Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Thursday, April 16, 2020

Catatan Misi 2 Mengenal Prinsip Berkomunitas di Ibu Profesional


Alhamdulillah, sebagaimana matahari yang naik perlahan dan membentangkan riak cahaya keemasan dan seperti itulah hendaknya setiap jiwa bangkit dan menyambut harinya. Pagi ini juga demikian, saya melihat matahari memancar benderang dan menunjukkan tanda panas. Senang rasanya tanah ini disiram dengan hangat cahaya matahari. Semua pekerjaan rumah sudah usai sejak sepagian, Mas Faris banyak membantu meringankan pekerjaan rumah dan menghandle anak-anak, alhamdulillah pekerjaan rumah menjadi jauh lebih ringan.
Saya berfokus menyiapkan menu sarapan pagi, sementara suami menyiapkan anak-anak. Sebelum pada akhirnya kami menikmati sarapan pagi dengan menu Jagung pipil, sayur buncis orek telor, juga Tumis tahu tomat siram saori. Adik suka dengan menu jagung, ayah nya juga demikian. Setelah usai dengan urusan rumah dan anak-anak, saya meminta izin suami untuk menyelesaikan tugas di komunitas. Alhamdulillah, sejauh ini suami tampak mendukung pada apa yang tengah saya tempuh. Ini menjadi poin penting, ya sebab saya menyadari bahwa diri ini telah di ikat dalam pernikahan. Maka sehebat dan sebesar apa pun keputusan dan cita-cita jika tanpa ridha dan hasil musyawarah dalam keluarga tentulah menjadi tidak bermakna.
Kali ini saya ingin menuliskan apa yang say abaca beberapa hari lalu di grup FB kelas matrikulasi IP yang sangat ramai itu. Ya ada ratusan atau mungkin ribuan kaum ibu yang hadir dan belajar di kelas bernama komunitas Ibu Profesional, tentulah ini menjadi tempat dimana kaum ibu tak hanya bisa belajar bersama, namun lebih jauh dari itu mereka bisa saling bergandengan tangan belajar bersama-sama dengan berbagai latar belakang. Dan ini menjadi menarik bagi saya secara pribadi, karena IP memberikan materi berkomunitas secara perlahan sesuai dengan kemampuan dan segudang kesibukan yang dimiliki oleh kaum Ibu. Ada pun materi matrikulasi tersebut kali ini adalah sebuah materi yang disajikan dalam bentuk games. Teman-teman pengurus yang kreatif, dan saya tahu mereka juga sama-sama memiliki kesibukan. Terimakasih ya kawan-kawan pengurus.
Beberapa pekan yang lalu di #MISI1 kelas Matrikulasi teman-teman pengurus meluncurkan panduan yang kalau boleh saya meringkas dengan bahasa lain adalah “Memancangkan Niat,” bagaimana kita bisa memahami tentang untuk apa kita memutuskan begabung dalam komunitas ini, memahami dan menyadari keputusan yang sudah diambil. Dan itu berarti bergembira menjalankan konsekuansi dengan tugas-tugas menyenangkan yang ada didalamnya.
Maka di #MISI2 ini teman-teman pengurus memandu peserta melalui games menarik yang bisa diakses oleh kaum ibu, menyampaikan dengan cara yang bisa dan mungkin diterima oleh peserta termasuk saya pun menikmati keseruan ini. MISI 2 ini kami dipandu untuk memahami apa dan bagaimana prinsip berkomunitas di Ibu Profesional. Berikut yang bisa coba saya bagikan dlam ruang blog ini, sebagai jejak kebersamaan. Karena sejujurnya, dengan bergabung di IIP ini blog saya kembali hidup dengan tulisan-tulisan. Xixi…


SEMUA BOLEH KECUALI YANG TIDAK BOLEH


            Ini adalah semboyan prinsip yang disampaikan oleh teman-teman pengurus di rumah Ibu Profesional. “Semua boleh kecuali yang tidak boleh.” Menyamakan suhu dan persepsi adalah pondasi penting dalam sebuah organisasi, atau komunitas apa pun itu. Dan di Ibu Profesional teman-teman pengurus mengarahkan penumpang kapal dan memandunya dengan kerja yang sangat rapid dan teratur. Ya prinsip di IP adalah “Semua Boleh kecuali yang tidak boleh:”

     1.      KRITIK

  “Tidak membicarakan kritik pemerintah, harus fokus pada solusi”

Pada dasarnya kritik itu baik, namun kritik hendaknya dibarengi dengan solusi dan upaya-upaya yang bisa ditawarkan dalam menyelesaikan sebuah masalah yang dkritisi. Oleh sebab itu maka akan lebih baik jika berfokus pada bagaimana menyelesaikan masalah, tidak berputar pada masalah.

2.1. GHIBAH & 2.2. FITNAH

“Tidak membicarakan orang yang tidak ada di depan kita (ghibah) dan tidak membicarakan apa yang tidak dikerjakan orang lain (fitnah).”

Ghibah adalah perbuatan tercela, sesuatu yang tidak disukai oleh Allah. Alangkah tercelanya sifat Ghibah ini, tak hanya cela sifatnya namun juga menjadikan orang yang gemar berghibah merusak kehormatan yang sudah Allah karuniakan padanya. Ghibah tak hanya mencabik kehormatan orang yang  dighibahkan, namun lebih buruk juga menjatuhkan kehormatan diri sendiri. Jika di dunia ia bisa lari dan berdusta maka tidak demikian dihadapan Allah. Ghibah amat buruk, sebagaimana Allah firmankan

Dan janganlah kalian saling menggunjing. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hujurat: 12)

Demikian pula dengan FITNAH, fitnah merupakan dosa besar. Menyebarkan dusta dan kebohongan yang bisa menjatuhkan kehormatan saudaranya. Betapa Allah sangat marah dan murka terhadap orang yang gemar menebar fitnah. Tidakkah kita takut akan ancaman Allah terhadap orang yang gemar melakukan Fitnah.

Sesungguhnya orang-orang yang memfitnah kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar. (QS Al Buruj ayat 10)

3. SARAT (SUKU, RAS, AGAMA & ANGGOTA TUBUH)

“Tidak membicarakan hal-hal yang mempertajam perbedaan SARAT (Suku, Agama, Ras, dan Anggota Tubuh).”

Dalam berkomunitas kita bertemu dengan banyak perbedaan latar belakang; suku, ras, agama pun bahkan perbedaan warna kulit, rupa rambut dan bentuk mata. Maka sungguh tidak patut jika perbedaan ini menjadikan adanya celah perpecahan dalam berkeluarga, sebaliknya menjadi jalan betapa Allah menjadikan indah pada semua perbedaan ini.

4. KHILAFIYAH

“Tidak membicarakan perbedaan paham yang tidak berujung (khilafiyah).”

Perbedaan adalah rahmat, merupakan karunia Allah. Pun perbedaan dalam pemikiran, pemahaman, atau prinsip dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Kita bisa belajar dari banyak para Ulama dan generasi salafus shalih bagaimana merekan menempatkan perbedaan itu menjadi sesuatu yang indah. Saling menghargai dan menghormati perbedaan satu sama lain.

5. KEPENTINGAN

“Tidak ada konflik kepentingan.”

Berkomunitas dalam rumah yang sama, menyamakan visi misi dan berjuang bersama mencapai tujuan yang dicitakan. Oleh sebab itu, hendaknya kepentingan personal tidak ditempatkan di atas kepentingan bersama. Letakkanlah sesuai dengan porsi dan wadahnya masing-masing. Sehingga bisa tercapai tujuan dan cita-cita bersama.

DEPOK, 16 April 2020
Evi Marlina


Sumber foto : 1. Google engine
2. Fb group Kelas Matrikulasi Ibu Profesional











No comments: