Ibu
Profesional Kebanggaan Keluarga
Al-Umm;
yang atas Nama-Nya Menjadi Agung dan Mulialah Namanya
Ramadan
ke-14
Topik kali ini sampailah pada
pencarian makna seorang Ibu. Diantara derunya suara kipas angin di ruang kerja
keluarga juga sayup-sayup suara pengeras suara dari kampung sebelah yang
membangunkan warga untuk makan sahur, saya duduk memandangi beberapa buku yang
baru saja saya raih dan letakkan di meja, teringat pula fikiran ini pada satu
judul buku tentang bagaimana “AL-Qur`an Berbicara tentang Ibu,” karya Ahmad Abdul
Hadi. Hati dan fikiran saya jadi agak terganggu sebab saya belum memiliki atau
setidaknya sudah pernah membaca buku tersebut.
Menjadi Ibu…
Apa yang semestinya hadir dalam
jiwa dan fikiran bagi kaum ibu? Ya, sebuah pertanyaan yang muncul dari dalam
adalah “mengapa Allah memilih kita menjadi seorang Ibu? Mengapa Allah
menitipkan manusia-manusia mungil itu di tangan kita, bahkan dimulai dari
perjalanan bersemayamnya ruh yang ditiupkan Rabb ke dalam rahim, lalu menjalani
proses panjang selama hampir kurang lebih 39 minggu lamanya di dalam rahim seorang
perempuan, yang dalam Al-Qur`an disematkan sebutan istimewa baginya?
Bahkan namanya di ulang
sebanyak 35 kali dalam Al-Qur`an (Masduki dan Zulhamdani, dalam Muhammad Fu’âd ‘Abd
al-Bâqî). Alangkah agungnya gelar yang disematkan oleh Yang Maha Pencipta,
Allah Azza Wajalla. Tidakkah ini menjadi sebuah pertanyaan besar yang mestinya patut
untuk kita renungkan dengan penuh rasa syukur.
Menjadi Ibu adalah karunia
Allah
Menjadi seorang Ibu adalah
sebuah karunia, yang bahkan Isteri Imran pun bernazar pada Allah bila kelak
dikaruniakan anak padanya akan ia khidmatkan anaknya pada Bait al-Maqdis, akan
ia serahkan anaknya menjadi hamba Allah yang berkhidmat bagi Rabb-Nya.
Sebegitu
agung dan penuh dirindukannya kedudukan menjadi seorang Ibu hingga seorang
Ibunda dari wanita agung bernama Maryam pun “bernazar” pada Rabb-Nya atas
harapan dan doanya agar Allah karuniakan anak padanya.
Setidaknya ada dua pokok utama
yang menyebabkan mengapa “seorang Ibu” memiliki keutamaan yang begitu spesial didalam
Al-Qur`an (Masduki & Zulhamdani, nd); 1. Perannya sebagai seorang Ibu
(mulai dari masa kehamilan & kelahiran, masa penyusuan, pengasuhan &
pendidikan ibu terhadap anak) dan 2) Naluri seorang Ibu yang Allah anugerahkan
kepadanya rasa kasih sayang dan cinta kepada anaknya yang Allah kisahkan dalam
fragmen kisah Ibunda Musa dan Maryam.
Karenanya Seorang Ibu menjadi
Istimewa
Peran sebagai Seorang
Ibu
Peran sebagai seorang Ibu merujuk
pada seluruh aspek sebagaimana Allah ciptakan ia sebagaimana fitrahnya ia
diciptakan; mulai dari masa kehamilan & kelahiran, masa penyusuan,
pengasuhan & pendidikan ibu terhadap anak.
Ketiga hal pokok ini adalah
peran yang melekat pada seorang Ibu. Manakala seorang Ibu menyadari dan
menerima dengan penuh keikhlasan peran yang Allah anugerahkan kepadanya, maka
akan agung dan mulialah namanya di sisi Rabb, peran yang tidak hanya memenuhi
tugas dalam unsur selama fase kehamilan dan fase menyusui anak saja, namun
dengan segenap komponen yang dalam sebuah syair Hâfi“ Ibn Ibrâhîm dituliskan bahwa akan
menjadikannya ia meraih kunci-kunci yang akan menjadi cahaya yang menyeka
sendi-sendi kegagalan yakni pengasuhan dan pendidikan yang ia berikan terhdap
anak-anaknya.
Naluri Cinta dan Kasih
Sayang
Naluri seorang Ibu yang Allah
anugerahkan kepadanya, rasa cinta dan kasih sayang yang besar kepada anaknya
adalah anugerah yang tiada terkira. Rasa gelisah yang mendalam manakala jauh
dari anaknya, tak tenang hatinya kala buah hatinya sakit dst. Tiadalah rasa
naluri ini timbul jika bukan karena Allah yang mengkaruniakannya. Rasa cinta
dan kasih sayang ini sebagaimana Allah menciptakan rahim atas Nama-Nya.
فجعلناه في قرار مكين
"dan kami jadikan ia berada dalam tempat yang kokoh (rahim)". (QS Al-Mursalat: 21)
Jihady dalam (http://faris-jihady.blogspot.com/, 2016) menjelaskan bahwa tak kurang Allah jadikan rahim itu bersumber dari namaNYA الرحمن)), pemilik segala kasih sayang (rahmah). Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah berfirman;
قال الله تعالى: أنا خلقت الرحم وشققت لها اسما من اسمي، فمن وصلها وصلته، ومن قطعها قطعته،
"Aku telah ciptakan rahim, dan
aku jadikan namanya bersumber dari namaKu, siapa yang menyambungkan (tali)
rahim, aku akan menyambung dengannya, siapa yang memutuskan (tali) rahim, aku
akan putuskan hubungan dengannya" (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dari
Abdurrahman ibn Auf)
Rahim merupakan instrumen yang melekat sejalan dengan naluri
keibuan perempuan, tidaklah semata dimaknai sebagai tugas biologis semata. Di
sana ada mafhum ta'abbudi; ia merupakan
ekspresi penghambaan (ibadah) kepada Allah yang khas sebagai perempuan. (Jihady
dalam http://faris-jihady.blogspot.com/,
2016)
Benang Merah; Makna Ibu Profesional Kebanggaan
Keluarga
Berdasarkan
landasan berfikir tersebut di atas, maka benang merah yang dapat saya tarik
sebagai simpulan bahwa apa yang disebut sebagai Ibu Profesional adalah manakala
ia menerima dengan ikhlas peran khas yang Allah karuniakan kepadanya. Peran
yang membuat namanya menjadi agung dan mulia.
Yakni peran sebagai seorang Ibu dengan karakteristik khas yang dikandungnya dan menjaga naluri cinta dan kasih sayang terhadap anak-anaknya sebagaimana Allah ciptakan Rahim atas nama-NYA (Rahim) – Yang MAHA Penyayang.
Peran yang akan
menghantarkannya pada penghambaan (ibadah) kepada Allah
yang khas sebagai perempuan.
Evi Marlina
Depok, Rabu 7 Mei 2020 (Ramadan ke-14)
Referensi
1. Ibu dalam al-Qur’an; Sebuah Kajian Tematik. Zulhamdani dan Mahfudz. Ejournal.uin-suka.ac.id di akses pada 7/5/2020
2. Jihady, faris. 2016. Tentang Rahim Perempuan. http://faris-jihady.blogspot.com/2016/03/tentang-rahim-perempuan.html
3. Dokumen foto pribadi, Ankara 2017
1. Ibu dalam al-Qur’an; Sebuah Kajian Tematik. Zulhamdani dan Mahfudz. Ejournal.uin-suka.ac.id di akses pada 7/5/2020
2. Jihady, faris. 2016. Tentang Rahim Perempuan. http://faris-jihady.blogspot.com/2016/03/tentang-rahim-perempuan.html
3. Dokumen foto pribadi, Ankara 2017
1
No comments:
Post a Comment