Saya masih gemetar, belum bisa bicara apa-apa atas kabar yang sampai padaku pagi ini.
Tepat seusai aku merampungkan tilawah pagi ini. Kabar ini sampai padaku.
=========
aswrwb.
Evi, adikku nan hebat.
Ini berita dari tanah airmu yang kau cintai itu. Baru saja usai pemilu. Saya ikut di bagian tabulasi data DPC telanaipura bersama rekan-rekan lainnya. Ada ustadz rozak yang hadir, pak apri, ada juga dikunjungi oleh ustd hernowo dan sebagainya. Kami lelah,kami capek. Itu ya. Tapi kerja ini tentu untuk dakwah,bukan? Kejayaan kita. Jikga pesimis, ingin kukatakan kepadamu, Evi: berhentilah jadi orang Indonesia. Dan buruan minggat dari sini. Kau tahu evi, kecurangan di tingkat TPS begitu menggila. Saksi dibayar, petugas KPPS dibayar dan dimobilisasi oleh partai tertentu, H-1 warga disiram 50 – 100rb perkeapala, bahkan ada yang menghabiskan 4 M dari partai penguasa utk membayar 500rb/kepala yang menyoblos mereka. Miris. Itu pasti. Lihat wajah-wajah ustadz yang lelah, para kader yang letih menunggu form C-1 hingga di telanai saja kami menunggu hingga jam 2 dinihari baru pulang sedangkan beberapa TPS sengaja dilama-lamain oleh KPPSnya. Mereka bersengkongkol utk menguasasi negeri ini ,dengan cara apapun.
Kita yg kempanye damai dan santun, meberikan pelatihan dan bantuan kesehatan gratis jauh sebelum pemilu dll, itu musnah. Selesai disiram duit dalam satu hari oleh caleg dan partai sampah! Itulah warga kita yang bodoh politik, mau apalagi. Mereka ga butuh program tapi duit. Sudah ada sindikat besar utk menggagalkan pks utk maju 3 besar. Bahkan antara mereka sendiri kakak beradik berbeda partai, sudah menyogok rakyat di satu tps sampe bertengkar habis( didaerah legok). Bulshit demokrasi, bulshit program suci. Tapi yakinlah, kita tidak mau mencederai ini dg ikut2an spt mereka. Masyrakat, oknum dan petugas sudah bobrok. Pantaslah lonjakan suara di satu tps sangat tdk signifikan. Coba, seorang caleg bau kencur(lebih kompoten ustad rozak dll) bisa mendongkrak suara puluhan hingga ratusan suara/tps versus caleg kita yang Cuma 1-2 suara per tps.
Kami lelah, tapi kami bekerja. Allahlah yang membalas ini semua. Tadi malam bahkan partai yg tdk dianggap di pemilu ini tapi saat dibutuhkan mrk datang ke kita: soerang warga minta anaknya di rughyah tengah malam. Dan kau tahu evi, ustadz rozak yang letih, belum makan, pikiran dan emosi yang luar biasa campur aduk, musti meluncur di pekat malam menuju rumah warga yang kerasukan itu utk ‘berbincang’ dengan orang yang terkena kemasukan jin itu. Tapi lihat ustadz kita masih bisa tersenyum. Kami capek, letih, telah berjuang, berdemo, berorasi, berkampanye, direct selling, senyum keadilan, pksvaganza, door to door, tapi kami di tanah airmu ini tidak akan memprotes Tuhan. Ini takdir kita. Dan semua kita kembalkan kepada-Nya.
Evi, kelak ketika kembali ke tanah air, aku ingin memastikan dirimu: teteplah mencintai negerimu. Apapun yang terjadi. Jadilah satu orang penggerak perubahan itu. Sebab kita akan terus melayani!
Salam kobarkan semngat Indonesia.
Ian
10 April 2014