Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Monday, July 30, 2018

SATU MUD dan Nilai Setitik Air

SATU MUD



Berapa tagihan air rumah Ayah dan Bunda dalam satu bulan?

Matahari belum lagi memercikkan sinarnya dengan sempurna, Tidak ada tanda-tanda akan turun hujan pagi itu. Semburat pagi di tanah air rimbun oleh suara pedagang gerobak, hilir mudik silih berganti melintas di jalan depan rumah, dari satu gerobak ke gerobak yang lain, dari satu pedagang makanan panggul ke pedagang makanan panggul lainnya; ada pedagang sayur matang, roti bakery, tahu isi, lontong sayur dst. Suasana yang teramat menggoda dan memanjakan lidah untuk mencicipinya.

Saya duduk menghadap ayah Najma, seperti pagi-pagi yang telah lewat, pagi itu saya membacakan barang beberapa hadits kepada ayah Najma. Pembahasan kesempatan kali itu membuat saya ingin menuliskannya kembali; berbagi "nikmat" yang seringkali kita dzalimi.

Berapa tagihan air rumah Ayah dan Bunda dalam satu bulan?


Berapa banyak air yang kita gunakan untuk berwudhu di tempat wudhu masjid-masjid atau mushola?

Berapa banyak air yang kita habiskan untuk satu kali mandi saja?

Berapa banyak air yang kita gunakan untuk mencuci piring, mencuci baju, mencuci sayur dst?

Beberapa bulan yang lalu saat berkesempatan berkunjung ke rumah salah seorang keluarga Turki sebelum pamit pulang ke tanah air, kami (saya, suami dan Najma) di ajak mengunjungi ladang gandum yang begitu luas. Ladang gandum yang terancam gagal tumbuh dan panen karena kemarau panjang dan tidak adanya pasokan air yang cukup. 

“Apa yang akan dilakukan masyarakat untuk menyelamatkan ladang-ladang ini Baba?” Saya bertanya pada Baba, seorang kakek berambut putih dengan usia yang mulai menua.


“Kami akan menggelar shalat istisqa di masjid desa, meminta Allah agar menurunkan hujan ke ladang-ladang.” Jawabnya.

Saya tertegun hening mendengarnya, dengan sedikit agak ragu kembali bertanya “Bagaimana jika belum kunjung turun hujan juga.” Bermaksud menyelidik apakah ada kemungkinan mereka akan meminta pemerintah untuk turun tangan langsung menangani dengan kondisi ini.”

“Insha Allah, Allah pasti akan menurunkan hujan. Allah pasti mendengar doa kami semua.” Jawaban sang Baba, diluar dugaan saya. Menyiratkan sebuah keyakinan yang menghunjam kuat di dalam jiwanya akan datangnya pertolongan Allah.

Mungkin ini hanya satu kisah tentang berharganya nilai setitik air. Sementara dibelahan ruang lainnya, seringkali kita dapati air dipancuran tempat berwudhu terbuka mengalir begitu saja tanpa ada yang menutup krannya. Mungkin terlupa, atau barangkali memang rusak. Juga tidak kalah seringnya mungkin kita juga menjadi bagian diantara yang berwudhu dengan membuka air kran selebarnya, sekuatnya, dan membiarkannya tetap mengalir kencang saat kita tengah membasuh tangan berpindah dari satu basuhan ke basuhan lainnya. Betapa banyak air yang terbuang sia-sia bukan? Padahal sejatinya tugas kita adalah menyempurnakan wudhu, tidak berlebihan dan tidak pula berboros dalam menggunakan air.

“Ah, air kan melimpah. Hampir setiap hari hujan. Tak payah menyiram kebun.”

Anas ra berkata, "Nabi SAW membasuh, atau mandi dengan satu sha' hingga lima mud, dan berwudhu dengan satu mud." (H.R. Bukhari).

Berapa liter air yang kita gunakan dalam sekali berwudhu saja?

Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan oleh salah satu program TV Khawateer, dalam sekali berwudhu rata-rata kita telah menghabiskan 5 liter air. Itu artinya jika dalam sehari kita berwudhu 5 kali maka 25 liter air perhari yang telah kita habiskan untuk kebutuhan berwudhu saja. Belum lagi kebutuhan mandi, ngepel, mencuci baju, membersihkan wajah dst.

Jika dihitung dengan jumlah berwudhu minimal (3 x wudhu dalam sehari; oleh sebab safar misalnya) maka kita telah menghabiskan 15 liter/hari untuk berwudhu. Jumlah ini jika dikalikan sebanyak 1 juta muslim yang berwudhu dalam sehari maka 15 milyar liter air/hari yang telah kita habiskan hanya untuk berwudhu saja.

Tahukah kita padahal semestinya 15 milyar liter air ini sejatinya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan minum sebanyak 2 juta orang atau untuk memproduksi kebutuhan 5 juta kg beras/ 1 juta kg daging/ 430 Juta kubik mengairi sayur dan buah/ sama dengan jumlah 6 ribu kolam renang olimpiade. Masha Allah, betapa ini adalah jumlah yang tidak kecil.

Sementara di Afrika, kita temukan bahwa hanya dengan 10 liter air/hari mereka gunakan untuk memenuhi seluruh kebutuhan. Betapa sulitnya mereka menemukan sumber air bersih. Lebih jauh dari itu tahukah kita bahwa air dalam kloset toilet rumah kita bisa jadi jauh lebih bersih dari air yang digunakan oleh masyarakat Afrika?

 Sumber : Lack of Clean Water in Africa: 
Understanding the Reasons Behind the Water Crisis
http://all-about-water-filters.com/lack-of-clean-water-in-africa/

Berapa liter air yang kita gunakan dalam sekali berwudhu saja?
Bukankah meski hanya dengan SATU MUD saja Rasulullah sudah mampu menyempurnakan wudhunya? Berapa itu satu MUD? Segenggaman dua tangan yang ditangkupkan, mungkin ilustrasi air dalam gambar ini masih jauh lebih banyak dari satu mud. Kalau demikian, alangkah jauhnya hidup kita dari kata sederhana. Lalu mana yang sebenarnya dikatakan menyempurnakan wudhu dengan sikap berboros terhadap air? Tidakkah ini adalah “nikmat” yang terdzolimi?

Depok, 30 Juli 2018.

**Data perhitungan tulisan ini bersumber dari tayangan sebuah program stasiun TV Khawateer. Adapun ide tulisan ini muncul dari hasil diskusi pagi lalu dengan ayah Najma, bermula dari ketika saya bertanya seberapa banyak itu SATU MUD. Alangkah sedikitnya Rasulullah menggunakan air untuk berwudhu. Kemudian Ayah Najma menunjukkan tayangan program TV tersebut. 

No comments: