SATU MUD
Berapa tagihan air rumah Ayah dan
Bunda dalam satu bulan?
Matahari belum lagi memercikkan
sinarnya dengan sempurna, Tidak ada tanda-tanda akan turun hujan pagi itu.
Semburat pagi di tanah air rimbun oleh suara pedagang gerobak, hilir mudik
silih berganti melintas di jalan depan rumah, dari satu gerobak ke gerobak yang
lain, dari satu pedagang makanan panggul ke pedagang makanan panggul lainnya; ada
pedagang sayur matang, roti bakery, tahu isi, lontong sayur dst. Suasana yang
teramat menggoda dan memanjakan lidah untuk mencicipinya.
Saya duduk menghadap ayah Najma,
seperti pagi-pagi yang telah lewat, pagi itu saya membacakan barang beberapa
hadits kepada ayah Najma. Pembahasan kesempatan kali itu membuat saya ingin
menuliskannya kembali; berbagi "nikmat" yang seringkali kita dzalimi.
Berapa tagihan air rumah Ayah dan
Bunda dalam satu bulan?
Berapa banyak air yang kita gunakan untuk berwudhu di tempat wudhu masjid-masjid atau mushola?
Berapa banyak air yang kita habiskan untuk satu kali mandi saja?
Berapa banyak air yang kita gunakan untuk mencuci piring, mencuci baju, mencuci sayur dst?
Beberapa bulan yang lalu saat berkesempatan berkunjung ke rumah salah
seorang keluarga Turki sebelum pamit pulang ke tanah air, kami (saya, suami dan
Najma) di ajak mengunjungi ladang gandum yang begitu luas. Ladang gandum yang
terancam gagal tumbuh dan panen karena kemarau panjang dan tidak adanya pasokan
air yang cukup.
“Apa yang akan dilakukan masyarakat untuk menyelamatkan ladang-ladang
ini Baba?” Saya bertanya pada Baba, seorang kakek berambut putih dengan usia
yang mulai menua.
“Kami akan menggelar shalat istisqa di masjid desa, meminta
Allah agar menurunkan hujan ke ladang-ladang.” Jawabnya.
Saya tertegun hening mendengarnya, dengan sedikit agak ragu kembali
bertanya “Bagaimana jika belum kunjung turun hujan juga.” Bermaksud menyelidik
apakah ada kemungkinan mereka akan meminta pemerintah untuk turun tangan
langsung menangani dengan kondisi ini.”
“Insha Allah, Allah pasti akan menurunkan hujan. Allah pasti
mendengar doa kami semua.” Jawaban sang Baba, diluar dugaan saya. Menyiratkan sebuah
keyakinan yang menghunjam kuat di dalam jiwanya akan datangnya pertolongan
Allah.
Mungkin ini hanya satu kisah tentang berharganya nilai setitik
air. Sementara dibelahan ruang lainnya, seringkali kita dapati air dipancuran
tempat berwudhu terbuka mengalir begitu saja tanpa ada yang menutup krannya.
Mungkin terlupa, atau barangkali memang rusak. Juga tidak kalah seringnya
mungkin kita juga menjadi bagian diantara yang berwudhu dengan membuka air
kran selebarnya, sekuatnya, dan membiarkannya tetap mengalir kencang saat kita tengah
membasuh tangan berpindah dari satu basuhan ke basuhan lainnya. Betapa banyak air yang terbuang sia-sia bukan? Padahal
sejatinya tugas kita adalah menyempurnakan wudhu, tidak berlebihan dan tidak
pula berboros dalam menggunakan air.
“Ah, air kan melimpah. Hampir setiap hari hujan. Tak payah
menyiram kebun.”
Anas ra berkata, "Nabi SAW
membasuh, atau mandi dengan satu sha' hingga lima mud, dan berwudhu dengan satu
mud." (H.R. Bukhari).
Berapa liter air yang kita gunakan dalam sekali berwudhu saja?
Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan oleh salah satu
program TV Khawateer, dalam sekali berwudhu rata-rata kita telah menghabiskan 5 liter
air. Itu artinya jika dalam sehari kita berwudhu 5 kali maka 25 liter air
perhari yang telah kita habiskan untuk kebutuhan berwudhu saja. Belum lagi
kebutuhan mandi, ngepel, mencuci baju, membersihkan wajah dst.
Jika dihitung dengan jumlah berwudhu minimal (3 x wudhu dalam
sehari; oleh sebab safar misalnya) maka kita telah menghabiskan 15 liter/hari
untuk berwudhu. Jumlah ini jika dikalikan sebanyak 1 juta muslim yang berwudhu dalam
sehari maka 15 milyar liter air/hari yang telah kita habiskan hanya untuk
berwudhu saja.
Tahukah kita padahal semestinya 15 milyar liter air ini sejatinya bisa digunakan
untuk memenuhi kebutuhan minum sebanyak 2 juta orang atau untuk memproduksi kebutuhan 5 juta
kg beras/ 1 juta kg daging/ 430 Juta kubik mengairi sayur dan buah/ sama dengan
jumlah 6 ribu kolam renang olimpiade. Masha Allah, betapa ini adalah jumlah yang tidak kecil.
Sementara di Afrika, kita temukan bahwa hanya dengan 10 liter
air/hari mereka gunakan untuk memenuhi seluruh kebutuhan. Betapa sulitnya
mereka menemukan sumber air bersih. Lebih jauh dari itu tahukah kita bahwa air
dalam kloset toilet rumah kita bisa jadi jauh lebih bersih dari air yang digunakan
oleh masyarakat Afrika?
Sumber : Lack of Clean Water in Africa:
Understanding the Reasons Behind the Water Crisis
http://all-about-water-filters.com/lack-of-clean-water-in-africa/
Berapa liter air yang kita gunakan dalam sekali berwudhu saja?
Bukankah meski hanya dengan SATU MUD saja Rasulullah sudah mampu menyempurnakan
wudhunya? Berapa itu satu MUD? Segenggaman dua tangan yang ditangkupkan,
mungkin ilustrasi air dalam gambar ini masih jauh lebih banyak dari satu mud.
Kalau demikian, alangkah jauhnya hidup kita dari kata sederhana. Lalu mana yang
sebenarnya dikatakan menyempurnakan wudhu dengan sikap berboros terhadap air?
Tidakkah ini adalah “nikmat” yang terdzolimi?
Depok, 30 Juli 2018.
**Data perhitungan tulisan ini bersumber dari tayangan sebuah program stasiun TV Khawateer. Adapun ide tulisan ini muncul dari hasil diskusi pagi lalu dengan ayah Najma, bermula
dari ketika saya bertanya seberapa banyak itu SATU MUD. Alangkah sedikitnya
Rasulullah menggunakan air untuk berwudhu. Kemudian Ayah Najma menunjukkan tayangan program TV tersebut.
No comments:
Post a Comment