3 Pintu pemberhentian - Sore untuk Keluarga Paman Suriah
Oleh :
Sakura Romawi Timur - Evi Marlina Al-Ardvici
sumber foto gugel
Serampung kelas pertama hari ini saya bergegas mninggalkan kelas dan segera mnyusuri trotoar mnuju metro, kereta. Berniat membeli perlengkapan alat tulis. Kereta metro datang tidak lama saya menanti dengan kepala setengah berputar, pusing.
3 menit didalam kereta menuju pusat perbelanjaan. Lalu turun dan segera menyusuri toko alat tulis. Hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit menjelang ashar. Setelah tuntas saya putuskan segera pulang dan shalat di asrama. Baru saja kaki menginjakkan satu anak tangga lift metro adzan Ashar tiba, urung niat untuk segera pulang. Memutuskan shalat dahulu di musola.
Serampung ashar, segera berkemas. Sore ini saya hanya ingin segera sampai di asrama. Titik! Mengingat kepala saya berat sekali hari ini. Ingin segera berbaring dan membuat mading pelajaran di kamar. Menempel-nempel kertas warna-warni.
Saya memutuskan memilih jalur Ankaray tujuan Besevler, tujuan Asrama saya. Setelah menggesekkan kartu metro kereta dan bergegas cepat sebuah suara memanggil, "Jika kamu akan ke Asti tolong antarkan Bapak ini." Suara seorang abi Turki, meminta. Saya tidak mengerti. Sejenak menatap seorang Paman yang dimaksud agar saya menunjukinya stasiun pemberhentian Asti Terminal.
"Tamam." Jawab saya singkat sambil tersenyum, meski saya akan turun di Besevler, 2 stasiun sebelum Asti terminal. "Baiklah sejenak menunda menit untuk lekas sampai asrama tidak msalah." Fikir saya. Lalu memandang wanita dan anak kecil, sepertinya istri dan anaknya. Dan seorang pemuda yang usianya sekitar 21 tahunan, dengan menggendong tas dan map2 dokumen penting sepertinya.
Kami masuk kereta bersama. Sampai akhirnya kereta berhenti sejenak dipemberhentian Besevler, saya berdiri bersiap turun.
"Hal huna Asti?" -apakah dsini Asti?" Tanya Paman itu pada saya sambil bersiap berdiri.
Saya terkejut "La la, hunaka hunaka, fil akhir." Tidak, tidak, disana, disana, di akhir." Jawab saya dengan sekenanya. Kereta melaju dan kembali niat segera pulang ke asrama urung tertunda. "Ana ma'aka, ana ma'aka." Jawab saya melanjutkan ketika paman itu terlihat cemas memandang saya. "Saya bersamamu, saya bersamamu." Jawab saya yang saya maksudkan saya akan menemaninya sampai di Asti terminal.
Sampailah di Asti. Kami turun bersama dan saya menyempatkan diri bertanya, "min aina anta? Dari mana Anda?"
"Suriah" Jawab paman itu sambil tersenyum. Dengan warna wajahnya, sulit berbahasa.
"Bom..bom..Basar Asad, Basar Asad, Iran, Iran." Begitu sang paman bersuara.
Saya mengangguk memahami maksud sang paman dg hati serasa tertindih cadas begitu mendengar nama Basar Asad disebut.
"aina tazdhabu al-an?" Mau kemana Engkau skrg?" tanya saya tergopoh-gopoh bahasa.
"Istanbul, wa tsumma Greece, Yunani. Misafir Misafir." Jawabnya bergembira menjelaskn pada saya sembari menunjukkan dokumen penting. "Oh mereka akan mengungsi ke Yunani" Bisik hati saya.
Kami sampai di loket. Para calo berebut menawarkan jasa. Sang paman berteriak cemas bahwa dia menginginkan Asti. Ia menunjukkan sebuah fatura pembayaran jasa penitipan koper. Saya memahami maksud sang paman. "Hayya, hayya bina." Mari, mari jawab saya.
"Asti kabir, Big, big.." jawab sang paman cemas.
"hayya bina, hayya." Jawab saya. Sang paman, istri, anak dan pemuda itu mngikuti saya.
Saya mnuruni tangga terminal mnuju lntai bawah. Hingga bbrapa menit kemudian terdengar suara tawa gembira, "anti sohih sohih, huna Asti, huna Asti. kamu benar, kamu benar. disni Asti." sambil memandang saya. "sukran, sukran, ahlan wasahlan, sukran." Berulang kali. Mereka tersenyum. Saya terharu dalam diam.
"min aina anti?" tanya sang paman pada saya.
"ana min indonesia." Jawab saya dg hati berkaca-kaca.
"ahlan wa sahlan ahlan wa sahlan" Berulang kali. Saya tergugu.
Setelah menuntaskan mengambil tas di loker penitipan sang paman dan klgnya berulang kali mengatakan sukran pada saya. " astaghfirullah, la ba'sa." Jawab saya seadanya.
"al-akhor." Apakah msh ada yg lain, bgitu yg saya maksudkan, stelah berjuang brusha mngais kosa kata.
"holas, holas, sukran, sukran." Jawab sang paman beserta istri dan anaknya.
Saya pamit diri untuk pulang. Dan sang ibu memanggil saya "Ma ismuki?" siapa namamu.
Oh...saya berhenti sejenak, "ismi Hanifah." jawab saya sembari tersenyum memandang gadis kecil 5 tahun.
"ahlan wasahlan, ahlan wasahlan, sukran2." suara mereka beriringan berulang kali.
Saya pamit mereka mengucapkan salam berulang kali. Sementara saya susuri jalan menuju kereta asrama dg hati yg tdak bisa terjamah -betapa meruginya- jika saya memutuskan menunda shalat sejak pertama di pusat kota. Mungkin kejadian akan berbeda. Hati saya basah.
"Dari Abu Hurairah R.a. dari Rasulullah saw bersabda: Barang siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari berbagai kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan baginya kesulitan2 di hari kiamat..." (HR. Muslim).
Apa pun semoga baik in sha Allah. Semoga yang sedikit ini bermanfaat.
"aina tazdhabu al-an?" Mau kemana Engkau skrg?" tanya saya tergopoh-gopoh bahasa.
"Istanbul, wa tsumma Greece, Yunani. Misafir Misafir." Jawabnya bergembira menjelaskn pada saya sembari menunjukkan dokumen penting. "Oh mereka akan mengungsi ke Yunani" Bisik hati saya.
Kami sampai di loket. Para calo berebut menawarkan jasa. Sang paman berteriak cemas bahwa dia menginginkan Asti. Ia menunjukkan sebuah fatura pembayaran jasa penitipan koper. Saya memahami maksud sang paman. "Hayya, hayya bina." Mari, mari jawab saya.
"Asti kabir, Big, big.." jawab sang paman cemas.
"hayya bina, hayya." Jawab saya. Sang paman, istri, anak dan pemuda itu mngikuti saya.
Saya mnuruni tangga terminal mnuju lntai bawah. Hingga bbrapa menit kemudian terdengar suara tawa gembira, "anti sohih sohih, huna Asti, huna Asti. kamu benar, kamu benar. disni Asti." sambil memandang saya. "sukran, sukran, ahlan wasahlan, sukran." Berulang kali. Mereka tersenyum. Saya terharu dalam diam.
"min aina anti?" tanya sang paman pada saya.
"ana min indonesia." Jawab saya dg hati berkaca-kaca.
"ahlan wa sahlan ahlan wa sahlan" Berulang kali. Saya tergugu.
Setelah menuntaskan mengambil tas di loker penitipan sang paman dan klgnya berulang kali mengatakan sukran pada saya. " astaghfirullah, la ba'sa." Jawab saya seadanya.
"al-akhor." Apakah msh ada yg lain, bgitu yg saya maksudkan, stelah berjuang brusha mngais kosa kata.
"holas, holas, sukran, sukran." Jawab sang paman beserta istri dan anaknya.
Saya pamit diri untuk pulang. Dan sang ibu memanggil saya "Ma ismuki?" siapa namamu.
Oh...saya berhenti sejenak, "ismi Hanifah." jawab saya sembari tersenyum memandang gadis kecil 5 tahun.
"ahlan wasahlan, ahlan wasahlan, sukran2." suara mereka beriringan berulang kali.
Saya pamit mereka mengucapkan salam berulang kali. Sementara saya susuri jalan menuju kereta asrama dg hati yg tdak bisa terjamah -betapa meruginya- jika saya memutuskan menunda shalat sejak pertama di pusat kota. Mungkin kejadian akan berbeda. Hati saya basah.
"Dari Abu Hurairah R.a. dari Rasulullah saw bersabda: Barang siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari berbagai kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan baginya kesulitan2 di hari kiamat..." (HR. Muslim).
Apa pun semoga baik in sha Allah. Semoga yang sedikit ini bermanfaat.
Wassalam.
Ankara, 11 Februari 2014
**disampaikan pada kulsap ODOJ MITI MJR SJS
**disampaikan pada kulsap ODOJ MITI MJR SJS
No comments:
Post a Comment