Puisi yang ditulis pada buku halaman pembuka, Communicating partners: 30 years bulding responsive relationships with late-talking children including autism.
Aku jadi teringat salah satu muridku. Tidak autis. Tapi oleh sebab kecelakaan mengalami gangguan pda syaraf otaknya. Kemampuan akademisnya otomatis trganggu.
Dijauhi teman2nya. Rambutnya berkutu, banyak sekali. Jika aku egois dn kekanak2an, aku juga ngeri sebenarnya.
Tapi kutahan perasaan ngeriku. Oke, masalah kutu rambutnya yang sangat bnyak itu akan kita bereskan dg rajin keramas. Mka setiap pagi dia selalu memberi sampo rambutnya.
Itu pertemuan pertamaku di tahun 2011, saat dia menangis di ruang tengah asrama RCQ, oleh sebab dia dikirim ayahnya karena di sekolah dijauhi temanya.
Jadilah ia dipondokkan di asrama RCQ [Yayasan Rumah Cerdas Qur'ani]. Menjadi salah satu santri kami. Bertambahlah satu santri putri. Namanya ayu, 14 tahun.
Tugas pertamaku, adalah memberinya pelajaran B. Indonesia, meski aku lulusan B. Inggris. Dan pelajaran pertama untuknya adalah menulis apa yang ia lihat di langit sana. Bagus! Dia bisa menulis dengan baik. Satu dua tiga minggu. Dan pada suatu sore mnjelang magrib, entah karena apa aku marah sekali padanya, kesal sekali karena aku sdah mngulang mngjrknnya belasan kali bgaimna mmbedakan antara subjek, predikat dan objek.
Tapi tidak satu pun ia faham. Bibirku gemetar menahan diri. Meski ia satu2nya murid jenjang SMP yang Ustdzah amanahkn padaku. "Hanifa, kamu jadi guru B. Indo buat Ayu ya."
Meski suaraku tidak meledak. Tpi rintih suaraku mmbuat Ayu tahu, bahwa aku marah sekali; "Ya Rahmaaan." Aku ucapkn kalimat itu sambil gemetaran, smntara kedua mataku sudah basah.
Aku benar-benar hanya mampu memandang langit petang itu. Menahan diru. Ku intip muridku Ayu bersembunyi diam ketakutan dalam jilbabnya.
Astaghfirullah. Aku pandangi muridku yang malang itu. "Maafkan Miss ya Ayu. Kalau begitu besok kita bermain di danau samping lapangan golf ya." sejak saat itu aku belajar, akulah teman muridku yang banyak kutunya itu. Murid yang juga mau tidak mau aku terkena kutunya beberapa minggu. Dialah yang menemani Ramadhanku penuh selama sebulan di asrama. Memasakkan menu dan menyiapkan makan sahurku, membangunkanku dan..."Miss besok aku ajari Mis membuat kue bola-bola coklat **tears...dia muridku yang sangat hebat.
Yang ditulis oleh James D. MacDonald
Aku jadi teringat salah satu muridku. Tidak autis. Tapi oleh sebab kecelakaan mengalami gangguan pda syaraf otaknya. Kemampuan akademisnya otomatis trganggu.
Dijauhi teman2nya. Rambutnya berkutu, banyak sekali. Jika aku egois dn kekanak2an, aku juga ngeri sebenarnya.
Tapi kutahan perasaan ngeriku. Oke, masalah kutu rambutnya yang sangat bnyak itu akan kita bereskan dg rajin keramas. Mka setiap pagi dia selalu memberi sampo rambutnya.
Itu pertemuan pertamaku di tahun 2011, saat dia menangis di ruang tengah asrama RCQ, oleh sebab dia dikirim ayahnya karena di sekolah dijauhi temanya.
Jadilah ia dipondokkan di asrama RCQ [Yayasan Rumah Cerdas Qur'ani]. Menjadi salah satu santri kami. Bertambahlah satu santri putri. Namanya ayu, 14 tahun.
Tugas pertamaku, adalah memberinya pelajaran B. Indonesia, meski aku lulusan B. Inggris. Dan pelajaran pertama untuknya adalah menulis apa yang ia lihat di langit sana. Bagus! Dia bisa menulis dengan baik. Satu dua tiga minggu. Dan pada suatu sore mnjelang magrib, entah karena apa aku marah sekali padanya, kesal sekali karena aku sdah mngulang mngjrknnya belasan kali bgaimna mmbedakan antara subjek, predikat dan objek.
Tapi tidak satu pun ia faham. Bibirku gemetar menahan diri. Meski ia satu2nya murid jenjang SMP yang Ustdzah amanahkn padaku. "Hanifa, kamu jadi guru B. Indo buat Ayu ya."
Meski suaraku tidak meledak. Tpi rintih suaraku mmbuat Ayu tahu, bahwa aku marah sekali; "Ya Rahmaaan." Aku ucapkn kalimat itu sambil gemetaran, smntara kedua mataku sudah basah.
Aku benar-benar hanya mampu memandang langit petang itu. Menahan diru. Ku intip muridku Ayu bersembunyi diam ketakutan dalam jilbabnya.
Astaghfirullah. Aku pandangi muridku yang malang itu. "Maafkan Miss ya Ayu. Kalau begitu besok kita bermain di danau samping lapangan golf ya." sejak saat itu aku belajar, akulah teman muridku yang banyak kutunya itu. Murid yang juga mau tidak mau aku terkena kutunya beberapa minggu. Dialah yang menemani Ramadhanku penuh selama sebulan di asrama. Memasakkan menu dan menyiapkan makan sahurku, membangunkanku dan..."Miss besok aku ajari Mis membuat kue bola-bola coklat **tears...dia muridku yang sangat hebat.
Sakura RT, Ankara 17 Mei 2014
No comments:
Post a Comment