Ketika engkau berlari menutup mataMenjejaki ribuan kata,ada satu yang tak bisa engkau jamah dengan aksaraialah syukur yang Tak Terbantah
(Ankara, 31 Maret 2013)
Beypazari dari puncak, sumber foto gugel
#kemaren l
“Gunnah!” Bentak suara kakek tua yang tiba-tiba sudah berdiri
disisiku. “DOSA!” katanya. Aku kaget dan melemparkan potongan bunga sakura_yang dipetik
Fara dari depan Devlet Ogrenci Yurdu Ankara Universitisi Beypazari_ ke tangan Fara.
“Ne yapiyorsun” Tanyanya, “apa yang sedang kamu lakukan” suara
lelaku tua berambut putih ketika aku sedang memperhatikan Fira dengan seksama menghitung jumlah kelopak bunga keberuntungan sakura bersama.
“Seviyormu, sevmiyormu, seviyormu sevmiyormu, seviyormu.” Komat-kamit
Fira menghitung kelopak keberuntungan. “suka, tidak suka, suka, tidak suka,
suka...” Terhenti menutup mulut saat suara lelaki tua yang tiba-tiba berdiri
diantara kami itu membentak.
Aku garuk-garuk kepala jilbabku yang ujungnya melenggang terkena angin. Melepas suara-suara udara hangat. Hihi, aku terkikik menutup mulutku dengan kedua kelopak tanganku. Sebenarnya itu hanya mainan anak kecil seperti yang biasa dilakuakan usia anak-anak ketika menghitung kancing
keberuntungan ketika ujian untuk menentukan apakah jawabannya A, B, C atau D.
Dan siang yang hangat itu Fira sedang mengajakku bermain “keberuntungan”
mempraktikkan kenakalannya dimasa kecil. Persis kebodohan yang pernah aku
lakukan ketika kecil dulu. Kebodohan yang lugu dan menyenangkan.
***
aku tidak menyangka hari itu akan bertemu dengan kota tua 2 jam
perjalanan dari pusat kota Ankara. Sebuah kasaba atau perkampungan kecil yang dipeluk
sisi pegunungan berbatu. Bentuk batu itu mirip seperti seekor Iguana raksasa
zaman purbakala. Seperti tengah memperlihatkan punggungnya yang kuat dan kekar.
Beruntunglah rombongan Tur liburan kelas TOMER Pusat Bahasa terbesar di Turki memilihku ikut
serta dalam rombongan yang berjumlah 30 orang. Itu spesial dan sesuatu bagiku. Secara
Bedava alias gratisss. Dan tidak dalam jumlah rombongan yang besar. Itu berarti
aku berkesempatan untuk lebih bisa banyak menggali semua hal.
Beypazari dengan dua sisi lereng yang memeluknya
Ada banyak sudut yang bisa aku ceritakan tentang keindahan lereng
punggung berbatu yang curam dan membuat hatiku ingin menjerit dan bertakbir girang itu. Tapi ada
satu hal penting yang membuatku tidak berhenti bertanya hingga detik ini. Dan kesimpulannya sederhana, aku belum betul-betul puas menghabiskan waktuku di kota kecil
bernama Beypazari itu.
Yang menarik hatiku adalah, sungai rimbun yang melingkari sisi
lereng berbatuan. Rumah-rumah berbentuk bak dadu-dadu itu kelihatan sudah
sangat kuno. Dengan warna cat yang sama. Tidak ada warna merah, orange, hijau apalagi
warna pink kesukaanku. Aku benar-benar merasa sedang berada di dunia abad masa 1000 tahun silam. Seperti tengah memasuki abad sinema Robbin Williams dalam filem mashur JUMANJI negeri Adikuasa. Masih ingat kan filem yang mengisahkan sebuah
permainan lempar dadu dan ketika mata dadu di lempar maka lihatlah nasib apa
yang akan membawamu terbang ke sebuah lorong waktu masa silam. Aku masih ingat
kapan aku menonton filem itu, semasa tsanawiyah sepertinya.
Dan, 29 Maret 2013, alias dua hari yang lalu aku merasa sedang melempar dadu di kelas besar Pusat Bahasa Turki Terbesar di Turki. Ankara. Melempar nomor keberuntungan dan menyusuri menggantikan peran Robbin dalam sinema Jumanji, menelusuri lorong waktu seribu abad silam.
Menikmati lereng-lereng batu dari puncak tertinggi Beypazari, melongok rumah
penduduk yang di lingkari sungai-sungai yang aku tidak bisa menyentuhnya meski dengan ujung jari-jariku karena
waktu yang terbatas. Pun memotret pohon sakura yang mengepakkan singgasana "Kemegahannya" di sisi Lereng tertinggi itu. Aku sungguh ingin kembali kesana dan mengambil foto pohon
sakura yang melambai disisi sungai di pinggir lereng berbatu bak iguana masa purba
itu.
sakura di puncak tertinggi Beypazari
Dan tentu saja seharian ini aku menghabiskan waktuku didepan
notebuk buat menulis. Yang membuatku tidak berhenti mengagumi kota kecil yang
mereka sebut Halk Evleri atau rumah masyarakat adalah adanya sistem penghubung
suara adzan yang membuatku aku penasaran setengah hidupdan mati #lebai dah. Sayangnya
aku belum sempat menanyakan perihal tiang berjajar itu. Suara adzan di satu
mushola kecil membumbung mendekap siapapun yang berdiri di tengah Kasaba atau
desa kecil itu.
4 tiang besar yang mirip Galata Saray itu bukan tiang l tepatnya
Menara l desainnya mirip Galata Saray. Menara ini berjajar sebaris dengan jarak
sekitar setangah kilo l di pucuknya ada 2 corong pengeras suara Sehingga suara
adzan mmbumbung memenuhi seluruh sudut penjuru kota tua itu l tepat pada pukul
12:00 l menerobos seluruh sel-sel darahku. Suaranya itu "penuh" aku
merasa seperti sedang berada di dalam ruangan ASKI Pusat Sirkus Terbesar di kota
Ankara.
Aku termenung memandang ujung menara mushola di depan maagza (toko)
kecil yang tutup di depn mushola l mengapa Allah memilih ROMAWI TIMUR sebagai
pusat peradaban Islam dengan di TAKLUKKANNYA Kekuasaan Byzantium pada zamannya?
Dan mengapa kelak menyusul PENAKLUKAN IMPERIUM ROMAWI BARAT di atas kekuasaan
PAUS? Apa mungkin PAUS akan jadi orang ORANG PERTAMA ROMAWI BARAT yang akn
BERSYAHADAT dan menjadi orang yang paling mendukung Islam? Berdesirrr..
Ahh...aku selalu tidak pernah percaya dengan teori kata mustahil? Bukankah
Allah juga yang telah membalikkan hati UMAR menjadi orang yang paling mendukung Islam. Aku juga masih ingat betul gegernya berita kunjungan PAUS ke Blue
Mosque Masjid SULTAN MAHMED II dari berita yang sempat aku baca di BBC.
Kesimpulan Telak: seperti apapun bentuk dan kelakuan seseorang MUDAH bagi ALLAH
membalikkn hatinya menjadi pendukung Islam di Garda TERDEPAN.
#bersambung di my note buuk :)
No comments:
Post a Comment