Karakter Moral Ibu Profesional
Aku
punya tantangan selama berproses dan menjalani peran kehidupan yaitu:
Melepaskan diri dari "semacam" rasa trauma kecemasan saat menjalani masa LDR dengan suami.
Tapi
ternyata, dalam diriku terdapat karakter moral Ibu Profesional yang menjadi
kekuatanku. Ini kisah dan caraku untuk mengatasi tantangan tersebut.
Allah
yang dengan kekuasaan-Nya Maha berkuasa menaburkan rasa cinta dan kasih sayang
kepada tiap makhluk-Nya. Tiada satu makhluk pun didunia ini yang luput dari
pengawasan dan rizki atas-Nya. Makhluk kecil yang kasat mata seperti tiada yang
menjaga, namun Allah pun taburkan rizki baginya meski ia hidup di dalam tanah
yang pekat gulita-cacing atau binatang-binatang yang hidup di dalam
tanah.
Namun demikian, makhluk kecil itu tetap menjalani kehidupannya dengan penuh suka cita. Agaknya berbeda dengan makhluk bernama manusia, selalu saja ada keluh kesah datang silih berganti, hingga seperti tak berbekas barang sececap pun akan
kisah-kisah hebat yang ditelan dalam lisannya.
Ada
karakter utama yang semestinya tidak boleh lenyap atau bahkan meski sekedar menjadi berwarna abu-abu, pada tiap jiwa "perempuan" muslimah. Karakter yang akan mampu
membentuk pribadi dan jiwanya tetap tegak berdiri dengan keyakinan yang utuh. Karakter yang membuatnya
tidak diliputi rasa gelisah, pun meski di tengah kota Mekkah yang tiada bertuan dengan segelintir
manusia pun. Bahkan lebih pahit dari itu, tiada air sebagai sebentuk harapan
akan adanya pertolongan.
Namun,
karakter yang menghunjam kuat dalam jiwa inilah yang kiranya telah menyatu pada
sosok Ibu yang mendekap bayi merah di lembah nan gersang. Dimana keduanya ditinggalkan Ibrahim
di sisi Al-Bait di Makkah Al-Mukarramah, di tanah yang tanpa manusia, tanpa
air. Tanpa meratap-ratap, tanpa meronta, hanya sebaris tanya penuh keteguhanlah
yang hadir di lisan perempuan nan agung itu.
“Allahkah
yang menyuruh engkau berbuat seperti ini wahai Ibrahim?”
“Benar,”
jawab Ibrahim.
“Kalau
begitu Dia tidak akan menyia-nyiakan kami,’ Jawab Hajar penuh keridhaan,
disertai keyakinan akan datangnya kabar gembira dan perlindungan.
(Ali Al-Hasyimi, hal. 7)