Sumber foto: gugel (Foto ini mengingatkan aku dan Roky adıkku) kami selalu berangkat sekolah bersama dengan bersepeda.
Atap-atap kota teduh dalam diam yang tenang. Kembang kota bermekaran seiring dengan musim yang berganti dengan tidak tetap. Menurut kalender seharusnya ini sudah memasuki summer yang padat. Namun musim penghujan menghiasi hari-hari yang panas dan terik. Tidak ada yang memenuhi kepalaku beberapa pekan ini selain ingatan kepada Bapak, Emak dan keluargaku di kampung halaman.
Adalah ia Bapakku, yang kini tersemat pada nama resmi dalam paspor, dalam transkrip dan semua data akademikku, dalam sertifikat-sertifikat acara. Sebuah nama yang bersyukur ia lekat di belakang namaku. Evi Marlina SAHLI. Kami di rumah biasa memanggilnya Bapak atau Pae. Anak ke dua dari lima bersaudara. Nama Mbah Putri adalah Karsi, seorang perempuan jawa dengan latar belakang seorang pengusaha dan gemar berdagang. Itu kisah yang aku dengar dari Mbah Putri Karsi. Usianya sudah berapa genapnya aku tidak ingat. Sudah sangat tua sekali, meski tidak bungkuk badannya dan alhamdulillah tidak pula pikun. Mahas besar Allah. Melahirkan 5 orang anak, 4 putra dan 1 putri. Bapak salah satunya, yang diberi nama Sahli.
Bapak dengan sifat yang sangat keras. Meski pada dasarnya lembut hatinya. Kaku namun hal yang selalu ku ingat adalah kegemarannya mengisahkan kisah Nabi Sulaiman menjelang aku tidur di masa keci begitu lekat di kepalaku. Tentang Ratu Bilqis dengan singgasananya yang begitu mempesona hatiku. Dan tentang Nabi Sulaiman yang bisa memahami bahasa Binatang.
Bapak (nomor 3 dari kanan) adalah seorang yang pada masa mudanya menggemari kegiatan berdagang dan berbagai seni musik. Pandai memainkan piano. Semasa Tsanawiyah aku suka memperhatikan Bapak memainkan piano meski aku tidak berminat mencobanya. Meski bapak terkenal galak di rumah, ia tetaplah Bapak yang mengantarkan aku mendaftar sekolah di MAN Model jambi. Ibu kota provinsi yang terletak 6 jam dari kampung halamanku. Menemani aku mengisi formulir pendaftaran, menitipkan pada guru di kota Jambi dan berpesan agar belajar yang rajin. Sesekali menjengukku jika sedang pergi ke jambi dengan keperluan berdagang dan urusan dengan rekan-rekannya. Ia lahir pada tanggal 06 Juli 1959 di Jepara. Semasa kecil Bapak gemar sekali megajakku berpetualang, mengunjungi tempat-tempat yang jauh untuk bertamasya, dan selalu rajin menghadiri ketika pembagian rapor kelas tiba. Tidak pernah absen. Meski terkadang aku sering kesal dengan sifat Bapak yang galak sekali.
Ah..Bapakku. Kini usiamu yang semakin beranjak senja 56 tahun. Bapak yang hanya tamat SMP. Aku tahu jiwamu yang pemberani. Setidaknya itulah yang menurun secara kuat padaku. Dalam tubuhmu yang kini semakin kurus dan ringkih maafkanlah aku jika belum mampu berbakti sebagaimana semestinya. Maafkanlah jıka belum mampu berbakti dengan baik dan benar sebagaimana yang Allah ridha. Ampunilah dosa yang pernah aku lakukan ketika terkadang aku kesal sekali dengan Bapak dengan bersembunyi dan ngambek di dalam kamar. Walau bagaimana pun, aku selalu berdoa semoga Allah menurunnkan kasih sayang yang hangat padamu. Dan jika kelak Allah memanggilmu, Ridhakanlah dalam keadaan Khusnul Khatimah ya Allah...
Aamiin Allahumma Aamiin...
Sakura Romawi Timur
Ankara, 29 Mei 2015
No comments:
Post a Comment