Tulisan ini sudah lama aku tulis, seperti tanggal yang tertera pada tulisan di bawah. Saat itu masih aktif diwordpress mengelola webblog AL-ARDVICI. Malam ini aku membuka kembali, dan sengaja mengeposnya di sini, mengenang alm. wanita tua inspirasi Rimba Batang Hari, yang biasa kami panggil Cik Yam [nenek]
Posted on Februari 12,
2011 by S.A.D
Rengke-Rengke
Mendengar kata dinasti aku tergelitik untuk meneruskan
isi dari tulisan ini. Aha menarik sekali. Judul ini di buat oleh adik tingkat
yang berasal dari Fakultas yang berbeda denganku si “Ijul” Klik The Fantastic
Five.
Terfikir sebuah ide untuk berbagi. Seperti apa dinasti
Nek Yam ini?
Bila tulisan ini kuposisikan sebagai catatan harian
Nek Yam, maka aku berimajinasi seperti inilah catatan harian Nek Yam. Seorang
wanita tua berusia sekitar 67 tahunanan dengan tubuh tanpa bungkuk seperti
nenek-nenek pada umumny. Dialah salah satu pengrajin souvenir replika Ambung di
perusahaan cinderamata kami. Tangan tuanya terampil menganyam rotan dengan
senyumnya. Yang selalu Terkembang. Pernahkan engkau merasakan Kawan, bagaimana
indah dn nikmatnya melihat senyum nenek Tua yang bekerja dengan riang? Ah,
sungguh bahagia. Aku merasakannya. Baiklah, saatnya aku berbagi. Dengan posisiku sebagai
Nek Yam.
“Namaku Nek Yam. Aku terlahir sebagai wanita yang saat
aku muda aku sama pada wanita umumnya. Aku menikah, memiliki keluarga dan
anak-anak seperti lainnya. Suamiku telah lama meninggal. Padahal aku memiliki
tanggungan anak yang demikian banyak. Saat itu aku stress. Linglung. Aku
bingung bagaimana menghidupi anak-anakku. Yang terus tumbuh. Di sini. Di hutan
ini. Aku terus berjuang. Hingga kini, di tanah ini. Di tanah leluhur. Yang
semakin tak menentu. Pedalaman ini.
Aku tak pernah perduli, bagaimana mereka memandangku.
Orang-orang pendatang itu. Aku juga tak tahu, apa yang difikirkan mereka
tentang aku . Yang kuharap hanya satu, aku bisa bertahan dengan kehidupan yang
aku jalani. Aku tak tahu bagaimana gemerlapnya dunia di luar sana. Aku hidup
secara sederhana, atau mungkin bisa dikatakan tepatnya tidak demikian. Namun
aku cukup bahagia, meski aku selalu memakai baju yang sama setiap anak-anak itu
datang berkunjung ke pondokku. Baju biru motif bunga dan rok kuning. Baju bak
remaja putri. Meski aku sudah tua. Sangat tua. Bahkan!
Seperti apa aku memandang dunia? Aku telah hidup
sekian lamanya di tengah hutan belantara. Berteman siamang, kura-kura,
burung-burung balam dan burung daun, dedaunan hutan, ranting-ranting pepohonan,
pun ikan-ikan nirwana. Aku juga belajar dari alam, seperti apa khasiatnya daun
kencur, rahasia daun sirih, juga indahnya rumbai saat aku menganyamnya menjadi
wadah-wadah makanan bagi perutku. Aku juga berteman rotan, yang bisa aku
jadikan senjata wadah utama untuk mengumpulkan bijih-bijih jernang.Yang
harganya cukup mahal. Atau petai-petai hutan, yang selalu menjadi makanan
favorit orang-orang dunia luar itu.
Aku terlahir di hutan, aku hidup uga di hutan dan
mungkin aku “mati” pun di hutan. Aku hidup berteman keyakina pada leluhurku.
Pada nenek moyangku. Meski aku telah mengenal dunia kesehatan, dunia sekolah,
juga dunia kendaraan. Orang-orang terang dari luar itu selalu datang sebulan
sekali untuk memberikan imunisasi atau sekedar memberikan obat-obatan secara
gratis. Aku juga sering memperhatikan bagaimana masyarakat transmigran itu
datang dan hidup di hutan rimbaku ini dengan perkembangan yang begitu cepat.
Padahal aku dan kelompokku hidup pada tempat yang sama, tanah leluhur yang
sama. Tapi mereka mudah sekali hidup dengan baik, rumah-rumah batu-bata dan
memiliki penerang yang indah dan menyilaukan mata.
Aku cukup hidup sejahtera menurut pemikiranku. Meski
apa yang aku nikmati tetap serupa. Bila anak-anak terang itu datang berkunjung.
Isi periuk ku tetap sama. Nasi. dan garam dapur. Atau kadang sedikit sambal.
Ah, aku tak tahu apa yang dimaksudkan anak-anak terang itu terhadapku. Mereka
terkadang datang 2 minggu sekali, 3 minggu sekali, atau kadang 1 bulan sekali.
Memesan dan memintaku membuat ini dan itu. Terkadang gadis terang yang paling
besar dan paling tua diantara gadis terang yang dua itu memberi cucuku panganan
luar. Atau kadang mereka membawa gula, kopi, dan semacamnya. Aku hanya
berprasangka baik saja kepada mereka.
Terkadang aku merindukan mereka. Pernah hampir satu
bulan mereka tak datang kemari. Aku sangat merindukan mereka. Tak tahulah
kenapa. Namun, senyum2 mereka membuat cucu-cucu kecilku tersenyum bahagia.
Sepertinya mereka memang berbeda. Dari kebanyakan. Mereka tak memandangku dan
cucu2ku dengan sebutan kebanyakan. Mereka memanggilku dengan panggilan
kebanyakan. Nek Yam.Atau terkadang Cik Yam. Dan aku senang. Aku juga hafal
betul, terkadang si terang yang biasa di panggil Ali datang mengambil barang
bersama si Ijul. Atau kadang-kadang bujang yang lain yang datang. Kadang ini
dan kadang itu. Sungguh! Terkadang aku tak mengerti.
Sudah 1 tahun mereka begitu padaku, dan pada beberapa
pengrajin lainnya. Tak tahu. Terkadang aku khawatir apakah mereka tak takut
akan ada yang mengolok-olok mereka. Telah bergaul dan berbaur pada kami.
Orang-orang rimba. Pedalaman Jambi. Aku juga kadang khawatir, apakah mereka tak
cemas menantang lebatnya hujan bila mereka pamit pulang. Banyak aku khawatir,
karena aku orang dalam. Orang yang dijauhi. Walaupun mereka selalu bilang
demikian “kebetulan bae Nek Yam, kami ko tinggal di luar dan Nek Yam di Dalam.”
Sekali lagi aku sampaikan ungkapan ini, kepada Engkau
orang terang. Aku Nek Yam. Nenek tua dengan inilah kemampuan yang aku miliki.
Mungkin aku mewakili dari para pengrajin lainnya. Sudah terlalu lama kami hidup
di rimba ini. Tak tahu, apakah memang akan beginikah masa depan kami. Saat ini
dan seterusnya. Atau ada cerita yang berbeda dengan kehadiran kalian di sini.
Di masa depan. Aku tak tahu. Rahasia sang alam.
Meski begitu aku ingin mengucapkan satu kata pada
kalian. Terimakasih telah sudi kemari. Selamat datang di dinasti kerajaanku.
Pondok tua di kaki rimba hutan raya. Semoga kalian bukan mereka yang membakar
kebun-kebun durian leluhurku. Semoga kalian bukan mereka. Dan aku percaya itu.
**Bersambung
saya copi dari postingan tulisan saya di tahun 2011
1 comment:
wah.. keduluan mb evi bikin tulisan "mengenang cik yam" nya -_-
tapi dak pa lah ^_^
Post a Comment