksa memakai pakaian yg bukan pilihan sendiri 

ANSWER : Evi Marlina Al-ardvici Kreatif

 
Halo sobat tualang menambahkan ya, trauma memang membutuhkan treatment sendiri dalam mengatasi/menyembuhkan. Maka dibutuhkan pendampingan pada anak-anak yang mengalami trauma. Bila masih dalam kondisi wajar maka cukup pendampingan dari keluarga. Namun jika diluar batas kewajaran/memberikan dampak psikologi yang berat terhadap anak maka membutuhkan profesional dalam membantu anak menyembuhkan trauma. Profesional akan memberikan terapi-terapi khusus bagi anak dengan trauma tertentu.

QUESTION: Viensa Andjani Pratiwi

 
Viensa IP-Bogor, mau tanya nih kelompok 12 yg kece, bagaimana menyiapkan anak agar terlatih waspada dgn orang asing terkait maraknya sexual abuse? tanpa terkesan menakuti anak2

 26:00

Kalau aku kan banyak lagu anak yang isinya tentang waspada dg orang asing misal lagu Ku jaga diriku. Jadi anak bisa lebih paham kenapa harus waspada dengan orang asing

 

Halo sobat tualang saya Evi dari IP Depok, menambahkan penjelasana ya sobat tualang, pertama kita sebagai orang tua mengenalkan terlebih dahulu anggota keluarga inti yang terdiri dari ayah/ibu/adik/kakak, kemudian kenalkan dengan keluarga dengan lingkup yang lebih besar, spt kakek/nenek/paman/bibi dst.
Lalu ajarkan kepada anak, bahwa ada yang namanya, tetangga, teman sekolah, guru sekolah, dst.
Juga ada yang namanya orang asing yang tidak/belum kita kenali. Maka sampaikan kepada anak, bahwa orang asing bisa saja berbuat/bersikap baik, jika bertemu orang asing/yang tidak dikenal segera beri tahu/lapor kepada Ibu/ayah/kakek/ibu guru dst.

RESPONS : 

 
28:29
Ratna-IP Sidomojo, izin bertanya bagaimana mendidik anak laki-laki ketika sangat ayah kurang cakap melakukan pekerjaan laki-laki (misal benerin elektronik, cakap mengemudikan mobil, dll)? Terimakasih
1
  • Suka
  • Balas
  • 3 jam
  •  
    0:00
    Ratna Dian Pratiwi
     Halo sobat tualang saya dari IP Depok, izin menanggapi ya. Inti dari peran Ayah tidak terletak pada kemampuannya pada ketrampilan teknis spt yang disebutkan, namun bagaimana seorang Ayah dapat berperan dalam perihal substansi maskulinitasnya sebagai sosok seorang Ayah dalam keluarga. Misal pengambil keputusan dalam keluarga, memeberikan pengayoman bagi keluarga dst.
    Ada pun soal teknis seperti bermain bola, benerin elektronik ini hanya soal hobi saja. Namun yang terpenting adalah tidak mengurangi substansi Ia sebagai seorang Ayah di dalam keluarga.
    2
    • Suka
    • Balas
    • 3 jam
  •  
    0:00
    Evi Marlina Al-ardvici Kreatif
     MasyaAllah, terimakasih jawabannya ya Bun.. 🙂
    • Suka
    • Balas
    • 3 jam
  •  
    0:00
    Ratna Dian Pratiwi
     Sama-sama sobat tualang yaa...🥰
 
28:23
Mau tanya apakah seorang ayah harus tegas, jadi ketika anak tidak bisa mendengar nasihat dari ibunya, dia akan lebih patuh dg ayah..
  • Suka
  • Balas
  • 3 jam
  • Admin
     
    0:00
    Nur Hidayanti
     bismillah coba ku jawab yaa mba.. ayah dan ibu mmg harus tegas mba.. tp karena ayah lbh rasional jd ndak pakai emosi yaa kalau marahin gt hihi jd kalau ibu sdh mulai kelepasan dan anak ndak mau dengerin ayah yg berperan. Tegasnya laki2 kan jg bermacam2 yaa.. asalkan yg dibicarakan ayah, ibunya pun satu suara.. insyaa Alalh anak akan menerimanya.. smg terjawab^^
    • Suka
    • Balas
    • 3 jam
  •  
    0:00
    Nur Hidayanti
     Betul, Ayah adalah sosok pengayom/leader dalam keluarga. Pengambil kebijakan dan pemberi arahan dalam sebuah keluarga. Jadi di dalam keluarga harus ada sosok yang disegani oleh anak, sehingga seorang anak tidak bersikap di luar batas kewajaran/norma. Dan sosok Ayah adalah pengisi substansi peran LEADER utama dalam keluarga.
 
16:37
Apakah ini peran ayah dan ibu yang tertukar --"
3
  •  
    26:04
    Halo sobat tualang saya dari IP Depok, mau menanggapi tentang Ayah yang lembut dan Ibu yang lebih garang. Ayah yang lembut tetap bisa bersikap jantan/maskulin, sebagaimana Ibu yang garang juga tetap bisa bersikap feminim.
    Kelembutan Ayah disini justeru sangat dibutuhkan, sebagai sosok yang mengayomi keluarga, pengambil keputusan, menjadi pendengar keluh kesah anak, menjadi pemimpin dst.
    Sikap kelembutan ini tidak berlawanan dengan kejantanan/maskulinitas seorang Ayah di dalam keluarga.
    2
    • Suka
    • Balas
    • 3 jam
  •  
    29:46
    Evi Marlina Al-ardvici Kreatif
     berarti wajar2 aja yaa mak?? Yang penting keduanya saling melengkapi?? Tapi jadinya gini mak, kalau aku udah tegas misal soal pemakaian gadget yaa, anakku disiplin banget nih soal gadget sama aku, tapi kalau sama ayahnya gampang banget dan ayahnya suka ga fokus kan karena fokus laki2 kan hanya 1 titik yaa ga ga kayak perempuan cakupan pandangan matanya luas.. Nah jadi suamiku suka ga engeh pas sama dia, tau2 anak udah pegang gadget.. Karena udah kadung megang gadget jadinya anakku malah rewel minta ke ayahnya karena merasa pasti dikasih.. ujung2nya kami jadi bingung --"
    • Suka
    • Balas
    • 3 jam
  •  
    0:00
    Inggit Yunitasari
     Kalau dalam kasus ini permasalahannya bukan pada maskulin/tidak maskulin. Namun harus adanya kesepakatan dan kekompakan ayah dan ibu dalam perihal pengasuhan dalam keluarga (hal ini bisa disekapakati antara ayah dan ibu apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh anak). Agar anak tidak melihat adanya ketimpangan antara ayah dan Ibu.
 
1. Bagaimana supply maskulinitas kalau posisinya LDM dengan Ayah yg seringnya pulang beberapa bulan sekali? Adakah tips. 2. Adakah red flag untuk sbg tanda ketidaktercukupan supply maskulinitas dan feminimitas ini? Maturnuwun dr IP Jogja.
2

  • Admin
     
    Bismillah ku jawab yaa mbaa.. kalau ayah yg jauh usahakan saat ayah pulang luangkan wkt utk anak2nyaa.. serimg komunikasi via video mgkn ayahnya bisa berkomunikasi lbh lama tdk hanya menanyakan kabar dll. Red flag bisa dilihat ketika adanya penyimpangan mbaa.. misal yg laki2 teelalu emosional dan yg perempuan teelihat lebih tangguh.. insyaa Allah bisa dipantau dr fase setiap usia yaa mbaa.. jd usahakan bonding di awal dgn orgtua dekat dahulu.. smg terjawab yaa^^ baarakallhu fiiki
    • Suka
    • Balas
    • 3 jam
  •  
    Halo sobat tualang, 1. jika kondisi memaksa/tidak ada pilihan kecuali harus LDR maka kenalkan anak pada sosok ayah (kebaikan. kasih sayang, cinta ayah) lewat cerita, lewat foto, lewat zoom, komunikasi yang intens. Dan ketika kesempatan bertemu itu hadir maka optimalkan waktu yang ada untuk bersama anak.
    2. RED FLAG- tanda tidak tercukupinya supply maskulinitas ketika anak merasa tidak ada satu sosok yang disegani/dihormati di dalam rumah.
    Jika kekurangan supply maskulinitas ibu : anak tidak hangat, pemarah, mudah tantrum dst.
    • Suka
    • Balas
    • 3 jam
  •  
    Nurullah Ritski Jatiningsih
     maasyaa Allaah..adakah referensi lanjut terkait rambu2 memantau maskulinitas dan feminimitas ini? Jaz
    • Suka
    • Balas
    • 2 jam
  •  
    0:00
    Evi Marlina Al-ardvici Kreatif
     noted bunda. Maasyaa Allaah. Jazk

Evi Marlina

Depok, 10032021

#harike7
#tantangan15hari
#zona7pendidikanseksualitas
#pantaibentangpetualang
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

No comments: