Bismillahirrakhmanirrakhim...
Kepada suamiku,
Mas Faris Jihady Hanifa.
Pukul 09:21 PM – Ankara, 21 Maret 2015.
Musim semi di negeri tempatku belajar akan segera tiba Masku. Bunga Sakura
mulai bermekaran di sepanjang jalan kota, dan engkau tahu betapa aku mencintai
bunga kecil nan berkelompok mungil perdu-perdu itu. Riang dan sumringahnya
hati ini menceritakan segala hal tentang keindahannya. Dan engkau yang dengan
sabar menyimakku, meski sudah puluhan kali aku mengulang kisah yang sama.
Setiap pagi matahari berpendar dan sinar hangatnya menyapa jendela kamar yang
menyentuh kedua kelopak mata, senantiasa mengingatkan pada suaramu yang selalu
ringan memanggilku dengan sebutan “ya ghaliyati” meski aku tidak tahu
tentang makna panggilan itu. Namun aku yakin itu pasti sebuah panggilan yang
indah, baik maknanya lagi istimewa.
Di tepi kerinduan di negeri yang mengandung penuh sejarah ini ada satu hal
yang sedikit mampu mengobati rasa rinduku, adalah menyusuri hari yang kini aku
tak lagi sendiri beriang menyambut hari. Semua hal yang bisa aku kisahkan
padamu dengan penuh, dengan segala kata yang halal dan tak berbendung bahasa.
Dan untuk yang kesekian kalinya engkau dengan tulus menyimak atau memandangku
dengan senyum yang selalu mampu meneduhkan hati dan risauku.
Aku masih ingat, pada hari dimana kita berpamitan meninggalkan kampung
halaman. Saat itu aku menyadari satu hal penting dalam hidupku, bahwa
perjalananku kini tak lagi seorang diri. “Jaga Hanifah baik-baik ya Nak Faris.”
Adalah suara pesan sederhana oleh Bapak dan Emak pada hari kita memutuskan
meninggalkan tanah kelahiranku, berpamitan pada keduanya dan engkau
membimbing, menuju kota yang padat dan besar (12 Februari 2015). Itu adalah
hari yang hatiku bercampur penuh. Perlahan dan desa kelahiranku hilang dı ujung
pandangan mata. Sampai jumpa Bapak dan Emak, adik dan Mbak tersayang, dan
jagoan-jagoan ponakan kecil. Pun kampung halamanku yang selalu aku rındukan
hıjaunya.
Jakarta, 14 Februari 2015.
Matahari menyambut dari balik padatnya kota Jakarta. Engkau yang membuatku
belajar dengan cepat merasakan hangat sambut keluargamu, Bapak yang penyayang,
Ibu yang ramah dan adik-adik Mas yang hangat, membuatku dengan cepat merasakan
bahwa kini aku adalah bagian dari keluargamu ya Masku. Ibu yang bersahabat dan keluarga
besar Mas Faris yang yang penuh cinta. Bude-bude Mas Faris yang baik dan
membuatku dengan mudah mencintai keluarga Mamas.
Pada sebuah pagi aku mencatat satu hal penting, aku dapati engkau yang
dengan ringan hati meringankan pekerjaan menyuci yang tengah ada ditanganku.
Dengan segera tanganmu menyambut, membilas dan menjemur pakain-pakaian itu.
Jazakallah ya Masku...hatiku haru. Sekali lagi aku sadari, bahwa kini aku tidak lagi sendiri.
Inı adalah #BahasaRindu yang menggunung dihatiku. Seperti musim yang
bersemi dan memenuhi warna di hati. Kota Ankara yang menjadi lembaran pijakan
fikiran dan seluruh bahasa hati yang tumpah dalam lautan cinta. Jazakallah
Masku yang selalu mampu membuatku menangis dalam kejutan-kejutan kasih sayangmu.
Semoga Allah menghimpun dan mengokohkan cinta kita dalam manhaj cinta-Nya
hingga perjumpaan di akhirat kelak. Aamiin...
#catatanRindu, Sakura RT
2 comments:
aiiih co cweeet viiii
aiiih co cweeeet viii :)
Post a Comment