Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Thursday, May 7, 2020

Al-Umm; Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga


Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga
Al-Umm; yang atas Nama-Nya Menjadi Agung dan Mulialah Namanya


Ramadan ke-14

Topik kali ini sampailah pada pencarian makna seorang Ibu. Diantara derunya suara kipas angin di ruang kerja keluarga juga sayup-sayup suara pengeras suara dari kampung sebelah yang membangunkan warga untuk makan sahur, saya duduk memandangi beberapa buku yang baru saja saya raih dan letakkan di meja, teringat pula fikiran ini pada satu judul buku tentang bagaimana “AL-Qur`an Berbicara tentang Ibu,” karya Ahmad Abdul Hadi. Hati dan fikiran saya jadi agak terganggu sebab saya belum memiliki atau setidaknya sudah pernah membaca buku tersebut.

Menjadi Ibu…

Apa yang semestinya hadir dalam jiwa dan fikiran bagi kaum ibu? Ya, sebuah pertanyaan yang muncul dari dalam adalah “mengapa Allah memilih kita menjadi seorang Ibu? Mengapa Allah menitipkan manusia-manusia mungil itu di tangan kita, bahkan dimulai dari perjalanan bersemayamnya ruh yang ditiupkan Rabb ke dalam rahim, lalu menjalani proses panjang selama hampir kurang lebih 39 minggu lamanya di dalam rahim seorang perempuan, yang dalam Al-Qur`an disematkan sebutan istimewa baginya?


Bahkan namanya di ulang sebanyak 35 kali dalam Al-Qur`an (Masduki dan Zulhamdani, dalam Muhammad Fu’âd ‘Abd al-Bâqî). Alangkah agungnya gelar yang disematkan oleh Yang Maha Pencipta, Allah Azza Wajalla. Tidakkah ini menjadi sebuah pertanyaan besar yang mestinya patut untuk kita renungkan dengan penuh rasa syukur.

Menjadi Ibu adalah karunia Allah

Menjadi seorang Ibu adalah sebuah karunia, yang bahkan Isteri Imran pun bernazar pada Allah bila kelak dikaruniakan anak padanya akan ia khidmatkan anaknya pada Bait al-Maqdis, akan ia serahkan anaknya menjadi hamba Allah yang berkhidmat bagi Rabb-Nya. 

Sebegitu agung dan penuh dirindukannya kedudukan menjadi seorang Ibu hingga seorang Ibunda dari wanita agung bernama Maryam pun “bernazar” pada Rabb-Nya atas harapan dan doanya agar Allah karuniakan anak padanya.

Setidaknya ada dua pokok utama yang menyebabkan mengapa “seorang Ibu” memiliki keutamaan yang begitu spesial didalam Al-Qur`an (Masduki & Zulhamdani, nd); 1. Perannya sebagai seorang Ibu (mulai dari masa kehamilan & kelahiran, masa penyusuan, pengasuhan & pendidikan ibu terhadap anak) dan 2) Naluri seorang Ibu yang Allah anugerahkan kepadanya rasa kasih sayang dan cinta kepada anaknya yang Allah kisahkan dalam fragmen kisah Ibunda Musa dan Maryam.

Karenanya Seorang Ibu menjadi Istimewa

Peran sebagai Seorang Ibu

Peran sebagai seorang Ibu merujuk pada seluruh aspek sebagaimana Allah ciptakan ia sebagaimana fitrahnya ia diciptakan; mulai dari masa kehamilan & kelahiran, masa penyusuan, pengasuhan & pendidikan ibu terhadap anak.

Ketiga hal pokok ini adalah peran yang melekat pada seorang Ibu. Manakala seorang Ibu menyadari dan menerima dengan penuh keikhlasan peran yang Allah anugerahkan kepadanya, maka akan agung dan mulialah namanya di sisi Rabb, peran yang tidak hanya memenuhi tugas dalam unsur selama fase kehamilan dan fase menyusui anak saja, namun dengan segenap komponen yang dalam sebuah syair Hâfi“ Ibn Ibrâhîm dituliskan bahwa akan menjadikannya ia meraih kunci-kunci yang akan menjadi cahaya yang menyeka sendi-sendi kegagalan yakni pengasuhan dan pendidikan yang ia berikan terhdap anak-anaknya.

Naluri Cinta dan Kasih Sayang

Naluri seorang Ibu yang Allah anugerahkan kepadanya, rasa cinta dan kasih sayang yang besar kepada anaknya adalah anugerah yang tiada terkira. Rasa gelisah yang mendalam manakala jauh dari anaknya, tak tenang hatinya kala buah hatinya sakit dst. Tiadalah rasa naluri ini timbul jika bukan karena Allah yang mengkaruniakannya. Rasa cinta dan kasih sayang ini sebagaimana Allah menciptakan rahim atas Nama-Nya.

فجعلناه في قرار مكين

"dan kami jadikan ia berada dalam tempat yang kokoh (rahim)". (QS Al-Mursalat: 21)

Jihady dalam (
http://faris-jihady.blogspot.com/, 2016) menjelaskan bahwa tak kurang Allah jadikan rahim itu bersumber dari namaNYA الرحمن)), pemilik segala kasih sayang (rahmah). Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah berfirman;

قال الله تعالى: أنا خلقت الرحم وشققت لها اسما من اسمي، فمن وصلها وصلته، ومن قطعها قطعته،
"Aku telah ciptakan rahim, dan aku jadikan namanya bersumber dari namaKu, siapa yang menyambungkan (tali) rahim, aku akan menyambung dengannya, siapa yang memutuskan (tali) rahim, aku akan putuskan hubungan dengannya" (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dari Abdurrahman ibn Auf)

Rahim merupakan instrumen yang melekat sejalan dengan naluri keibuan perempuan, tidaklah semata dimaknai sebagai tugas biologis semata. Di sana ada mafhum ta'abbudi; ia merupakan ekspresi penghambaan (ibadah) kepada Allah yang khas sebagai perempuan. (Jihady dalam http://faris-jihady.blogspot.com/, 2016)

Benang Merah; Makna Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga

Berdasarkan landasan berfikir tersebut di atas, maka benang merah yang dapat saya tarik sebagai simpulan bahwa apa yang disebut sebagai Ibu Profesional adalah manakala ia menerima dengan ikhlas peran khas yang Allah karuniakan kepadanya. Peran yang membuat namanya menjadi agung dan mulia.
Yakni peran sebagai seorang Ibu dengan karakteristik khas yang dikandungnya dan menjaga naluri cinta dan kasih sayang terhadap anak-anaknya sebagaimana Allah ciptakan Rahim atas nama-NYA (Rahim) – Yang MAHA Penyayang.  
Peran yang akan menghantarkannya pada penghambaan (ibadah)  kepada Allah yang khas sebagai perempuan.

Evi Marlina
Depok, Rabu 7 Mei 2020 (Ramadan ke-14)


Referensi

1. Ibu dalam al-Qur’an; Sebuah Kajian Tematik. Zulhamdani dan Mahfudz. Ejournal.uin-suka.ac.id di akses pada 7/5/2020
2. Jihady, faris. 2016. Tentang Rahim Perempuan. http://faris-jihady.blogspot.com/2016/03/tentang-rahim-perempuan.html
3. Dokumen foto pribadi, Ankara 2017
1

No comments: