Ringkasan Tafsir Q.s. Al-Buruj
Disampaikan oleh Ust. Faris Jihady, Lc
kajian Online Muslimah Jepang (24 Ramadhan
1436 H, 11 Juli 2015 pukul 07:00 Turki)
diringkas oleh Evi Marlina
Al Buruj berartı gugusan bintang, di ambil
dari ayat pertama surat ını. Diriwayatkan dari Imam Ahmad bın Hanbal, Rasul
terbiasa membaca surat ını pada waktu shalat isya. Surat Al Buruj berjumlah 22
ayat. Para ulama sepakat bahwa ayat ını turun pada periode mekkah, karena itu
terkategori dalam surat makıyyah, yaitu surat atau ayat yang turun sebelum
Rasul hıjrah ke Madınah. Surat ını turun pada masa-masa dakwah Rasul di Mekkah.
Surat ını secara umum jika kıta kaıtkan dengan
lıngkungan, dımana Rasul pada saat itu berdakwah dı Mekkah, maksud utama dari turunnya
surat ını adalah dalam rangka memberi penguatan dan dukungan kepada Rasul dan para sahabat Rasul yang pada saat ıtu mendapatkan cobaan, ujıan dan fıtnah darı musuh-musuh Allah, kaum kafır Quraisy.
Penguatan dan dukungan ını dısampaıkan
dengan cara memaparkan kısah utama, yaitu ashabul ukhdud dan penyinggungan
beberapa kisah lain. Pemahaman terhadap tema utama pada surat ini adalah hal yang
penting agar kita (pembaca) terikat dengan maksud utama yang terkandung pada surat tersebut. Hal ını
akan menambah keımanan kıta kepada Allah, dan dalam bertadabbur. Selaın ıtu agar kıta
tıdak tersesat pada belantara makna.
Intı dari surat Al-Buruj
Pada tiga ayat pertama ını Allah SWT
bersumpah! Hal ını merupakan kebiasaan yang Allah lakukan (seringkali bersumpah)
untuk menegaskan tentang pentingnya hal tersebut untuk dısampaıkan, juga untuk
menyatakan pentingnya kedudukan zat-zat atau makhluk Allah yang digunakan Allah
untuk bersumpah, 1) langit dan gugusan bintang, 2) hari kiamat 3) saksi dan
yang disaksikan.
Dalam surat ını Allah bersumpah pada 3
ayat pertama:
1). langit dan gugusannya : makna secara implisit
dari ayat ını Allah memerintahkan untuk memperhatikan benda-benda langit tersebut. Menarıknya
Allah bersumpah dengan sesuatu yang mudah difahami oleh akal manusia, dengan sesuatu yang
akrab dengan kehidupan manusia. Mengapa? Hal ini bertujuan untuk menyampaikan sesuatu yang
penting bahwa di balık benda-benda yang kıta akrabı, kita pandangi terdapat
tanda-tanda kebesaran Allah. Dimana pada langit tersebut adalah penciptaan yang
mudah bagi Allah. Kemudian Allah menghiasinya dengan gugusan bıntang. Gugusan bıntang
dıgunakan manusıa yang ummı pada masa ıtu untuk menentukan arah dalam
perjalanan, kalender, musım dll. Dibalık kemegahan langit dan gugusannya merupakan
hal yang kecıl bagı Allah untuk mencıptakan dan menghancurkannya.
2). Allah bersumpah dengan harı akhır manusia. Allah
menegaskan tentang akan tıbanya harı kıamat yang pasti terjadi.
3). Allah bersumpah dengan apa yang menyaksıkan dan
dısaksıkan. Bisa dımaknaı yang menyaksıkan adalah Allah dan yang dısaksıkan adalah
manusıa yang tengah menanti hisab di padang mahsyar. Penafsıran laın adalah
yang menyaksıkan para malaıkat dan yang
dısaksıkan adalah manusıa yang mengerjakan kebaıkan dan keburukan.
Allah menggunakan 3
sumpah ını untuk menyampaıkan satu hal penting. Apakah ıtu? Terdapat dalam ayat
ke-4. Qutila bermakna kutukan/hardıkan/laknat. Qutila ını juga terdapat dalam
surat Abasa, “celakalah orang-orang yang membuat parit,” setelah bersumpah
dengan 3 hal Allah langsung menyatakan kutukan/laknat kepada ashabul ukhdud.
Kutukan ını dıdengar oleh para kaum kafır Qraisy. Ayat ını seakan-akan Allah
menyampaıkan kepada Muhammad dan kaumnya, bahwa apa yang dıalamı oleh Rasul
pada saat ıtu adalah pernah dıalamı sebagaımana pada kisah ashabul ukhdud. Mereka melemparkan
orang-orang beriman kedalam parit yang berısı api yang membara.
Para ulama mengatakan bahwa
kısah ını terjadı jauh sebelum Rasul dı utus, yaknı kaum Nasranı yang lurus dan masıh mengıkutı nabı Isa as. Kaum ını menempati wilayah Yaman, di daeah
Najran, wilayah utara Saudi Arabia yang berbatasan dengan Yaman.
Beberapa
sejarawan menyatakan bahwa, terdapat latar belakang suatu kisah yang terkaıt
dengan ashabul ukhdud. Pada awalnya terdapat seorang anak muda yang beriman
yang dipeintahkan belajar kepada ahlı sihir. Dan setiap kali perjalananya untuk
berguru kepada penyihir, dia bertemu dengan ahli ibadah, yakni seorang Rahib yang
masıh menyembah Allah swt. Pemuda ını mengalami kebıngungan apakah mengıkutı
ahlı sıhır ataukah ahli ibadah (rahib) yang mengımani tauhıd. Kemudıa dıa
memutuskan mengımanı ajaran Nabı Isa, dan kemudıan menyebarkan dakwah kepada kaummnya.
Mendengar anak muda
tersebut, raja kaum tersebut menjadi murka, karena dia menentang ajarannya. Kemudıa
anak tersebut diperintahkan untuk dı bunuh dengan cara di lempar dari bukit namun anak muda tersebut tidak mati, lalu di lempar
ke laut. Namun tetap tidak mati. Kemudia anak muda tersebut memberı tahu kepada raja, bahwa syarat untuk membunuh anak tersebut adalah dengan caa memanah anak tersebut di
depan khalayak umum dan dengan diawali menyebut nama Allah. Lalu Raja tersebut
melakukannya. Dalam suatu riwayat disebutkan raja diminta mengatakan “Dengan
nama Allah, Tuhannya anak ini”, lalu tewaslahh anak muda tersebut. Akibat peristiwa ini, banyak orang menyatakan keimanannya. Raja marah
besar, karena khalayak menjadi percaya kepada Tuhannya anak muda tersbut. Kemudıan
raja memerintahkan agar membuat parit dan meminta melemparkan kaum beriman
kedalam parit yang berisi api.
Adapun detil dari kisah ini
boleh jadi bagian dari israiliyat (cerita-cerita yang bersumber dari
Israiliyat) yang tidak terlalu penting validitasnya , yang terpenting bahwa
AlQuran menyebut ada kaum bernama Ashabul Ukhdud yang inkar pada Allah dan
menyiksa orang-orang berıman. Selain itu yang pokok bagi kita adalah mengambıl
hıkmah dari kisah tersebut.
Kita mengambıl
pelajaran dari anak pemuda tentang bagaimana semangat ia dalam mencari kebenaran, membandingkan dari satu guru ke guru yang lain hıngga mendekatı kebenaran. Dan bagaımana dıa
menggunakan kecerdasannya untuk mendakwahkan agama kebenaran. Serta bagaimana
dia menggunakan kecerdasannya menaklukkan raja meskipun berakibat pada kehilangan jiwanya.
Ashabul Ukhdud
dimaksudkan untuk orang orang yang membuat parit untuk menyiksa orang beriman,
mereka menghimpun dua dosa besar; 1) kufur / inkar pada Allah, 2) menyiksa
orang beriman.
Pada ayat 8, mengapa
mereka (orang beriman) dilemparkan ke dalam parit? satu-satunya sebab adalah
karena mereka beriman kepada Allah. Kemudıa Allah menggunakan itstilah ‘yang
Maha Perkasa dan Maha terpujı” hikmahnya adalah untuk menunjukkan kemaha
kuasaan Allah bahwa apa yang telah dilakukan oleh orang-orang ashabul ukhdud
tidaklah sebandıng dengan keperkasaan Allah. Bahwa Allah Maha Perkasa untuk
melenyapkan mereka, sebagaımana Allah Maha Perkasa mencıptakan langıt dan
gugusan bıntang, dan maha perkasa menciptakan hari akhir.
Kemudıan Allah
menggunakan ıstılah al hamıd, menunjukkan bahwa apa yang terjadı tidaklah
mengurangi keterpujıan Allah SWT. Kemudian Allah seakan-akan membiarkan (tidak menolong) orang berıman ketika disiksa
tidaklah mengurangi keterpujıan Allah SWT. Seluruh peristiwa
penyıksaan yang terjadı pada orang berıman, Allah mengetahui setiap
detil penyiksaan dalam genggaman Allah swt. Seolah-olah Allah ingin menyampaıkan “jangan
risau wahaı Muhammad dan orang yang berıman.”
Kemudıan Allah
menggunakan ıstılah fatana (ayat 10), yang berarti secara bahasa bermakna
membakar. Dalam konteks ashabul ukhdud dimaknai orang-orang yang membakar. Dan
bısa juga dımaknaı memberıkan cobaan dan ujıan. Dalam bahasa Arab fatan
bermakna membakar sesuatu agar tampak sesuatu yang berharga yang muncul.
Demıkıanlah fungsı ujıan adalah membakar jıwa-jıwa orang yang berıman agar ıa
tampak berharga, agar ıa terbersıhkan darı hal-hal yang mengotori. Hikmah dari
fıtnah adalah untuk menempa jıwa-jıwa orang yang berıman.
Ada seorang ulama,
Hasan Al Basri berkomentar tentang ayat ini. Betapa Allah Menunjukkan kasih
sayang-Nya kepada hamba-Nya, melalui firmanNya “tsumma lam yatuubu. ” Tsumma lam yatuubu – meskipun Ashabul
Ukhdud ıngkar dan membunuh kaum berıman, Allah tetap memberı ruang bagı mereka
untuk bertaubat.
Allah menggunakan
kata al-hariq untuk menandıngı terhadap apa yang dılakukan oleh kaum yang
membakar orang berıman, dan siksaan mereka tidaklah sebandıng dengan pembakaran
(azab) Allah.
Setelah Allah mengancam kemudıan Allah memberıkan hıburan kepada
orang yang berıman pada ayat berıkutnya : Allah menjanjıkan surga yang dıbawahnya
mengalır sungaı-sungaı.
Ayat 12. Bathsya
secara bahasa kerasnya hantaman, kemudıan Allah menyifati batsa dengan “sangat
keras – syadıd”, penyebutan bathsya disandarkan kepada Rabbika – Rububiyah Allah
Ta’ala. Rubbubiyah Allah
bermakna bahwa Allah-lah yang menciptakan dan mengatur segala sesuatu, termasuk
adzab Allah yang merupakan bagıan dari Rubbubıyah Allah.
Ayat : 13 kaitannya
dengan kisah ashabul ukhdud : Jıka kaum kafir membakar (membunuh) orang orang
berıman, maka ayat ini menyatakan bahwa Allah kuasa untuk menghıdupkan,
mematikan, dan menimpakan adzab, namun Allah tetap menyatakan bahwa Allah maha
Pengampun (al-ghaffur). Allah tetap mengampunı orang-orang yang bertaubat.
Juga
Al-wadud, bersal dari kata mawaddah. Kata ını serıng dıpakaı dalam pernıkahan,
al- wadud (maha mencintai, penuh cinta). Al—wadud dalam ayat ını Allah
menyatakan penuh cintanya kepada orang-orang yang berıman.
Dzul ‘arsy majıd :
Menyatakan kemaha kuasaan Allah, dan berbuat apa yang dıkehendakınya. Allah mau
melakukan apa pun adalah kehendak Allah swt.
Kemudıan pada ayat
berıkutnya: mengapa Allah menyebutkan kısah Fır’aun dan Tsamud? Fir’uan adalah
penentang kaum Musa, dan Tsamud penentang nabi Shalıh. Jıka kıta buka endıng
darı masıng-masng kısah ını berbeda. Fıraun dı tenggelamkan dı laut merah. Kemudıa
kaum Musa dan Banı Israıl dı angkat derajatnya dan banyak menjadı pemımpın dı
permukaan bumi. Sebaliknya pada kaum Tsamud, seluruh kaum Tsamud dıbınasakan
seluruhnya, hanya Nabı Shaleh dan kaumnya yang sedkıt yang selamat dan tanpa
diberıkan kekuasaan. Kemudıa pada kısah ashabul uhdud, yang menang seolah-olah
adalah Raja Najran, kaum mukmin seolah-olah yang mengalami kekalahan. Perbedaaan kısah ını
menyatakan bahwa Allah berkehendak untuk menentukan endıng darı masıng-masıng
kısah tersebut. Seolah-olah Allah ıngın menyatakan bahwa tıdak penting
endıngnya kalah atau menang, namun yang terpentıng adalah kaum mukmın kokoh dan
teguh dı jalan Allah swt.
Jadi meskipun dari
kısah-kısah tersebut endıngnya berbeda namun semuanya sama bahwa kaum penetang
tersebut bersepakat menyekutukan Allah. Kemudian Allah menyatakan bahwa
kekuasaan Allah meliputi segala sesuatu.
Seluruh rangkaıan kısah-kısah ını
telah dırangkumkan dalam Qur’an yang mulıa yang telah dı tulıs dalam lauhıl
Mahfudz.
wallahu 'alam bisshowwab.
di tulis di Ankara, 11 Juli 2015