Belajar adalah sebuah proses yang terus menerus berlangsung sepanjang hayat, tidak berhenti. Selama nafas masih dikandung badan, maka selama itu pulalah hendaknya proses belajar itu terus menyala.
Lebih istimewa lagi adalah bagi seorang muslimah. Belajar merupakan bagian dari jati diri seorang wanita muslim. Bagaimana hendaknya seorang muslimah melindungi akalnya dengan ilmu pengetahuan.
Sebagaimana muslimah memberikan perhatian kepada fisiknya, maka dengan kadar yang sama besarnya pulalah ia semestinya memberikan perhatian kepada akalnya. Mengisinya dan melindunginya dengan ilmu pengetahuan. Sebagaimana dahulu yang pernah dilakukan oleh wanita Anshar yang datang dan berkata kepada Rasulullah SAW "Wahai Rasulullah, berikanlah kesempatanmu barang satu hari supaya kami dapat belajar darimu, agar kami tidak kalah dengan kaum laki-laki." (Ali Al-Hasyimi, 1997)
Lebih istimewa lagi adalah bagi seorang muslimah. Belajar merupakan bagian dari jati diri seorang wanita muslim. Bagaimana hendaknya seorang muslimah melindungi akalnya dengan ilmu pengetahuan.
Sebagaimana muslimah memberikan perhatian kepada fisiknya, maka dengan kadar yang sama besarnya pulalah ia semestinya memberikan perhatian kepada akalnya. Mengisinya dan melindunginya dengan ilmu pengetahuan. Sebagaimana dahulu yang pernah dilakukan oleh wanita Anshar yang datang dan berkata kepada Rasulullah SAW "Wahai Rasulullah, berikanlah kesempatanmu barang satu hari supaya kami dapat belajar darimu, agar kami tidak kalah dengan kaum laki-laki." (Ali Al-Hasyimi, 1997)
Dr. Muhammad Ali al-Hasyimi dalam karyanya Jati Diri seorang Muslimah memberikan panduan bagaimana seorang muslimah menetapkan standar ilmu pokok yang harus dipelajari bagi dirinya, yakni kitabullah mulai dari memperbaiki bacaan, tajwid, pun hingga penafsirannya. Selain hal pokok lainnya adalah hadits, shirah, kisah para sahabat dari tokoh wanita. Kemudia di ikuti oleh Fiqh sebagai panduan dalam memahami hukum-hukum agamanya. Setelah ilmu pokok tersebut, maka muslimah juga hendaknya menguasai bidang ilmu tertentu selama tidak merusak kodrat kewanitaannya dan tabi'atnya.
Sebagaimana kita memiliki sosok wanita agung yang menguasai banyak dari ilmu pengetahuan, memiliki lisan yang sangat fasih dan menyentuh sehingga menjadi rujukan dari para sahabat Nabi. yakni Aisyah RA. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitabul-'ilm, dari Abu Mulakah bahwa Aisyah, istri Nabi SAW tidak mendengar sesuatu yang tidak diketahuinya melainkan dia mencari hingga mengetahuinya.