Hari ini bangun sedikit kesiangan, kelelahan semalam setelah seharian sejak pagi-pagi hingga larut malam beraktifitas, kehujanan sejak pukul 09.00 hingga pukul 19:00 petang. Ke kantor YTB mengurus asuransi, lalu ke kantor asuransi, lalu berkeliling mencari bank, lalu menemui profesor dan seorang dosen di kampus membahas paper dan sore hari memenuh janji bersilaturahim untuk bertemu dengan Umi. Malam hari agenda mengaji hingga pukul 22:00 Turki.
Pagi yang jernih, sementara di ujung negeri nun jauh disana Mas Faris sudah siap dengan sarapan paginya plus sepaket senyum dan "tetap" saja dengan gaya khas beliau yang memandangku dengan kedua bola mata yang sengaja dibesarkan, menggodaku dari balik layar hang out. Tentu saja aku tergelak menahan tawa setiap kali membuka tombol oke. Dua minggu yang lalu kami menyusun jadwal agenda belajar bersama. Mulai dari jadwal belajar tafsir, hadits hingga setoran pekanan. Pagi tadi dengan terkantuk-kantuk aku menghadap beliau, suamiku. Hee...meski kini Mas Faris adalah suamiku, namun dalam keadaan begini (baca. belajar) beliau tetaplah sebagai sosok seorang guru bagiku. Serius dan sifatnya yang sekali lagi sangat suka menggodaku.
"Mas sambil nyetrika baju ya..." Suara Mas Faris di ujung sana. Tangannya sibuk menyetrika pakaian sembari bibirnya berdehem ketika menyimak makhorijul "ghoin" ku yang masih saja belum berubah. "Coba itu ghoin ndesanya di ganti pakai ghoin kota." Kata Mas Faris sembari memandangku lekat dan serius. "Haa...ghoin ndesa." Dalam hatiku...tuks tuks...
Tamam...kali ini aku ingin menulis lebih santai seperti santainya Mamasku pekan lalu yang tiba-tiba mengirimkan sepotong foto yang membuatku memasang emotikon wasap "terkejut alay" setumpuk buku dengan ketebalan yang tidak ringan, tinggi menjulang hasil belanja dari International Book Fair, Riyadh. "Mas tadi belanja ini Dek, nggak papa ya." Kata Mas Faris melaporkan hasil buruannya. "Masha Allah...bukuuu." Desis hatiku, fikiranku sibuk memikirkan in sha Allah kalau berkesempatan libur lama di Indonesia itu artinya bisa berlama-lama di toko buku. YES! Aku memeriksa dengan menZOOM foto kiriman Mas Faris.
"Lha, mboten enten yang berbahasa Inggris lha Mas." Kataku sambil menzoomnnya berulang kali. "Iya, tadi belum nemu yang pas buat kamu." Jawab Mas Faris santai. "Yah Mamas, kalo gitu tambah pelajaran bahasa Arab." Jawabku kemudian.
Aku jadi ingat malam hari sebelum pamit dan pulang ke Turki, Mas Faris menemani belanja bumbu-bumbu keperluan, membantu melist daftar kebutuhan, mulai dari obat, makanan ringan, saus dan aneka pernik-pernik kecil yang tidak terfikirkan di kepalaku. Termasuk obat batuk, obat demam, betadine dan lain-lain. "Mas, aku mboten saget nelan pil." Protesku siang terik saat kami mampir di apotik membeli kebutuhan obat ringan. Maksud hati sebenarnya hanya ingin membeli minyak kayu putih saja. "Sudah dibawa saja siapa tahu nanti berguna." Akhirnya aku pun diam menurut. Memikirkan bagaimana caranya agar bisa menelan pil.
Mas Faris yang selalu membuatku rindu. Keluarag besar beliau yang menerima dengan hangat. Jazakallah khairan kepada Bapak, Ibu, Mas Aaf dan istri; Kak Aisyah, Dek Ita dan suami; Iqbal, Dek Ifah dan suami; Jay, Dek Rasikh, Dek Mail, Dek Yusuf, Dek Basyir, Dek Rosyad dan Dek Himmah, serta Kakak Afnan dan Ainan, Kakak Isa dan si Kecil shalihah Azima. Jazakallahu khairan telah menerima Mbak Evi yang masih sangat sedikit sekali ilmunya ini sebagai bagian dari keluarga Qur'ani yang penuh cahaya-cahaya ilmu. Segala puji hanya bagi Allah. Dan selamat datang Masku, my husband is my home...:)
Ankara, 13 Maret 2015
##
Catatan Penting Pelajaran Pertama:
Imam Nawawi merupakan ulama besar dari Madzhab Syafi'i yang hidup pada abad tujuh Hijriah, Pada saat itu beliau berusia 40 tahun. Hadits Arbain dan Rhiyadus Shalihin merupakan dua karya besar dari Imam Nawawi.
1) Hadits Arba'in
Merupakan kitab yang berisi kumpulan hadits yang terdiri dari 42 hadits yang merangkum pokok-pokok ajaran Islam, seperti tauhid, akhlak, muamalah, hukum, dan dasar-dasar pokok lainnya yang ditujukan kepada kaum mukminin yang sifatnya umum.
Note: Nah, Mas Faris sudah mempelajari dua hadits ini pada saat usia beliau masih di bangku Tsanawiyah (SLTP). Dari sini aku belajar, bahwa ıtu artinya menanamkan pemahaman agama dan membekali anak-anak sedini mungkin adalah hal yang sangat mendasar dan penting.
Dalam standar perpustakaan seorang muslim maka dua kitab ini wajib ada. Pesan Masku, sementara tanganku sibuk mencatat dan telingaku fokus mendengar. Khawatir ada yang terlewat apa-apa yang beliau sampaikan.
2) Kitab Rhiyadus Shalihin
Yang bermakna taman-taman orang yang shaleh, yang terdiri dari kurang lebih 1800-an hadits. Hadits ini menjelaskan secara lebih detail, tentang adab, akhlak, dan penyucian jiwa, namun tidak mencakup tentang hukum. Ketika kita menjadi seorang muslim maka kita perlu memahaminya secara detail sehingga kita bisa menggunakan kitab ini sebagai rujukan.
Ibnu Hajar. Hidup pada abad 8 Hijriah, satu abad setelah Imam Nawawi. Beliau menulis buku yang menjelaskan tentang hukum-hukum, seperti thaharah dan shalat. Nama kitab yang ıa tulis adalah Bulughul Maram, yang terdiri dari 1400-an hadits. Dan ini merupakan standar wajib bagi perpustakaan setiap muslim. Jadi ketika belajar hukum dan lain-lain bisa langsung membukanya sebagai pijakan referensi.
Pagi yang jernih, sementara di ujung negeri nun jauh disana Mas Faris sudah siap dengan sarapan paginya plus sepaket senyum dan "tetap" saja dengan gaya khas beliau yang memandangku dengan kedua bola mata yang sengaja dibesarkan, menggodaku dari balik layar hang out. Tentu saja aku tergelak menahan tawa setiap kali membuka tombol oke. Dua minggu yang lalu kami menyusun jadwal agenda belajar bersama. Mulai dari jadwal belajar tafsir, hadits hingga setoran pekanan. Pagi tadi dengan terkantuk-kantuk aku menghadap beliau, suamiku. Hee...meski kini Mas Faris adalah suamiku, namun dalam keadaan begini (baca. belajar) beliau tetaplah sebagai sosok seorang guru bagiku. Serius dan sifatnya yang sekali lagi sangat suka menggodaku.
"Mas sambil nyetrika baju ya..." Suara Mas Faris di ujung sana. Tangannya sibuk menyetrika pakaian sembari bibirnya berdehem ketika menyimak makhorijul "ghoin" ku yang masih saja belum berubah. "Coba itu ghoin ndesanya di ganti pakai ghoin kota." Kata Mas Faris sembari memandangku lekat dan serius. "Haa...ghoin ndesa." Dalam hatiku...tuks tuks...
Tamam...kali ini aku ingin menulis lebih santai seperti santainya Mamasku pekan lalu yang tiba-tiba mengirimkan sepotong foto yang membuatku memasang emotikon wasap "terkejut alay" setumpuk buku dengan ketebalan yang tidak ringan, tinggi menjulang hasil belanja dari International Book Fair, Riyadh. "Mas tadi belanja ini Dek, nggak papa ya." Kata Mas Faris melaporkan hasil buruannya. "Masha Allah...bukuuu." Desis hatiku, fikiranku sibuk memikirkan in sha Allah kalau berkesempatan libur lama di Indonesia itu artinya bisa berlama-lama di toko buku. YES! Aku memeriksa dengan menZOOM foto kiriman Mas Faris.
"Lha, mboten enten yang berbahasa Inggris lha Mas." Kataku sambil menzoomnnya berulang kali. "Iya, tadi belum nemu yang pas buat kamu." Jawab Mas Faris santai. "Yah Mamas, kalo gitu tambah pelajaran bahasa Arab." Jawabku kemudian.
Aku jadi ingat malam hari sebelum pamit dan pulang ke Turki, Mas Faris menemani belanja bumbu-bumbu keperluan, membantu melist daftar kebutuhan, mulai dari obat, makanan ringan, saus dan aneka pernik-pernik kecil yang tidak terfikirkan di kepalaku. Termasuk obat batuk, obat demam, betadine dan lain-lain. "Mas, aku mboten saget nelan pil." Protesku siang terik saat kami mampir di apotik membeli kebutuhan obat ringan. Maksud hati sebenarnya hanya ingin membeli minyak kayu putih saja. "Sudah dibawa saja siapa tahu nanti berguna." Akhirnya aku pun diam menurut. Memikirkan bagaimana caranya agar bisa menelan pil.
Mas Faris yang selalu membuatku rindu. Keluarag besar beliau yang menerima dengan hangat. Jazakallah khairan kepada Bapak, Ibu, Mas Aaf dan istri; Kak Aisyah, Dek Ita dan suami; Iqbal, Dek Ifah dan suami; Jay, Dek Rasikh, Dek Mail, Dek Yusuf, Dek Basyir, Dek Rosyad dan Dek Himmah, serta Kakak Afnan dan Ainan, Kakak Isa dan si Kecil shalihah Azima. Jazakallahu khairan telah menerima Mbak Evi yang masih sangat sedikit sekali ilmunya ini sebagai bagian dari keluarga Qur'ani yang penuh cahaya-cahaya ilmu. Segala puji hanya bagi Allah. Dan selamat datang Masku, my husband is my home...:)
Ankara, 13 Maret 2015
##
Catatan Penting Pelajaran Pertama:
Imam Nawawi merupakan ulama besar dari Madzhab Syafi'i yang hidup pada abad tujuh Hijriah, Pada saat itu beliau berusia 40 tahun. Hadits Arbain dan Rhiyadus Shalihin merupakan dua karya besar dari Imam Nawawi.
1) Hadits Arba'in
Merupakan kitab yang berisi kumpulan hadits yang terdiri dari 42 hadits yang merangkum pokok-pokok ajaran Islam, seperti tauhid, akhlak, muamalah, hukum, dan dasar-dasar pokok lainnya yang ditujukan kepada kaum mukminin yang sifatnya umum.
Note: Nah, Mas Faris sudah mempelajari dua hadits ini pada saat usia beliau masih di bangku Tsanawiyah (SLTP). Dari sini aku belajar, bahwa ıtu artinya menanamkan pemahaman agama dan membekali anak-anak sedini mungkin adalah hal yang sangat mendasar dan penting.
Dalam standar perpustakaan seorang muslim maka dua kitab ini wajib ada. Pesan Masku, sementara tanganku sibuk mencatat dan telingaku fokus mendengar. Khawatir ada yang terlewat apa-apa yang beliau sampaikan.
2) Kitab Rhiyadus Shalihin
Yang bermakna taman-taman orang yang shaleh, yang terdiri dari kurang lebih 1800-an hadits. Hadits ini menjelaskan secara lebih detail, tentang adab, akhlak, dan penyucian jiwa, namun tidak mencakup tentang hukum. Ketika kita menjadi seorang muslim maka kita perlu memahaminya secara detail sehingga kita bisa menggunakan kitab ini sebagai rujukan.
Ibnu Hajar. Hidup pada abad 8 Hijriah, satu abad setelah Imam Nawawi. Beliau menulis buku yang menjelaskan tentang hukum-hukum, seperti thaharah dan shalat. Nama kitab yang ıa tulis adalah Bulughul Maram, yang terdiri dari 1400-an hadits. Dan ini merupakan standar wajib bagi perpustakaan setiap muslim. Jadi ketika belajar hukum dan lain-lain bisa langsung membukanya sebagai pijakan referensi.
1 comment:
Ka Eviii, Barakallahu ya ka *telat banget. Tapi ka, kisah pertemuan kaka dengan suami kaka ditaro dibagian mananya blog kaka? *penasaran* hehee. Semoga Allah menjadikan keluarga yang samawa ya ka, dengan anak2 yang shaleh dan shalehah. Allahumma aamiin :)
Post a Comment