Reminder
"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov
Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya
Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta
(Tilawah Sajadah)
Wednesday, February 24, 2016
Monday, February 22, 2016
Handphone atau shalat Jama'ah
Hujan turun sejak semalaman ketika kami mendarat di bandar udara Soekarno. Alhamdulillah Jakarta hujan. Cepat-cepat segera komat-kamit berdoa, sebelum hujannya reda. Senang sekali rasanya mendarat setelah isya dan langit ibu kota dipenuhi curah air hujan. Pasalnya itu berarti hawa panas Jakarta bisa berkurang dan terasa lebih sejuk.
Bertambah melimpah kegembiraan hati oleh sebab malam minggu jalanan sepi, tidak macet mengular seperti hari-hari kerja biasanya. "Jakarta kelihatan bagus kan kalo malam hari, mandi lampu." Suara Mas Faris di sela-sela beratnya mataku menahan kantuk. Mobil Damri jurusan Bogor sayup-sayup merayapi jalanan kota Jakarta yang sepi lengang, bebas macet.
Di dalam bis terlihat para penumpang dipenuhi sesak wajah yang kelelahan. Tidur pulas di kursi masing-masing. Sementara kami sibuk mematikan AC yang berada tepat di atas kepala. Mas Faris bilang aku ini tidak berbakat jadi jutawan karena tidak kuat bau AC. Duh...¿%¿¡¥
😨
Kehidupan Jakarta. Entahlah apa yang tengah difikirkan oleh para penjaja makanan di pinggiran sungai hingga larut malam begini di seberang jalan sana. Begitu kerasnya kota ini sampai-sampai udaranya pun ikut membakar. Tantangan kita dan anak-anak saat ini ke depannya tentu lebih hebat dan besar lagi.
"Jadi, dalam rangka menyiapkan anak-anak yang siap menghadapi tantangannya seharusnya para orang tua lebih khawatir jika anak-anaknya tidak shalat berjamaah di masjid dibandingkan tidak punya handphone atau i-pad."
Ngiing...suara Mas Faris kemaren siang kembali terngiang-ngiang dikedua telingaku. Mobil Damri terus melaju, kaca jendela mobil dipenuhi rintik-rintik hujan. Allahumma shayyiban naafi'an..
24012016
Ba-ba
Ba~ba
I love you Baba
Mom told me that you are a great reader, her best partner
Days become too short
when we're together...
I'll miss and love you till jannah,
in sha Allah
Love you my Baba
A poem by little Baby, 8th month of pregnant
Dedicated to her/his beloved Baba @farisjihady
photo was taken by Mom while waiting the doctor in front of hospital, 100216
Sepatu Siapakah ini?
Sepatu Siapakah ini?
================
Hari masih berkabut pagi, harum rumput Puncak Bogor dengan baiknya masuk perlahan dari celah-celah kaca jendela yang setengah terbuka. Terlihat Mas Faris di luar sana bersenandung teduh di bawah sisa hujan, menikmati aroma embun rumput hijau dan pegunungan biru yang berbaris rapi di sisi lereng. Aku tengah berkemas, menyiapkan keperluan. Sementara televisi bersuara, menyala riang. Rasa pegal dikaki meminta menyempatkan duduk sejenak, kedua bola mataku melayangkan pandangan pada sebuah tayangan film yang membawa ingatan era kanak-kanak.
"Kamu nonton filem apa tuch?"
Tiba-tiba suara Mas Faris bersandar di sisi telinga.
"Hihi, ini filem zaman kanak-kanak Masku." Jawabku singkat.
"Filem begituan kok ditonton." Kata Mas Faris lagi.
"Bukan Mascim, tadi pas dinyalain yang muncul langsung film ini."
***
Siapakah yang tidak mengenal kisah putri malang pemilik sepatu nan indah ini? Sepatu yang kisahnya membuat anak-anak di pelosok desa terpencil pun berlomba-lomba untuk memilikinya. Diproduksilah beragam sepatu kaca dengan tujuan utama anak-anak sebagai konsumennya.
Sepatu kaca milik puteri Cinderella ini adalah satu fenomena dari sekian banyak kisah dongeng negeri khayangan yang demikian terlihat cantik dan menarik hati, film dongeng yang mampu mengajak anak-anak berimajnasi penuh, serta mendorong keinginan menjadi seperti mereka. Tidak kalah lagi dengan film Berbie yang berpakaian seperti putri ratu, mendorong anak-anak juga menginginkan menjadi seorang puteri.
Dalam kisah Putri Cinderella "mungkin" dalam tanda kutip, ingin menyampaikan kebaikan nilai bahwa kebaikan akan berbuah kebaikan. Kisah Putri Rapunzell, Puteri Salju dan masih banyak kisah-kisah puteri-puteri negeri dongeng lainnya. Namun, sayang sekali seiring anak-anak kita (anak didik, anak-anak tetangga, dan adik-adik kita) yang tumbuh menjadi dewasa, kenyataannya tidaklah mereka temukan sosok puteri impiannya itu dalam kehidupan nyata. Tokoh kebaikan itu ternyata semu. Tidaklah pernah ditemukan dalam buku-buku sejarah sekolah mau pun dalam peninggalan di ruang museum.
Kisah yang dikemas "seolah-olah" adalah sesuai untuk usia anak-anak ini, baik kita sadari mau pun tidak bukankah sebenarnya kurang tepat bahkan tidak layak menjadi konsumsi mata, dan fikiran anak-anak. Disana banyak kita temukan sisipan kisah-kisah "cinta pangeran dan sang puteri." Hampir kebanyakan rata-rata semua film negeri dongeng dengan "sasaran utama anak-anak" menyisipkan tentang "kenyataan yang sesungguhnya berbahaya" bagi pergaulan dan perkembangan anak-anak bukan? Tentu tidaklah kita menginginkan anak-anak tumbuh dengan sosok-sosok idola yang sungguh semu ini.
"Padahal kisah-kisah sesungguhnya memainkan peran yang demikian penting dalam membangun kesadaran akal dan intelektual anak. Bahkan menempati posisi pertama dalam metode pengembangan pemikiran anak yang efektif. Kisah-kisah Rasul adalah kisah-kisah nyata yang bersumber dengan referensi yang murni. Mengisahkan sejarah kehidupan mereka adalah sebaik-baik cara untuk menanamkan nilai-nilai utama ke dalam jiwa anak." (Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid).
#saatnyamenyeleksitontonananak-anakkita
Depok, 21022016
Subscribe to:
Posts (Atom)