Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamualaykum, my blog. Setelah sekian lama tidak mengunjungi dan apakah lagi menulis di media blog ini akhirnya siang ini saya dipaksa atau memaksakan diri untuk membuka kembali blog ini. Ya...kapan terakhir kali membukanya bahkan saya sudah nyaris lupa saking lamanya. Khususnya 2 tahun terakhir saat merampungkan atau pasca lulus studi. Berhenti menulis? Bukan, bukan berhenti, namun semenjak kehadiran dua bocah, praktis saya memindahkan ruang menulis dari blog ke instagram, dan melink-kannya ke face book.
Alhamdulillah, ini tulisan pertama saya berhubungan dengan Ibu Profesional-di blog yang saya buat sejak tahun 2010 (jika saya tak salah mengingat). Ibu Profesional merupakan sebuah forum belajar non formal bagi kaum Ibu atau mungkin perempuan secara umum yang di bangun oleh Ibu Septi Peniwulandari. Sebenarnya sudah lama mendengar dan mengenal via maya nama Ibu Septi, hanya saja kala itu mungkin sebab saya belum menikah sehingga lebih berfokus pada pengembangan diri non parenting.
Mungkin ini adalah semacam momentum, tentu harapannya tak hanya sekedar menghidupkan blog namun lebih jauh dari itu saya bisa terus tumbuh dan belajar baik di kala sendiri mau pun dikala bersama. Dirasakan keberadaannya oleh anak-anak dan keluarga khususnya.
KAPSUL WAKTU; Mengawali Tahun 2020 bersama Ibu Profesional
Setelah mengikuti beberapa sharing dari teman-teman pengurus IIP, pada materi ke 7 ini dengan cepat mengingatkan sekaligus membantu saya merapikan jadwal life mapping. Soal life mapping ini sebenarnya sudah cukup lama suami mengusulkan untuk membuatnya bersama, qodarullah ini menjadi momentum yang merecall kembali agenda keluraga yang belum sempat terealisasikan ke dalam tulisan.
Kapsul waktu kali ini, saya melibatkan anak-anak untuk membuatnya. Diantara dua bocil yang sangat ramai tak hendak menjauh dari ibunya barang sejengkal pun. Berproses sekitar 3 hari dari sejak awal mencari bahan yang ada di rumah. Meski tentu saja tantangan melibatkan anak ini cukup menguras waktu sebab saya harus menunda dahulu, dan melanjutkannya di esok hari. Hingga saat ini adalah hari ke-3. Meski hasilnya tak seindah yang saya bayangkan jika berkreasi sendiri tanpa bocah- Tak megapalah, paling tidak Rayyan (14 bulan) dan Mbak Nana (4 tahun) dapat melihat prosesnya bahkan hingga tulisan ini saya publish. Anak-anak berada disisi saya.