Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Friday, December 11, 2015

Kebaikan itu akan selalu seindah namanya #4

Kebaikan itu akan selalu seindah namanya #4


Ankara..

Entah sudah berapa banyak aku menuliskan penggalan-penggalan jejak kisah suka duka tentang kota ini. Banyak kepingan memori yang tidak cukup aku tulis dalam barisan kata yang singkat, setiap kebaikan yang ditanamkan orang-orang yang ada baik jauh mau pun dekat yang hadir dalam setiap nafas dan hiruk pikuk kehidupanku. 

Seberapa pun kecil atau seberapa besarnya, tentu saja aku tidak akan pernah bisa melupakan semua kebaikan itu. Itu adalah keajaiban yang Allah berikan kepada kita manusia, tidak ada kekhawatiran di dalam dada manusia selama ia menyandarkan kepada sandara yang Maha Kuat.

Kota Ankara, aku banyak belajar dari kota ini. Segala keangkuhan panasnya arus suhu politik dan keramahan orang-orang yang aku jumpai disebalik keangkuhan sisa-sisa sekularisme. Disini aku mendapatkan keluarga baru yang tidak pernah saling mengenal satu sama lain pada mulanya. Menjadi bagian dari kehidupanku. Berjumpa pada teman-teman dengan warna mata yang beraneka warna. Menjumpai kebaikan-kebaikan pada banyak jengkal dan sudut waktu. Maka kenikmatan apakah lagi yang lebih besar, selain kenikmatan karena Allah menjadikan diri kita terlahir sebagai seorang muslim. Kota ini menjadi saksi bagaimana aku menjumpai banyak kebaikan dan kemaha Agungan Allah atas semua kebesaran Nya di belahan bumi mana pun itu. Seperti pada kisah di sore itu...

***
Suatu sore serampung kelas aku memutuskan untuk mampir di kedai nasi Turki yang ada di seberang jalan utama pintu gerbang Kampus Ankara Univ, Cebeci. Aku memutuskan makan di kedai karena selain harganya lebih bersahabat dengan kantong mahasiswa juga karena kerinduan menikmati sayur Fasulye yang dicampur salca semacam saus tomat khas Turki. Kedai keci yang berada di sudut kafe-kafe mewah itu terlihat sepi, saat aku memutuskan masuk dan duduk di salah satu kursinya hanya terdapat seorang kakek tua yang duduk bersama cucunya yang masih sangat kecil. Tengah menikmati menu yang sama dengan menu yang aku inginkan, ia duduk di seberang kursi di depan ku, duduk memunggungiku.

Aku duduk sendiri sembari memesan menu. Tidak ada yang aku fikirkan selain karena waktu yang memburu, aku harus segera pulang dan sampai di rumah. Aku tidak berani untuk menunda makan karena aku harus memenuhi hak janinku. Sesekali memberikan pandangan kepada cucu sang kakek yang duduk di seberangku. Aku tersenyum memandang bocah kecil Turki yang lucu itu. Terdengar ia merengek dan menangis karena ingin makan dengan tangannya sendiri, namun sang kakek menolak dan dengan sabar menyuapi cucunya tersebut dengan sangat telaten. "Ya Allah, alangkah baiknya sang kakek ini." Bisikku dalam hati.

Tidak berapa lama sang Kakek berdiri dan menggandeng tangan cucunya. Menemui kasir dan bergegas meningglkan kedai. Aku masih dengan fikiranku, tertegun pada kebaikan sang Kakek kepada cucunya. Kemudian melanjutkan menghabiskan nasi dan sepiring Fasulye bercampur potongan daging ayam. Belum usai pada suapan terakhir di piring seorang petugas kasir memanggilku.

Aku menoleh, oh barangkali mungkin kedai akan segera di tutup karena tidak lama lagi akan tiba adzan magrib. Sang petugas kasir kemudian berkata: "Abla tidak perlu lagi membayar makanan Abla." Aku terkejut, "Lho kenapa?"

"Kakek yang duduk di seseberang meja Abla tadi yang telah membayarkan makanan yang abla pesan." Jawab petugas kasir dengan ramah.

Aku...

Segera aku kirimkan pesan pada suami mengabarkan tentang ini. "Masha Allah, semoga kebaikan untuknya pula." Jawab Mas Faris. Segala puji hanya bagi Allah.

Sakura RT
Ankara, 11 Desember 2015



No comments: